images/images-1680245412.JPG
Indonesiana

Saat Naga Membelit Garuda

Malika D. Ana

Mar 31, 2023

608 views

24 Comments

Save

Saat Naga Membelit Garuda

 

Abad.id - Negara-khususnya negara dunia ketiga yang tengah membutuhkan dana pembangunan, diberikan dana talangan atau bantuan yang sebenarnya penghalusan dari istilah utang luar negeri, sehingga tidak mampu membayar. Demikian pula bentuk kerjasama bisnis lainnya.

 

Ketika tak mampu dibayar, artinya kesempatan bagi pemberi utang untuk mengkooptasi kehidupan politik, social dan ekonomi negara target untuk kepentingan negara pemberi utang. Sehingga negara penghutang tidak memiliki kedaulatan.

 

Karena hutang, kedaulatan tergadai sudah dan disimbolkan dengan Garuda yang terbelit Naga. Naga dalam cerita pewayangan lakon Mahabarata, Naga mengubah diri menjadi ular-ular untuk masuk Hastinapura sehingga berhasil membunuh Raja Parikesit. Simbol yang mengena untuk menggambarkan betapa Garuda yang perkasa pada akhirnya tak mampu lepas dari jeratan atau lilitan ular Naga, ini mirip dengan kisah tentang perbudakan Winata sang ibu Garuda oleh Kadru, sang ibu Naga.

 

Kisah Garudeya secara singkat dimulai dari kisah persaingan antara Kadru dan Winata, keduanya istri Kasyapa, orang bijak. Kadru adalah ibu dari para ular naga. Sedang Winata adalah ibu dari burung garuda. Keduanya berselisih mengenai warna kuda Uccaihsrawa yang muncul bersama air amrtha ketika samudra purba diaduk. Kadru menganggap warna kuda adalah hitam, sedang Winata menganggap warna kuda itu adalah putih. Dari sengitnya perselisihan pendapat, akhirnya keduanya sepakat untuk bertaruh, yang kalah akan menjadi budak yang menang. Para ular naga tahu bahwa ibu mereka salah. Mereka memberitahu ibunya. Kadru kemudian membuat rencana agar anak-anaknya mengubah warna kuda Uccaihsrawa dengan bisanya. Usaha ibu beranak itu pun berhasil. Winata kalah dan dijadikan budak oleh Kadru.
 
 
Garuda berusaha membebaskan ibunya dengan melawan para naga yang licik. Terjadilah perang. Para ular naga kemudian meminta syarat kepada Garuda bahwa ia dapat membebaskan ibunya dengan syarat Garuda harus mendapatkan air amrtha yang dimiliki para dewa. Sewaktu Garuda mencari amrtha, bertemulah ia dengan Batara Wisnu. Batara Wisnu bersedia membatu Garuda sementara itu Batara wisnu meminta agar Garuda bersedia menjadi kendaraan Batara Wisnu. Setelah Garuda mendapatkan amrtha, ia membawanya ke tempat para naga. Amrtha tersebut berada dalam Kamandalu yang diberi tali rumput ilalang. Garuda berpesan kepada para naga sebelum minum amrtha, para naga harus bersuci/mandi terlebih dahulu. Sejak saat itu Garuda dan ibunya terbebas dari budak sang Kadru. Ketika para naga sedang mandi, amrtha diambil oleh Sang Hyang Indra. Para naga sedih tidak tau harus berbuat apa lagi. Ada bekas titik amrtha yang tertinggal pada rumput ilalang lalu dijilati oleh para naga. Karena ilalang sangat tajam, sehingga lidah para naga terbelah menjadi dua. Sementara itu rumput ilalang telah suci karena tersentuh oleh amrtha(amerta)
 
Peperangan Garuda dengan para Naga
 
Kisah perjuangan Sang Garuda dalam membebaskan ibunda yang dicintainya ini yang mengilhami para founding fathers untuk menjadikannya sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selama mencipta konsep ini mungkin para founding fathers melihat keberadaan kisah Garudeya sebagai lambang yang tepat untuk wahana pembebasan Ibu Pertiwi tercinta dari perbudakan para ular naga yang licik(penjajah).

 

Relief Garudhea di candi Sukuh

 

Garuda membawa Kamandalu berisi Tirtaamerta di Candi Kidal

 

Jika dianalogikan kondisi Indonesia, pada tingkat ideologi dan pemikiran, Para ular Naga gencar melakukan penggalangan hingga lahirnya para nasionalis sepuhan(palsu). Orang orang ini dipersiapkan untuk menerima suksesi, yaitu para nasionalis yang diprogram untuk memimpin Indonesia dalam bayang-bayang Ideologi pada penggalangnya.

 

Ujungnya adalah penguasaan berbagai bidang politik , bisnis dan ekonomi untuk menunjang eksistensi negeri penggalang. Para nasionalis semacam inilah yang selalu mengganjal dan bahkan tidak segan-segan memblokir berbagai gerakan untuk memajukan Indonesia.

 

Inilah mengapa kekalahan Garuda bukan karena sebab Naga semata, tetapi karena ada anak bangsa (yang mengaku sebagai anak Garuda), demi kepentingan pribadi dan kelompoknya justru ingin Republik ini belok kiri dengan RRC sebagai kiblatnya.

 

Akankah kini Garuda akan memperjuangkan kedaulatannya kembali seperti saat membebaskan sang ibu Winata (Ibu Pertiwi) dari perbudakan Kadru si Ibu para Naga?(mda)

Tag:

Most Popular

Artikel lainnya

Reruntuhan St Paul's College Makau Sangat Memukau

Pulung Ciptoaji

Dec 27, 2022

Jugun Ianfu Dipaksa Melayani Seks 10 Orang Sehari

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Dari Kolaborasi ke Nominasi

Author Abad

Oct 26, 2022

Ngaji Massal Menetralisir Energi Negatif

Author Abad

Oct 17, 2022