images/images-1682409785.jpeg
Indonesiana

Mengenal Truk Buaya Yang Pernah Perkasa di Jalan

Pulung Ciptoaji

Apr 25, 2023

735 views

24 Comments

Save

Truk moncong panjang sempat sangat populer, namun karena dinilai kurang ekonomis truk ini semakin sep peminat. Foto dok net

 

Orang yang lahir era tahun 1980an pasti pernah melihat truk buaya melintas di jalan raya. Truk tersebut berukuran sangat besar dengan moncong mesin berada di depan. Truk sengaja dibuat dengan desain mengandalkan kenyamanan dan stabil di jalan raya dengan saat kecepatan tinggi. Namun akan lebih sulit menyalakan truk ini, sebab harus menggunakan tuas besi untuk memutar kunci. Setelah diputar, mesin langsung nyala dengan RPM sangat rendah. Lalu sopir segera naik ke kemudi untuk menginjak gas. Berikutnya asap hitam solar mengepul membumbung keluar dengan derasnya.  

 

Sebagian orang selanjutnya bertanya-tanya, kemana semua truk buaya ini. Truk buaya mercy misalnya masih tampak perkasa dengan populasi terbatas untuk kendaraan militer. Merek lain Hino sebagian masih digunakan untukmengangkut log kayu di hutan dan kebun.

 

truk buaya

 

Lalu mengapa truk sekarang kebanyakan memiliki muka rata dan pesek. Padahal, satu hingga dua dekade lalu, truk-truk yang beredar di jalan raya rata-rata memiliki moncong di bagian depan. Product Division Head PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI), Seno Wirdiyawantoro mengatakan, saat ini masih ada truk yang menggunakan moncong di bagian wajah. Namun, jika dibandingkan truk pesek, jumlahnya memang tak banyak. "Sebenarnya sampai sekarang yang bermoncong ada, tapi jumlahnya memang tak banyak," ujar Seno sepertiyang dikutip detikOto.

 

Menurut Seno, truk zaman dulu memiliki moncong di depan lantaran ruang mesinnya berada di luar. Sehingga ruang kemudi lebih longgar dan jauh dari mesin. Kelebihan lain, model truk moncong panjang ini segi keamanan bagi pengemudi. Mesin di luar membantu  mengurangi benturan pada ruang kemudi jika ada insiden kecelakaan. Namun kelemahan truk buaya ini ukuran truk menjadi lebih panjang, sementara ukuran ryang muat menjadi lebih sempit.

 

Perkembangan waktu ada kebutuhan ruang muat lebih besar dari ruang daripada ruang kabin. Sehingga truk diodifikasi ruang mesin sudah dipindah ke bawah jok.  Kendaraan menjadi lebih ringkas dan lega, dan jarak pandang lebih leluasa. Terutama saat truk hendak mundur atau berbelok di tikungan tanjam. Namun ada kelemahan mesin dibawah kemudi, yaitu ruang kabin menjadi lebih panas. Terutama saat temperatur radiator diatas normal, sehingga perjalanan menjadi tidak nyaman.

 

"Moncong depan makan panjang bodi. Jadi, panjang bodi yang harusnya bisa jadi (kargo) harus kepotong karena ada moncong. Jadi konsumen lebih memilih moncongnya dihabisin, mesinnya dipindah ke bawah kursi, tapi muatan di belakang ditambah," ungkapnya.

 

Lebih jauh, truk memang didesain untuk mengangkut barang-barang berat. Sehingga, kargo atau ruang angkutnya harus dibuat selega mungkin. Selain itu, secara permintaan pasar, truk pesek juga lebih tinggi dari truk buaya.

 

"Sekarang truk itu fungsinya untuk apa? Untuk kegiatan niaga. Sekarang kembali lagi bagaimana permintaan pasar. Jadi di Indonesia saat ini truk dengan moncong kemungkinan besar tidak laku," terangnya.

 

Meski demikian, sebagai orang teknis Seno berpendapat, truk moncong sebenarnya lebih baik dari truk pesek untuk urusan keamanan dan aerodinamika. Namun, sekali lagi, semuanya tergantung bagaimana permintaan pasar. (pul)

 

 

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022