images/images-1667319313.jpg
Indonesiana

Menyoal Aplikasi Android Untuk Penerima Subsidi

Author Abad

Nov 02, 2022

305 views

24 Comments

Save

 
Abad.id - Subsidi minyak goreng dan pertalite dimaksudkan untuk diberikan kepada yang tepat sasaran, ini baik sangka saya ya. Lalu dibuatlah aplikasi Peduli Lindungi dan Mypertamina, dan belinya melalui aplikasi tersebut.
 
Tapi tetap, waspada itu keharusan karena keseringan kita dibohongin oleh para policy maker. Ternyata dari aplikasi itu bisa menyedot uang rakyat. Mekanismenya silakan dirica-rica, sepengetahuan awam sih aplikasi itu tidak sepenuhnya gratis, tiap install selalu pake charge paket data, disamping selalu ada iklan nylempit di dalamnya.
 
Beli minyak goreng dan pertalite akan menggunakan aplikasi ruwet itu mengindikasikan kebingungan rezim ini. Kebingungan dalam menghadapi masalah dan mengelola keadaan.
Beli BBM pakai aplikasi boleh jadi niatnya untuk mencocokkan antara nama pembeli BBM dengan Nopol kendaraan dan STNK. Tapi lalu teknologi akhirnya diciptakan untuk membelenggu dan kebanyakan aturan. Dipikir pencetus ide ini cukup brilian dan jenius. Padahal orang pintar itu memudahkan semua urusan bukan sebaliknya.
Lha gimana, aplikasi itu hanya bisa diakses lewat HP Android.
 
Pertanyaannya kemudian; "Apakah kelompok sasaran yang tepat menerima subsidi itu haruslah yang punya Android??"
 
Berkaca dari banyak kejadian saat pandemi tempo hari, dimana murid-murid sekolah diliburkan dan belajar dari rumah. Adalah kasus sekolah online seluruh Indonesia yang gak dipikirin fasilitasnya, sampai-sampai ada kisah menyedihkan ortu yang rela mencuri demi membelikan gadget untuk anaknya sekolah daring. Dan masih banyak lagi kisah pilu dibalik sekolah daring dengan gadget.
 
Mohon para wakil rakyat di Senayan tidak larut dalam euforia sedikit-sedikit aplikasi. Apalagi yang terkait dengan layanan publik dan hajat hidup orang banyak. Banyak asumsi yang seolah "taken for granted" yang tidak dibahas lagi padahal justru soal mendasar terkait penggunaan smartphone dan aplikasi digital untuk layanan publik. Misal: berapa jumlah pengguna smartphone, berapa yang paham sepenuhnya cara kerja smartphone, apakah setiap pengguna diasumsikan bertanggungjawab sepenuhnya atas seluruh perilaku smartphone, juga cara kerja aplikasi, kesepakatan antara pengguna dan aplikasi, kesepakatan setiap transaksi dan seterusnya. Karena sebagaimana kita tahu, HP adalah sebuah perangkat komputer yang rata-rata hari ini diukur secara otaknya atau processor/CPU, memori, ruang penyimpanan dan koneksi sudah jauh lebih powerful dibanding rata-rata PC 10 tahun lalu.
 
Pernah dengar ada pelatihan cara menggunakan HP? Padahal konsekwensi dan relasi antara HP dengan pengguna bisa sangat kompleks. Adakah regulasinya?
 
Coba cek aja setiap install aplikasi minta permission untuk akses beberapa tool di HP pasti di-OK-in semua... Belum lagi GPS, wi-fi, dan bluetooth yang on terus...
 
 
 

 

Gregory Mankiw dalam Ten Principles of Economics mengatakan :

1. People face trade-offs

2. The cost of something is what you give up to get it

3. Rational people think at the margin

4. People respond to incentives

5. Trade can make everyone better off

6. Markets are usually a good way to organize economic activity

7. Governments can sometimes improve market outcomes

8. A country's standard of living depends on its ability to produce goods and services

9. Prices rise when the government prints too much money

10. Society faces a short-run tradeoff between Inflation and unemployment.

 

 

10 prinsip ekonomi diatas adalah dasar yang dipakai untuk menyusun teori ekonomi dan menjadi pedoman bagi para ekonom. Selain konsep ekonomi standar seperti penawaran dan permintaan, kelangkaan, biaya dan manfaat, serta insentif, ada 10 prinsip tambahan yang harus diikuti di lapangan. 

 

Jika kita cuplik satu tentang People respond to incentives, maka mestinya dengan aplikasi-aplikasi android bagi penerima subsidi dijelaskan insentif yang didapat dengan memakai aplikasi ini. Dapat diskonkah, extra mile-kah, atau yang lain yang menguntungkan khalayak. Disamping issue keamanan data dan penggunaan. Ini baru sebagian kecil aspek dari relasi antara pengguna, HP dan aplikasi.

Di sisi lain, insentif (nomer 4) akan berlawanan dengan rational people (nomer 3); "Kalo gak ada insentif, ngapain saya harus repot-repot pindah?"
Sedang nomer 8 akan banyak dipengaruhi keputusan ekonomi masyarakat. Makin besar biaya konsumsi, maka semakin kecil konsumsi barang lain; Ceteris Paribus.
Hal mendasar seperti: pulsa/kuota terpakai untuk apa saja? Mungkin banyak yang tidak paham ketimbang yang paham.
 
Belum lagi teknis di lapangan. Bagaimana pembelian BBM bagi nelayan (perahu) dan petani (traktor)? Masa iya pakai aplikasi yang memakai data nopol kendaraan? Sejak kapan traktor dan perahu nelayan bernopol? Atau jika boleh beli, berapa limitnya? Karena nelayan tiap hari melaut bisa membawa 100 liter solar sesuai kebutuhan.
Hal-hal begini sepertinya belum tersosialisasi dengan baik. Jangankan tersosialisasi, mungkin dipikirkan oleh para pembuat keputusan pun tidak. Lagi pila semua yang digital tetep kudu ada backup analognya. Penting juga untuk menyediakan banyak kanal, digital dan analog, ketimbang mengubah menjadi satu. Internet saja ada backbone dan back up. Ingat saja, bahwa dalam kemudahan itu seringkali banyak jebakan.
 
Maka jangan terlalu gebyah uyah latah segala urusan dipakein aplikasi dan menggampangkan segala sesuatu dengan diksi digitalisasi nanti kerepotan sendiri.
 
 
Kopi_kir sendirilah! (mda)
 
 
Penulis : Malika D. Ana
 
 
 
 
 
 
 

Most Popular

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022