images/images-1690798196.jpg
Indonesiana

Hari Anak Nasional, Saatnya Anak Bebas Bertanya

Pulung Ciptoaji

Jul 31, 2023

617 views

24 Comments

Save

Anak-anak sedang berjalan dengan latar belakang gunung pandermen Kota Batu tahun 1947. Foto FB

 

hari anak

 

Anak-anak sedang berbaris dengan didampingi seorang guru tahun 1947. Foto FB

 

abad.id-Hari Anak Nasional dirayakan setiap tanggal 23 Juli. Tahun ini merupakan peringatan Hari Anak Nasional ke-39. Sejarah Hari Anak Nasional  dilatarbelakangi Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana ada aturan “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,”.

 

Hadirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 juga membuat pemerintah lebih memberikan atensinya kepada anak Indonesia terutama terkait kesejahteraan anak.

 

Baca Juga : Inilah Tujuan Organisasi Pergerakan Perempuan Indonesia

 

Sejak disahkannya Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak, pemerintah terus berupaya terus mengoptimalkan kesejahteraan anak. Salah satunya dengan mendorong kepedulian semua pihak lewat penyelenggaraan Peringatan Hari Anak Nasional. Hari Anak Nasional pertama kali dicetuskan oleh Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada 1951. Namun perayaannya mulai dilakukan pada tahun 1952 oleh Presiden Soekarno menjabat.

 

hari anak

Hak yang harus terpenuhi, yaitu mendapatkan kasih sayang dari orangtua, berhak mendapatkan sandang, pangan dan papan, berhak mendapatkan pendidikan, berhak mendapatkan akses kesehatan, berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan. Foto FB

 

Hari Anak Nasional kemudian ditetapkan setiap tanggal 23 Juli melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 44/1984. Tanggal 23 Juli dipilih karena bertepatan tanggal pengesahan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979. Setiap tahunnya Hari Anak Nasional memiliki tema yang berbeda-beda. Untuk Hari Anak Nasional 2023 ini tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”.

 

Adapun tujuan umum Hari Anak Nasional, bentuk penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa. Tujuan khusus peningkatan peran Pelopor dan Pelapor (2P) dalam rangka menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak.  Penciptaan ruang berkualitas dalam rangka meningkatkan pengasuhan keluarga sebagai upaya pencegahan kekerasan dan eksploitasi terhadap anak. Pemberian edukasi baik untuk anak maupun orang tua (lingkungan) mengenai pencegahan perkawinan anak dan pekerja anak, serta pemberdayaan ekonomi keluarga dalam upaya peningkatan kualitas anak.

 

Baca Juga : Mengumbar Perempuan Dalam Iklan Rokok

 

Namun secara umum seorang anak memiliki hak yang harus terpenuhi, yaitu mendapatkan kasih sayang dari orangtua, berhak mendapatkan sandang, pangan dan papan, berhak mendapatkan pendidikan, berhak mendapatkan akses kesehatan, berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan. Bentuk hak bimbingan terhadap anak masih sangat terbatas, dan masih dianggap tidak ada bedanya dengan hak penghidupan dan perlindungan. Padahal hak bimbingan tersebut berupa jawaban atas keingin tahuan anak terhadap dunia.

 

Malu Bertanya Sesat Masa Depan

 

Seorang psikolog dari UINSA Surabaya Sofie Balgis menyebutkan, hak dasar tumbuh kembang anak di usia balita salah satunya bertanya. Sebab saat itu seorang anak sedang mengalami pertumbuhan otak sangat pesat. Seiring dengan pertumbuhan otak berkembang pula perkembangan kognitifnya. Bermula dari sensori indrawi. Segala hal diluar diri anak ditangkap panca indra. Kemudian memunculkan pikiran untuk ingin tahu apa ini apa itu kenapa begitu begini. “Di usia SD otak masih bertumbuh. Di usia 7 tahun lebih ini mulai kematangan pertumbuhan otak neokorteks atau otak cerdas yang berfungsi  memproses informasi dan mengolahnya,” kata Sofie.

 

Nah disaat itulah anak makin ingin tahu dan banyak tanya. Dengan ditunjang otak bahasa yang membuatnya mampu bicara dengan lancar. Atas perkembangan ini, pendamping anak perlu menjawab sesuai tingkat kemampuan berpikir. Bagi anak memahami sesuatu itu secara konkrit. Bisa dilihat ada wujudnya ada buktinya ada bendanya bahkan bisa dipegang.

 

Baca Juga : Ini Alasan Kenapa Lukisan Perempuan Lebih Mahal

 

Karena itu seorang pendamping harus menjelaskan dan gambaran ilustrasi, serta bisa dengan simulasi atau putarkan video peraga yang tersedia di internet. Misalnya kenapa bisa turun hujan dari langit. “Tapi perlu bijak untuk menjawab  beberapa pertanyaan yang cukup singkat saja tidak usah diilustrasikan panjang lebar atau dicontohkan. Misal adik itu datangnya dari mana? Dari perut ibu. Cukup begitu. Gak usah penjelasan rumit. Kalo tanya kok bisa di perut. Jawab saja,  Allah/Tuhan yang meniupkan ke perut ibu,” jelas Sofie Balgis.

 

Lalu orang dekat tersebut memperagakan gerakan meniup lalu ucapkan kun fayakun nah ini kalo menjelaskan ke anak dengan cara yang Islami. “Ditiup mulai dari daging sekecil kacang lalu adik bayi berkembang membesar dengan pertumbuhan anggota tubuh lengkap sampai akhirnya lahir,” jelas Sofie.

 

Kalo tanya lahirnya dari mana, jawabnya sesuai medis boleh misal lewat saluran vagina. Jalannya bayi lahir lewat saluran vagina pada perempuan. Jadi laki-laki tidak bisa melahirkan. “Karena laki-laki tidak punya seperti perempuan. Ini sudah penjelasan kodrat lakilaki dan perempuan secara anatomi dan fitrah,” kata Sofie.

 

Baca Juga : Tentara Inggris Sempat Ketar-Ketir Melawan TRI Wanita

 

Jawaban apapun kelak akan menjadi tanggung jawab orang disekitarnya, demi karya, imajinasi dan daya cipta nalar berkembang anak. Tidaklah gampang memberikan jawaban sederhana, benar, dan memuaskan terhadap anak. Repotnya lagi bila si anak tidak puas, ia akan terus bertanya. Menurut Sofie, ada tips bijak yang bisa dilakukan orang tua anak, pertama Jawab dengan ilustrasi konkrit yang bisa diserap secara inderawi penglihatan pendengaran. Kedua jawab dengan sederhana tidak usah rumit. Atau sederhanakan agar bisa dipahami sesuai daya tangkap anak, ketiga tidak perlu bingung urusan tabu atau saru. Jika bisa dijelaskan, jawab dengan uraian singkat. Lal Ke empat bisa mengikuti petunjuk yang lazim dipakai secara ilmiah, dan ke lima jika merasa kurang sreg atau tidak pas dengan umurnya, bisa katakan nanti dijelaskan kalo sudah SMP atau umur 17.

 

Kasus sering pertanyaan akan selalu diingat terhadap anak saya. Karena merasa geli bahkan lucu. Terkadang membuat kami orang tua terperanjat karena merasa gawat, “ Kok masalah gituan yang ditanya”, sekaligus kagum 'luas juga pengetahuan anak ini'. Serta terhenyak karena saya juga tak tahu jawabnya.

 

Usaha menemukan jawaban dari ratusan pertanyaan anak-anak yang sedang tumbuh merupakan tantangan dan tanggung jawab saya sebagai orang tua. Pada usia sekitar 2 tahun misalnya, saya sudah direpotkan dengan pertanyaan bertubi-tubi "Ini apa? Itu apa?". Menginjak usia 3 sampai 4 tahun pertanyaan itu beralih menjadi "Bagaimana?", dan ini menyusul dengan "Mengapa?".

 

Jawaban saya sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Merangsang imajinasi anak atau justru mematikannya, memperkaya pengetahuannya atau justru memper sempit wawasannya, mendorong ia bertanya lagi atau justru membungkamnya. Sikap, nada suara, mimik wajah saya tatkala menerima dan menjawab pertanyaan turut juga menentukan kualitas jawaban. Dan ini mempengaruhi sikap anak selanjutnya.

"Kenapa Allah menciptakan setan?"

 

Baca Juga : Kepada Yth Soeharto, Daripada Anak-Anak Indonesia

 

Jawabnya tergantung dari usia anak. Jawaban untuk usia 5 tahun tentu berbeda untuk anak usia 10 tahun. Dalam menjawab pertanyaan anak, saya berpegang pada prinsip perkembangan dan developmental task anak usia 5 - 12 tahun.

 

Jadi menerangkan lebih lanjut bahwa developmental task tugas-tugas yang harus dapat diselesaikan oleh seseorang dalam suatu periode tertentu. Bila seseorang berhasil dalam melaksanakan tugasnya, ini akan memberi rasa senang, den besar kemungkinan akan berhasil pada tugas berikutnya.

 

Secara garis besar anak-anak berusia 0 - 6 tahun sudah dapat mengenal konsep sederhana tentang keadaan tubuhnya. Anak sudah belajar mengenal apa yang baik dan yang buruk. Juga mereka sudah mengetahui perbedaan laki-laki dan perempuan. Sedangkan anak-anak usia 6- 12 tahun sudah dapat membedakan peranan laki-laki dan perempuan, mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai. Kernampuan menulis dan membaca pada usia ini juga semakin meningkat.

 

Ada 3 keuntungan bila mengetahui developmental task anak. Pertama, sebagai penuntun bagi orang tua dan pendidik dalam memberikan tugas pada anak. Sebab mereka sudah tahu pada umur itu tugas apa yang sudah dapat dilakukan anak.  Kedua, sebagai usaha untuk memotivasi anak belajar yang diharapkan lingkungan terhadap mereka pada usia tertentu. serta ketiga, memberikan gambaran pada orang tua dan pendidik apa yang dapat diharapkan dari anak pada waktu dekat ini dan pada waktu mendatang.

 

Baca Juga : Haasse Penulis Novel Oeroeg, Kisah Persahabatan Anak Jajahan

 

Alam sekitar merupakan pertanyaan yang sering dilontarkan anak. Modal utama untuk menjawabnya tentu saja pengetahuan dari orang tua. Tak perlu malu kalau orang tua tidak bisa menjawab. Berterus terang lebih baik daripada memberikan jawaban yang keliru. ‘'Saya selalu mengatakan tunggu sebentar, Bapak masih membuka google,”

 

Untuk anak-anak usia 7 sampai 12 tahun pengetahuan llmu·Pengetahuan Alam di sekolah dapat merupakán bahan untuk menjelaskan gejala alam. “Mengapa bentuk bumi dikatakan bulat? , atau kemana perginya matahari pada waktu malam?”. Bagaimana biji mangga bisa jadi pohon?, Mengapa pohon bisa jadi besar?, Bagaimana tanaman bisa makan? “.

Lalu perjalanan waktu karena sudah semakin besar, si anak mulai ngerjain saya dengan pertanyaan, “telor dan ayam dahulu mana,?” Superman berperang lawan Batman menang mana,” Paling pinter mana binatang Anjing dibanding kucing,” Bagaimana memasukkan gajah di dalam kulkas,”. (pul)

 

 

 

 

 

 

Most Popular

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023