images/images-1668062739.jpg
Tokoh

Kisah Roman Detektif Ktut Tantri Tanah Paradise

Author Abad

Nov 10, 2022

657 views

24 Comments

Save

penulis : Pulung Ciptoaji

 

abad.id-“Sekarang sudah tiba waktunya untuk menentukan kepada siapa obor kemerdekaan harus diteruskan andaikata tidak mampu lagi menjadi pemimpin perjuangan di tengah-tengah rakyat kami. Seharusnya kelangsungan perjuangan rakyat untuk mencapai kemerdekaan seperti telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar, berakar di dalam persatuan dari semua golongan yang menjunjung tinggi Republik ini. Sesudah mempertimbangkan dengan matang dan seksama, dengan persetujuan penuh pemimpin yang bertanggung jawab, dengan ini kami menyatakan bahwa perjuangan kemerdekaan kita akan diteruskan oleh Tan Malaka, Iwa Koesoemarsoumantri, Syahrir, Wongsonegoro.

                Hidup Negara Republik Indonesia

                Hidup bangsa Indonesia

                Soekarno, Moh Hatta.

 

                                                                                                                         

Surat wasiat politik ini ditandatangani Sukarno dan Hatta pada 1 Oktober 1945 saat situasi Jakarta sedang genting. Hatta memang mengusulkan dibuatkan surat wasiat kepada empat golongan besar di Indonesia. Yaitu komunis nasionalis, sodialis demokrat, pemimpin islam, serta perwakilan kelompok elit. Selanjutnya surat wasiat itu menjadi pegangan Tan Malaka untuk mencari jalan politik sendiri.

 

Dalam buku Soekarno Biografi 1901-1950 tulisan Lambert Giebels menyebutkan, memang pada akhir tahun 1945 ini situasi Jakarta sangat rawan. Insting Tan Malaka yang menyatakan, presiden dan wakil presiden tidak bisa lagi bebas bergerak karena banyak ancaman pembunhan dan penculikan dianggap sebuah kebohongan.

 

Sukarno justru melakukan perjalanan keliling pulau Jawa di bulan Desember 1945 dengan memanfaatkan popilaritasnya sebagai proklamator. Tur tersebut berakhir di Selekta sebuah tempat wisata di Kota Batu. Dalam perjalanan itu, Sukarno didampingi wartawan dari dalam dan luar negeri termasuk watawan perjuangan kelompok radio pembeontak Ktut Tantri. Dari kantor berita luar Aneta terdapat Hans Martinot yang selama dalam perjalanan tampak akrab dengan Sukarno. Dalam laporannya, Hans mengatakan Sukarno bisa mengendalikan situasi politik dalam negeri dengan baik, meskipun negara baru berumur 5 bulan.

 

Sebenarnya perkenalan Ktut Tantri dengan Sukarno memang baru beberapa bulan sejak munculnya perang 10 November di Surabaya. Ktut Tantri yang meruakan pejuang bawah tanah bersama pemuda Sutomo, menggelorakan peristiwa tersebut melalui radio pemberontak. Dari radio yang stasionnya berpindah pindah itu, berita tentang perang dasyat menggema ke seluruh dunia. Sukarno yang saat itu berada di Jakarta sangat hafal dengan suara Ktut Tantri, perempuan warga negara Amerika yang menjadi anak angkat raja Bali.

 

 

 “Saja tidak akan melupakan detik detik  dikala Tantri dengan tenang mengutjapkan pidatonja dimuka mikropon, sedangkan bom-bom dan peluru peluru mortir berdjatuhan dengan dahsjatnja dikeliling pemantjar radio pemberontakan,” kata Bung Tomo yang akhirnya menjadi kesan bagi Sukarno.

 

Sepulang dari keliling dengan tujuan menggelorakan api kemerdekaan langsung ke rakyat Jawa ini, rombongan semakin tidak betah di Jakarta. Sebab Sukarno harus waspada, banyak informasi yang beredar  Belanda bisa saja  melakukan tindakan keji dengan meminjam tangan orang demi kembalinya kekuasaan. Rumor yang beredar, Belanda telah membayar pembunuh bayaran orang Ambon dan Indo. Kemungkinan sasarannya bisa siapapun, termasuk nyawa Presiden dan Wapresnya. Atas pertimbangan menyelamakan perjuangan menuju kemerdekaan seutuhnya,  pusat pemerintahan harus dipindah ke Yogjakarta secepatnya.

 

Pagi subuh itu tanggal 4 januari 1946,  keluarga Sukarno sudah berkemas. Dari cerita Fatmawati, perpindahan seperti pelarian. Sebuah kereta sudah menunggu di jalur paling dekat dengan jalan Pegangsaan, lalu mereka menyelinap masuk gerbong dan degera beangkat ke Yogjakarta. Keluarga ini masuk gerbong barang yang sudah disiapkan untuk menampung penumpang. Benar adanya, ketika melintas di Jatinegara kereta ditembaki orang tidak dikenal. Tanpa gentar masinis tetap menerobos tembakan orang tidak dikenal itu hingga tiba di Yogjakarta dengan selamat. Sungguh, nyawa presiden dalam ancaman besar yang harus diselamakan.

 

Sejak perpindahan presiden itu menandakan Yogjakarta telah berubah menjadi ibu kota negara Indonesia. Hatta kemudian menyusul ke Yogjakarta dan berkantor di sebuah bangunan bank Belanda. Sementara Sukarno menempati istana negera bekas bangunan milik Gubernur Jendral Belanda. Di Yogjakata ini juga menjadi pusat pemerintahan raja jawa selama 9 generasi. Sultan Hamengkubuwono IX yang berpenddikan Belanda itu langsung memihak ke republik ketika negara diproklamasikan.

 

Sebagai warga pendatang di Yogjakarta, Sukarno mulai beradaptasi lingkungannya. Sesekali jalan jalan keliling ke Malioboro. Beberapa kali Sukarno ditemani keluarga, namun juga beberapa wartawan terkadang ikut rombongan keliling pasar.  Hingga suatu saat Sukarno ditemani Ktut Tantri yang sengaja diundang. Ktut memang tinggal di Yogakarta karena menjadi bagian dalam kabinet Amir Syarifudin. Sebagai penasehat kabinet tersebut, tentu Ktut harus berusaha dekat dengan si Bung.

 

Kulitnya yang putih dan tidak terlalu tinggi dan hidung tidak terlalu mancung, keberadaannya selalu menjadi perhatian. Saat di pasar misalnya, warga Yogjakarta seperti melihat sosok putri peri. Sesekali warga menyapa menggunakan bahasan Belanda, namun selalu dijawab olek Ktut secara ramah menggunakan Bahasa Indonesia.

 

Ktut Tantri benar-benar menjadi idola baru di lingkungan ring 1 Sukarno. Andai saja situasi bukan sedang revolusi, mungkin akan ada cerita lain. Sukarno dan Ktut berkomunikasi intens tentang apa saja. Hingga suatu saat Ktut yang sangat bersimpati dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia mengingatkan akan keamanan nyawa Sukarno. “Sebagai jurnalis yang mengerti tentang dunia intelgen, saya selalu meminta Sukarno untuk tidak terlalu dekat dengan siapapun,” kata Ktut.

 

Situasi keamanan belum pulih meskipun sudah berada di Yogjakarta. Sebab siasat Belanda bisa melakuakn apapun demi tujuannya.

 

Ktut Dalam bukunya Revolt In Paradise (pemberontakan di tanah firdaus) menceritakan, bahwa sekitar bulan Maret atau 3 bulan pasca Sukarno pindah situasi sulit ditentukan. Antara kawan dan siapa lawan masih belum tampak. Dalam cerita seperti roman detektif itu, Ktut menceritakan ada skenario Sukarno akan dibunuh dengan cara diracun. Kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono IX disiapkan sebagai penggantinya. Seorang putri keraton yang telah disuap oleh seseorang yang tidak jelas identitasnya memainkan peran utama dalam kelompok ini.

 

Dalam bukunya itu Ktut yang mengakau dekat dengan banyak kalanagan, behasil menggagalkan niat jahat tersebut. Yaitu dia berhasil membuka rahasia sang putri dan membujuknya siapa dibalik komplotan itu. Dalam pengakuannya, putri tersebut melakukan karena diminta oleh seorang perwira muda yang bertugas di intelgen TKR.

 

Pernyataan Ktut ini mirip cerita fiksi belaka tanpa dasar dan tanpa argumen dan bukti-bukti. Memang saat itu nama Hoegeng yang disebut sebut dalam bukunya itu dikenal sebagai perwira intel bawah tanah tangan kanan Syahrir selama pendudukan Jepang.

 

Atas tuduhan tersebut, secara garis besar membenakan memang ada kejadian Sukarno hendak diracun seperti yang ditulis dalam buku Ktut Tantri. Bahkan Hoegeng menyebut bahwa NEFIS atau dinas rahasia Hindia Belanda yang mendalangi rencana aksi pembunuhan ini. (pul)

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Begini Pengaruh Marga Han di Jatim

Pulung Ciptoaji

Jan 09, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Pembangunan Balai Kota Surabaya Penuh Liku

Pulung Ciptoaji

Dec 18, 2022

Menjaga Warisan Kemaharajaan Majapahit

Malika D. Ana

Nov 15, 2022