images/images-1665891412.jpg
Sejarah
Riset

Hari Ini 54 Tahun Lalu, Usman Harun di Eksekusi Mati di Penjara Singapura

Author Abad

Oct 16, 2022

542 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

Surabaya, Setelah menunggu lebih dari 3 tahun di penjara Singapura, tepat 17 Oktober 1968 kopral komando usman ali dan prajurit komand harun said menjalani hukuman mati dengan cara digantung di penjara singapura. Hukuman mat terhadap 2 anggota Korps komando angkatan laut (KKO) ini telah dijatuhkan sejak tahun 20 oktober 1965 oleh pngadilan singapura. Keduanya dituduh telah memasuki wilayah yang diawasi (controlled area) dan diatur dalam undang - undang keamanan dalam negeri singapura (Internal Security act) serta melakukan sabotase militer.  

 

Kisah mereka berawal dari ujung batas selat Indonesia-Singapura, ada sebuah pulau kecil yang memiliki nilai sejarah tinggi untuk Indonesia, Pulau Sambo atau Sambu. Pulau ini sempat menjadi benteng pertahanan Belanda saat Pemerintah Hindia Belanda menjajah Indonesia. Pagi hari 8 Maret 1965, Usman dan Kopral diperintah menyusup ke Singapura melalui Pulau itu. Jarak yang ditempuh hanya sekitar 9 mil. Kedua prajurit itu menggunakan perahu karet dengan mendayung seharian.

 

Usman sebagai pimpinan memerintahkan Harun dan Gani bin Arup berpencar untuk melakukan teror. Setiba di daratan menuju target tanggal 10 Maret 1965 yaitu meletakkan bahan peledak di tangga lantai mezzanine, dekat area lift di Gedung McDonald House di Orchard Road, Singapura. Setelah memasang timer, mereka meninggalkan bangunan sekitar pukul 15.00, menggunakan bus.  Tujuh menit berselang atau  pukul 15.07 bom berkekuatan besar meledak. Saat itu di dalam The Hongkong and Shanghai Bank sudah tutup pukul 15.00, tapi masih ada 150 karyawan melakukan pencatatan transaksi.

 

Bom di Gedung McDonald Singapura itu, membuat bangunan rusak parah, kaca jendela bangunan lain berjarak 100 meter pun turut ambyar. Bahkan, kantor Komisi Tinggi Australia (Australian High Commission) yang juga ada di dalam bangunan turut berantakan. Dikutip dari Singapore Infopedia,

 

Dari pemeriksaan pada bangunan menunjukkan, 9 hingga 11 kilogram bahan peledak nitrogliserin digunakan dalam aksi pemboman. Bahkan saking dahsyatnya ledakan, seluruh jendela gedung dalam jarak 100 meter dan mobil yang diparkir rusak parah.

Media the Strait Times edisi esok harinya menulis kejadian tersebut di headline dengan judul, “Terror Bomb Kills 2 Girls at Bank”. Dua karyawan bank tewas seketika dalam kejadian tersebut: Elizabeth (Suzie) Choo, dan Juliet Goh. Korban lainnya, Mohammed Yasin bin Kesit, seorang sopir berusia 45 tahun, setalah koma beberapa hari kemudian meninggal. Serta 33 orang dinyatakan terluka.

 

Seketika polisi Singapura bergerak. Dengan cepat polisi mengantongi calon buruan berdasarkan keterangan banyak saksi. Yaitu dua orang asing mondar mandir dan meletakkan sesuatu di bawaah lift. Kemudian pelaku naik bus dan barang tersebut meledak 7 menit kemudian. Polisi Singapura yakin pelaku bukan warga lokal. Semua pintu keluar Singapura diperiksa dan dijaga ketat. Nasib naas menimpa pelaku setelah 3 hari pasca kejadian, Kopral Dua Harun Tohir bin Mandar dan Sersan Dua Usman Janatin Bin Hj Mohd Ali, ditangkap saat hendak meninggalkan Singapura. Perahu yang digunakan kabur mendadak rusak di tengah laut. Sementara Gani bin Arup yang juga terlibat dalam operasi berhasil lolos dari kejaran aparat Singapura karena memilih rute berbeda untuk melarikan diri.

 

 

Keduanya prajurit Korps Komando Operasi (KKO), sebutan untuk pasukan Marinin di zaman Presiden Soekarno. Tindakan tersebut mereka lakukan atas nama negara. Saat itu, pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Soekarno menentang penggabungan Federasi Tanah Melayu, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah ke dalam satu Malaysia.

 

Pada 20 Oktober 1965, Usman dan Harun divonis bersalah oleh pengadilan. Kasasi mereka ditolak Pengadilan Federal Malaysia pada 5 Oktober 1966. Pasca vonis itu, banyak usaha dilakukan pemerintahan Presiden Soeharto. Sang Presiden menunjuk Letnan Kolonel Angkatan Darat Abdul Rachman Ramly untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ramly waktu itu Kepala Perwakilan RI di Singapura atau cikal bakal Kedutaan Besar RI di Singapura. Melalui hubungan diplomatik, Ramly meminta kepada Singapura agar Usman dan Harun tidak dihukum mati. Namun Singapura berkukuh menghukum mati Usman dan Harun. Penyebabnya pemerintah Singapura termasuk negara persemakmuran Inggris. Dengan demikian, keputusan hukum tertinggi ada di London, Inggris. Dibantu pengacara Singapura, pemerintah presiden suharto juga mengajukan banding di London Inggris. Namun hasil banding pun tidak diterima, bahwa Usman dan Harun tetap dihukum mati.

 

Secara pribadi Presiden Suharto juga meminta kepada Lee Kuan Yew untuk memberikan keringanan hukuman. Namun tetap saja, malam itu tanggal 17 Oktober 1968 keduanya dieksekusi gantung di Penjara Changi. Atas kematian prajurit terbaik bangsa itu, Presiden Soeharto memberikan penghargaan bagi Usman dan Harun sebagai pahlawan nasional dengan SK Presiden No.050/TK/Tahun 1968, pada hari eksekusi tersebut, 17 Oktober 1968. Setelah jenasah tiba di Jakarta, hampir satu juta orang mengiringi Usman Harun menuju Markas Hankam hingga Taman Makam Pahlawan Kalibata.

 

PM Lee Kuan Yew menaburkan bunga langsung di atas makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Repro/Pak Harto The Untold Stories

 

Tiga tahun kemudian setelah hukuman mati atau tahun 1971, Lee Kuan Yew merencanakan kunjungan ke Indonesia. Kesan terhadap aksi penolakan Lee Kuan Yew masih membekas bagi Suharto. Maka Presiden Suharto lantas mengajukan syarat sebelum masuk Istana Negara, bahwa Lee Kuan Yew harus menaburkan bunga di makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Bagi Suharto ini merupakan kemenangan secara politik. Namun bagi Lee seorang pengusaha yang menjadi pemimpin, apapun akan dilakukan asal bisa kembali membangun hubungan baik dengan Indonesia. (pul)

 

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023