Penulis : Pulung Ciptoaji
abad.id. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta personel kepolisian agar tidak pongah dan hedonis. Hal ini disampaikan Mahfud terkait arahan Presiden Joko Widodo kepada pejabat Markas Besar Polri, Kapolda, dan Kapolres seluruh Indonesia di Istana Kepresidenan di Jakarta Jumat (14/10/2022) lalu. Mahfud MD mengajak supaya personel kepolisian bisa hidup sederhana bersama masyarakat.
“Kalau dari aspek pengarahan Presiden, marilah Polri itu kita bangun sebagai polisinya rakyat yang sederhana bersama kehidupan rakyat, tidak pongah, tidak sewenang-wenang, dan tidak hedonis, dan tidak berlebihan di dalam hidup,” ujar Mahfud dikutip dari Youtube Kemenko Polhukam.
Pernyataan yang sama juga disampaikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang siap menindak anggotanya sendiri jika terdapat permasalahan. Sebelumnya, Jokowi berpesan kepada pejabat Polri menjaga gaya hidup mereka agar tidak bermewah-mewahan. Jokowi mengatakan, gaya hidup mewah itu harus "direm" demi tidak menimbulkan kecemburuan sosial di tengah masyarakat yang sedang susah akibat krisis.
"Jangan gagah-gagahan karena merasa punya mobil bagus atau motor gede yang bagus, hati-hati saya ingatkan, hati-hati," kata Jokowi.
Dalam setiap kesempatan, Suharto selalu menyampaikan ajakan pola hidup sederhana dan menjauhi hedonis. Foto Ist
Namun jauh sebelum ajakan hidup sederhana yang disampaikan Presiden Jokowi, telah muncul Peraturan Pemerintah No 6 tahun 1974 tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta. Perintah wajib hidup sederhana ini diteken langsung Pesiden Suharto, yang merasa melihat banyak pegawai pemerintah yang hidup Hedonis. Tujuannya sebagai usaha lebih meningkatkan daya guna PNS guna menyelenggarakan tugas-tugas umum maupun pembangunan. Kewajiban hidup bersama ini ditetapkan mulai 5 Maret 1974.
Munculnya PP No 6 tahun 1974 ini ada sejarah yang mengawalinya. Rupanya saat itu terjadi euforia kemakmuran yang berlebihan dirasakan pemerintahan Suharto setelah terjadi lonjakan harga minyak. Tidak hanya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik, jumlah devisa negara juga ikut menjadi modal besar untuk pembangunan berkelanjutan. Tahun itu banyak investor asing juga berlomba-lomba masuk ke Indonesia. Sehingga sektor swasta bisa menyerap lapangan pekerjaan bagi pemuda yang sebelumnya menganggur sambil terbius ambisi politik dan ideologi.
Bagi pejabat negara, di tahun-tahun tersebut benar-benar masa terindah dan memingkinkan hidup hedonis. Sebab Suharto tidak hanya menaikan gaji pegawai negeri dan ABRI, namun juga memberi kesempatan untuk melakukan study banding ke beberapa negara . Tentu motivasi kegiatan tersebut untuk menambah ilmu. Namun ternyata di lapangan, banyak pejabat pegawai negeri dan ABRI memanfaatkan untuk kegiatan berwisata bersama keluarganya.
Perilaku hedonis ini juga telah merusak mental dan moral para pegawai negeri dan ABRI pada masa itu. Banyak kasus hukum yang ditangani polisi bermunculan paaling banyak tidakan asusila. Serta tindakan moralitas berupa selingkuh di tempat kerja hingga perkelahian di klub malam oleh para oknum. Bagi Suharto, hedonisme ini pelanggaran perilaku sosial yang mengancam negara. Sama berat ancamannya dengan perilaku korupsi, kolusi dan perilaku penyakit masyarakat lainnya.
Maka dengan sangat mendesak, Suharto segera menerapkan peraturan yang kemudian dikenal dengan sebutan kebijakan mengenahi pola hidup sederhana itu. Diantaranya melarang pegawai negeri golongan IV/A (PGPS1960) ke atas, anggota ABRI berpangkat Letnan Dua ke atas serta pejabat dan istri mereka, memiliki seluruh atau sebagian perusahaan swasta, memimpin atau duduk sebagai pengurus atau pengawas suatu perusahaan swasta dan melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi atau sambilan.
Tidak hanya itu, Suharto juga meneken Keputusan Presiden No 10 tahun 1974 tentang beberapa pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam rangka pendayagunaan aparatur negara dan kesederhanaan hidup sehari hari.
Keputusan presiden Suharto ini menyangkut perilaku. Mulai larangan untuk memberikan pelayanan yang berlebihan kepada pegawai negeri anggota ABRI atau pejabat yang berkunjung ke daerah, seperti penyelenggaraaan resepsi, pesta, pemberian hadiah atau tanda mata. Anjuran agar penyelenggaraan ulang tahun suatu departemen dilakukan secara sederhana tidak dengan pesta-pesta, selamatan dengan menghamburkan uang negara.
Bagi pejabat pejabat isntansi hanya disediakan kendaraan dinas yang sederhana sesuai dengan standar dan tidak menguasahi/ menggunakan kendaraan dinas yang tergolong mewah, juga dilarang seorang pegawai negeri atau pejabat menguasai kendaraan dinas/ rumah dinas lebih dari satu. Aturan lain kewajiban untuk mendapatkan ijin tertulis bagi pegawai negeri dan anggota ABRI, pejabat dan istrinya yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri untuk keperluan pribadi.
Masalah hak indifidu juga diatur oleh Suharto. Misalnya larangan bagi pegawai negeri memasuki tempat-tepat umum tertentu seperti perjudian, kelab malam, dan pemandian uap. Terakhir petunjuk agar penyelenggaraan perayaan yang bersifat pribadi dilakukan secara sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
Suharto dalam berbagai kesempatan dalam pidatonya selalu mengajak pola hidup sederhana ini. Menurut Suharto pola hidup sederhana bukanlah pola hidup anti kemajuan, atau pola hidup gaya melarat. Pola hidup sederhana yanag digambaran sang presiden berupa hidup hemat dan wajar. “Pola hidup mewah, boros dan berlebih-lebihan bukan saja tidak sesuai dengan semangat pembangunan, tetapi juga mengurangi kesetiakawanan sosial,“ kata Suharto dalam Kepresnya. (pul)
Dari Kolaborasi ke Nominasi
Abad.id, SURABAYA - Film dokumenter drama (dokudrama) “Koesno, Jati Diri Soekarno”, buah karya TVRI Jatim terpilih sebagai nominasi Film Pendek Terbaik, Festival Film Indonesia (FFI) 2022. Film berdurasi 25 menit ini mengisahkan riwayat kecil Soekarno yang kala itu masih bernama Koesno.
Koesno dilahirkan di kampung Pandean, Surabaya. Koesno kecil tidak lama tinggal di Surabaya. Setelah kelahiran pada 6 Juni 1901, enam bulan kemudian pada Desember 1901, ia diboyong orang tuanya pindah ke Ploso Jombang karena sang ayahanda, Raden Sekeni Sosrodiharjo, pindah mengajar. Sukeni adalah seorang guru.
Hidup mereka memang berpindah pindah. Dari Jombang pindah ke Mojokerto, Tulungagung dan Sidoarjo. Baru ketika Koesno, yang namanya sudah berganti menjadi Soeklarno, memasuki usia remaja berpindah lagi ke Surabaya karena melanjutkan sekolah di Hogere Burger School (HBS), setingkat SMA. Ia bersekolah di HBS selama lima tahun mulai 1916 hingga lulus pada 1921. Selanjutnya, Soekarno melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi Technische Hoogeschool atau sekolah Teknik Tinggi (kini ITB Bandung).
Dalam sebuah kesempatan di Technische Hoogeschool, Soekarno sempat meralat isi pidato rektor yang mengatakan bahwa Soekarno dilahirkan di Blitar. Soekarno meralat ketika menyampaikan pidato bahwa ia dilahirkan di Surabaya. “Jadi, saya arek Suroboyo, pak Rektor”, tegas Soekarno kala itu. Pernyataan Soekarno itu direka ulang dalam film Koesno, yang diperankan Walikota Surabaya, Eri Cahyadi.
Itulah sebenarnya inti dari film pendek yang digarap secara kolaboratif antara TVRI Jatim, Pemerintah Kota Surabaya, FIB Unair dan komunitas Begandring Soerabaia. Film ini menegaskan bahwa Soekarno lahir di Surabaya, bukan di Blitar. Dalam film ini walikota Surabaya, Eri Cahyadi, berperan sebagai Soekarno dewasa.
Menurut Kukuh Yudha Karnanta, pemenang Karya Kritik Film Terbaik, Piala Citra, Festival Film Indonesia 2021, bahwa film pendek Koesno yang berhasil masuk daftar nominasi kategori Film Pendek Terbaik FFI 2022 karena Koesno dianggap memiliki potensi baik secara bentuk (sinematografi) maupun konten (isu) yang layak diapresiasi.
Sementara Andre Arisotya, sutradara pelaksana TVRI Jatim yang mengarahkan film Koesno sangat mengapresiasi karya kolaboratif ini. Ia mengatakan bahwa ini sebuah capaian yang tidak terduga sebelumnya.
“Yang istimewa adalah pembuktian bahwa sinergi kita bersama bisa membuahkan hasil yang luar biasa, dan hal ini menjadi kabar gembira bagi semua (tak hanya tim TVRI). Secara pribadi capaian kali ini adalah prestasi yang membanggakan, karena beberapa tahun kebelakang kami memang fokus untuk berkarya di ranah dokumenter”, jelas Andre Arisotya.
Kukuh Yudha Karnanta, yang juga seorang dosen di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair, lebih jauh mengatakan bahwa FFI adalah ajang penghargaan tertua dan tertinggi untuk perfilman di Indonesia.
“Seluruh maestro film mulai dari aktor, sutradara, akademisi dan semua yang ada dalam ekosistem perfilman terhimpun di dalamnya dan dinaungi oleh Pemerintah pusat”, tambah Kukuh.
Pada setiap penyelenggaraan FFI, dibagikan Piala Citra untuk 16 kategori. Diantaranya adalah Film Bioskop Terbaik (Piala Citra Utama), Penyutradaraan Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
Kategori lain yang pernah ada adalah Skenario Terbaik (sampai tahun 2013), Cerita Asli Terbaik (sampai tahun 2013), dan Pemeran Anak Terbaik (ditiadakan mulai tahun 2019). Selain itu diberikan juga penghargaan dengan kategori untuk Film Dokumenter Terbaik, Film Pendek Terbaik dan Film Animasi Terbaik.
Dalam hal ini “Koesno, Jati Diri Soekarno” berhasil masuk dalam daftar nominasi Film Pendek Termaik 2022, yang pengumuman dan penghargaan pemenang akan dilakukan pada 22 November 2022.
Sementara itu walikota Eri Cahyadi yang ikut berperan sebagai Soekarno mengaku bersyukur dan bangga, Film Koesno masuk ke dalam daftar nominasi kategori Film Dokumenter Pendek Terbaik FFI 2022.
“Sebenarnya yang membuat saya merasa bahagia dan bangga itu adalah ketika kita bisa menjelaskan sejarah. Karena yang dulu Presiden Soekarno (dikenal) lahir di Blitar, tapi ternyata dengan pembenaran sejarah ini maka kita ketahui semua bahwa Soekarno itu lahirnya di Kota Surabaya," jelas Eri.
Menurut dia, sudah selayaknya sebagai anak bangsa meluruskan sejarah, seperti halnya melalui cerita pada Film Koesno. Ia optimistis film dokumenter yang mengisahkan tentang kelahiran, kisah cinta, dan gagasan kebangsaan Presiden Soekarno ini dapat menjadi yang terbaik dan merebut Piala Citra FFI.
Hasil Kolaborasi
Film Koesno ini digarap secara kolaboratif dengan melibatkan beberapa unsur yang terdiri dari komunitas, akademisi dan pemerintah serta TVRI Jatim sebagai pelaksana produksi.
Menurut Kukuh, pemenang Karya Kritik Film Terbaik FFI 2021, bahwa sebuah karya film dapat masuk sebagai nominasi dan bahkan pemenang, karya itu harus memiliki potensi, baik secara bentuk (sinematografi) maupun konten (isu) yang layak diapresiasi.
Karenanya ketika film Koesno mulai dirancang, terlebih dahulu komunitas dalam hal ini adalah Begandring Soerabaia bersama Kukuh sendiri mewakili pihak FIB Unair sudah mulai melakukan riset. Riset dilakukan pada bulan Juni 2022.
Berangkat dari riwayat singkat yang diceritakan dalam buku “Penjambung Lidah Rakjat Indonesia “ karya Cindy Adam, tim periset iti sudah mulai melakukan pelacakan faktual. Melajak jejak di kampung dan kawasan kelahiran Soekarno. Yakni di kampung Pandean, Peneleh dan Plampitan.
Ada sejumlah petunjuk yang digunakan sebagai penyusunan alur cerita yang memang difokuskan pada kisah Soekarno kecil. Termasuk ketika Soekarno menjadi siswa HBS antara tahun 1916-1921.
Penelusuran sumber juga sampai ke rumah Roeslan Abdoelgani dimana banyak buku buku koleksi almarhum Cak Roes yang ada keterkaitan dengan Bung Karno. Misalnya ada cerita dimana Soekarno remaja ketika berangkat dan pulang sekolah sering melalui depan rumah bapaknya Cak Roeslan di Plampitan XI.
Selain di rumahnya Cak Roes, pelacakan data juga dilakukan hingga ke kota Singaraja Bali. Kukuh beserta salah satu staf Disbudporapar Kota Surabaya, yang ditugasi melakukan penelusuran, menemukan copy arsip surat penugasan pindah tugas mengajar Sukeni Sosrodihardjo dari Singaraja ke Surabaya.
Sedangkan sumber sumber kepustakaan ada yang dibeli secara online maupun diberi di pasar loak buku buku, Kampung Ilmu, di jalan Semarang Surabaya. Setidaknya tidak kurang dari 40 buku yang jadi rujukan tentang Soekarno dalam penyusunan alur cerita Soekarno.
Alur cerita ini kemudian dikuatkan dengan tunjauan akademis oleh FIB Unair. Setelah tergambar alur dan plot cerita, kemudian sutradara TVRI merencanakan aktualisasi visual. Terutama plotting dan setting cerita.
“Kami sangat memperhitungkan mulai pakaian, casting pemain dan tempat tempat untuk menampilkan cerita”, ujar Kuncarsono Prasetyo dari Begandring Soerabaia yang menjadi bagian dalam meriset kisah Soekarno.
Selain memiliki konten dan isi cerita yang baik dan layak, maka sinematografi juga menjadi pertimbangan.
“Perkara sinematografi adalah bagian kawan kawan dari TVRI. Mereka ahlinya”, pungkas Kuncarsono.
Bagi TVRI Jatim bahwa pembuatan film Koesno ini tidak akan ada artinya tanpa kolaborasi.
“Konsistensi mereka dalam merawat dan melestarikan nilai nilai sejarah Surabaya tidak diragukan lagi. Ini penting sehingga tergalilah alur cerita yang baik berdasarkan fakta fakta yang ada. Film Koesno ini adalah fakta yang tidak pernah terungkat secara visual”, kata Faisal Anwar, sutradara film Koesno.
Sementara itu, Andre Arisotya berharap sinergi dan dukungan semua pihak ini terus berlanjut, khususnya dalam merawat nilai nilai sejarah dan kepahlawanan kota Surabaya. (Nanang).
Penulis: Pulung Ciptoaji
Abad.id. Saat itu umur Soekarno sekitar 14 tahun. Masa puber dan rasa ingin mengetahui lebih satu sama lainnya. Soekarno yang sejak kecil membenci tindakan pemuda-pemuda Belanda yang arogan dan merendahkan pribumi ini, ternyata harus bergaul dengan komunitas mereka. Itu semua karena sekolah Soekarno di ELS Kota Mojokerto. Soekarno ditengah pemuda Belanda yang posturnya jauh lebih besar itu, ternyata Soekarno tidak pernah minder atau kecil hati. Justru Soekarno sangat percaya diri untuk berkompetisi secara fisik mulai berkelahi hingga menggoda noni-noni Belanda guna menunjukkan harga dirinya.
Dalam buku Biografi Soekarno 1901-1950 tulisan Lambert Giebels menggambarkan, Soekarno menyebut dirinya sendiri sebagai seorang jagoan yang menguasai teman-temannya. Bekas tetanganya Hermen Kartowisastro membenarkan gambaran tersebut. Contoh kasus ketika mereka bermain haktollen di halaman rumah Soekarno. Gasing berujung tajam dengan tali yang melilit benda itu ditarik dengan kerasnya. Kemudian dilempar di sebuah garis lingkaran di atas tanah. Jika gasing berhenti di dalam lingkaran tidak boleh diambil, dan pemain lain boleh membelahnya dengan gasing tajam yang sama-sama dilempar. Jika kalah maka bisa kehilangan gasing.
Hermen bercerita saat itu dirinya berhasil membelah gasing Soekarno. Sesuai atauran main, maka gasing Soekarno harus dimilikinya. Namun yang terjadi, Soekarno mengambil gasing milik Hermen yang mahal terbuat dari kayu pohon asam tersebut, lalu dilemparkannya ke dalam kali. “ Kami berkelahi dengan sengit, dan karena saya lebih besar dan lebih kuat dengan mudah Soekarno saya kalahkan. Berminggu-minggu Soekarno tidak menyapa saya,” cerita Hermen ketika menulis kenangan masa mudanya ini.
Sikap yang sangat percaya diri ini juga dibuktikan Soekarno pada kegiatan lain. Bukan perkara sulit bagi Soekarno muda untuk mendekati gadis Belanda. Otaknya pintar, serta wajahnya pun tampan meskipun golongan pribumi. Apalagi bapaknya R Soekemi dikenal sebagai kepala sekolah yang cukup terpandang di daerah Kota Mojokerto. Tak heran, gadis-gadis Belanda mau saja didekati Soekarno.
Kakak kandung Soekarno, Soekarmini Wardoyo, menceritakan kelakuan adiknya dalam buku 'Bung Karno Masa Muda'. Buku ini diterbitkan Pustaka Yayasan Antar Kota Jakarta tahun 1978. Dalam buku tersebut gadis Belanda yang pertama kali dipacarinya adalah Rika Meelhuysen. Gadis itu pulalah yang pertama kali dicium oleh Soekarno. Ketika itu umur Soekarno baru 14 tahun. Seketika berita aksi Soekarno memacari gadis primadona di sekolah membuat gempar. Ini seperti sebuah kemenangan kaum pribumi yang bisa berhubungan sosial sederajat dengan warga Belanda.
Foto Ist
Awalnya memang Soekarno mendekati Rika karena ingin dianggap memiliki kelas yang sama dengan pemuda Belanda. Namun Soekarno ternyata lupa dengan niatnya itu. “Namanya cinta monyet, Soekarno benar-benar tergila-gila pada gadis Rika,” tulis Soekarmini.
Dia rela membawakan buku-buku milik noni Belanda itu. Dia juga rela memutar jalan hanya untuk bisa melewati rumah Rika dan berharap melihat sekilas gadis pujaannya.
Walau begitu, Soekarno tak mau cinta monyetnya diketahui sang ayah, Raden Sukemi Sosrodiharjo. Soekarno tahu ayahnya benci orang Belanda. Apa yang akan dilakukan ayahnya jika melihat Soekarno menjalin kasih dengan noni Belanda. Soekarno takut akan dihajar dengan rotan.
Nasib naas pada suatu sore, Soekarno sedang asyik berboncengan dengan Rika Meelhuysen. Di persimpangan dia tak sengaja menabrak seorang pengendara sepeda lain. Ternyata Soekarno menabrak Raden Sukemi, ayahnya sendiri! Bukan main takutnya Soekarno. Tapi ketika itu ayahnya tidak marah. Ketika tiba di rumah, ayahnya malah berkata dengan lembut.
"Nak, kau jangan kuatir aku akan marah karena kau bergaul dengan gadis Belanda itu. Hal itu baik sekali. Itulah jalan terbaik agar Bahasa Belandamu menjadi lebih baik lagi," ujar ayah Soekarno.
Bagi Soekarno, nama Rika Meelhuysen tidak bisa dilupakan meskipun 50 tahun kemudian. “ Rika Meelhuysen gadis pertama yang pernah saya cium” kata Soekarno di kesempatan lain kepada penulis Amerika Cindy Adam. Soekarno takut ayahnya marah jika mengetahui dia berkencan dengan gadis Belanda. Kenyataannya lain, ketika pada suatu ketika ia naik sepeda membonceng Rika dan tiba-tiba berhadapan dengan ayahnya, ternyata yang terakhir ini tidak keberatan dengan putranya yang bergaul dengan Noni Belanda. Ia menganggapnya cara bagus untuk melatih bahasa belandanya.
Rupanya Soekarno menyelesaikan studi di ELS tepat waktu. Sesudah kelas 7 dia sudah lulus dan bisa mengantongi ijasah untuk “pegawai pemerintah kecil” yang memungkinkan masuk jajaran pamong praja. Akan tetapi ayahnya mempunyai cita-cita yang lebih tinggi. R Soekemi menginginkan anaknya masuk perguruan tinggi. Untuk menuju cita cita itu, Soekarno harus melanjutkan ke sekolah lanjutan tinggi atau HBS.
Rupanya kepala sekolah ELS setuju denan niat Soekarno dan pada bulan Mei 1916 dinyatakan lulus bisa masuk HBS di Surabaya. Sejak saat itu Soekarno harus meninggalkan keluarga di Mojokerto yang jaraknya 50 kilometer dari Surabaya, serta kawan-kawannya termasuk sang kekasih Rika Meelhuysen. (pul)
Pecel Madiun yang Mendunia
Abad.id - Hanya pecel Madiun yang memiliki ciri khas. Sayurnya lebih beragam. Bahkan, pada era 1960-1970 masih banyak dijumpai masih memakai sayur krokot, sejenis rumput liar yang biasanya digunakan untuk makanan hewan jangkrik. Kini, pecel Madiun telah mendunia.
Abad.id Naik bus atau kereta api ke Yogyakarta melintasi Madiun, Jawa Timur, rasanya tidak pas jika tidak mencicipi makanan khas daerah, yakni pecel. Bagi yang pernah mencicipi tentu akan ketagihan.
Sekilas makanan ini terkesan biasa-biasa saja. Orang Eropa menyebut ini Indonesian Salad, dan sambalnya adalah dressing yang terbuat dari kacang tanah ditumbuk, dicampur rempah dan cabe. Namun jangan tanya bagaimana terkenalnya makanan khas ini, gaung pecel Madiun hingga seantero Nusantara dan bahkan mampu melintasi benua. Tidak percaya?
Kalau Anda ke Madiun, di kota berjuluk Brem ini akan ditemui pecel dengan berbagai racikan dan resto. Meski berbeda-beda, namun rasanya sama. Sayuran disiram sambal kacang, itu dia.
Bagi masyarakat Jawa Timur khususnya, pecel adalah makanan tradisional di daerah Jawa, Indonesia.
Meski pecel banyak macamnya di daerah, seperti pecel Magetan, Malang, Blitar, Banyumas, Kediri dan lain-lain, tapi masyarakat lebih familiar dengan pecel Madiun. Seperti soto, cuma dua soto yang dikenal khas di Jawa Timur, yakni soto Madura (daging) dan soto Lamongan (ayam).
Memang tidak banyak yang tahu bagaimana pecel ini bisa dibilang dari Madiun. Versi yang didapat abad.id, pecel Madiun berasal dari Desa Selo, sebuah kawasan kecil di sebelah timur Madiun–di kaki gunung Wilis.
Di Desa Selo sendiri, kawasan di kaki gunung Wilis tadi, sekarang masih banyak dijumpai penjaja pecel tradisional. Dulu, era 1970-an, banyak dari mereka berjualan ke Madiun dengan cara menggendong pecel dan nasinya.
Mereka lantas duduk membuka dagangan pecelnya di bebeapa sudut jalan, dan bahkan di antaranya mangkal, dan ada juga yang keliling di jalan-jalan.
Bagi warga Madiun, nama-nama seperti Yu Las, Yu Wo, Yu Bibit, Yu Gembrot dan lain-lain tentu tidak asing. Yu Wo masih ada sampai saat ini. Ia sekarang mangkal di terminal bus lama. Ia sudah melakukan pengembangan usaha dengan membuka warung nasi cukup besar.
Di depan Kantor Perbekalan Kodam (Tebek) Jalan Dr Sutomo, ada pasangan Bu Tjip dan Pak Min yang sudah puluhan tahun ada di sana. Mereka menjajakan makanan di malam hari. Bu Tjip kini sudah tiada dan digantikan anaknya. Begitu pula pasangan Pak Tuk tepat di jalan depan stasiun Kereta Api, adalah bagian dari legenda nasi pecel Madiun.
Pada masa sekarang, pecel tampil lebih modern. Disajikan di warung atau restoran. Yu Gembrot membuka restoran dengan minuman, kemudian Pecel Murni di Jalan Cokroaminoto yang kadang menyaksikannya di piring, bukan di pincuk.
Beberapa di antaranya khusus membuka jualan sambal pecel saja, seperti sambel pecel Delima, sambal Mirasa, sambal Jeruk Pedas, sambal pecel Kuburan Krekob, sambal jalan Anggrek dan lain-lain.
Tapi bagi yang ingin memburu yang asli, tentu akan lebih nikmat jika pecel tetap disajikan di atas daun pisang alias pincuk.
Aroma dan rasanya berbeda. Lebih sedap. Dan, bagi yang kangen dengan yang orisinal, tentu saja bisa jalan ke desa Selo.
Di tempat ini masih dijumpai dengan sambal asli yang selain kacang juga dicampur dengan ketela. Rasanya lebih sedap dan orisinal.
Namun beberapa daerah lain juga memiliki pecel. Antara daerah satu dan yang lain berbeda, ciri bumbu, penyadian dan perniknya.
Tentunya, hanya pecel Madiun yang memiliki ciri khas. Sayurnya lebih beragam. Bahkan, pada era 1960-1970 masih banyak dijumpai masih memakai sayur krokot, sejenis rumput liar yang biasanya digunakan untuk makanan hewan jangkrik.
Daun pepaya, bayam, daun mlinjo, toge, bunga pisang, daun kunci serta lainnya menjadi ciri khas pecel Madiun. Saat disajikan biasanya dilengkapi dengan ragi, srundeng dan lalapan.
Brand pecel Madiun adalah lalap, yakni lamtoro dan daun kemangi. Kalau ada yang menambahi dengan cacahan timun, itu bukan pecel Madiun.
Ciri khasnya lagi, disajikan di pincuk (daun pisang), ditambah peyek (kacang ijo, tholo hitam, teri, ebi dan lain-lain), serta peyek tempe kiripik. Penjual juga sering melengkapi dengan lauk jeroan; babat, usus, paru. otak goreng sapi, limpa dan empal.
Yang membedakan lagi antara pecel Madiun atau bukan, adalah rasa sambalnya. Sambal kacangnya tidak terlalu lembut. Bahkan, cabainya kadang masih utuh. Rasanya juga biasanya pedas, dengan aroma jeruk pecel yang kuat. Jika rasa kencurnya menyengat, dipastikan itu bukan pecel Madiun, tetapi lebih berasal dari timur, seperti Kediri dan Blitar.
Sementara dalam literatur lain menyebut, pecel sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Buktinya, ada di Suriname, wilayah bekas jajahan Belanda ini terdapat pecel, meskipun ada perbedaan rasa di bumbu dan isinya, karena mengikuti selera dan keadaan di sana (Suriname).
Di negeri Belanda di pasar Albequeque, juga di restoran-retoran Indonesia di Amsterdam. Memang tidak susah mencari masakan atau makanan Jawa di Suriname. Masuk saja ke sembarang ”waroeng”— sebutan untuk tempat makan di Suriname. Dan kita akan menemukan menu seperti pitjel atau pecel, nasi goreng dan bakmie goreng, saoto, sate pitik (ayam), sampai minuman dawet alias cendol.
“Tiyang cemeng nggih jajan pitjel wonten mriki. Nggih remen kok (orang kulit hitam juga makan pecel di sini. Suka juga kok),” kata Markati, pemilik Waroeng Toeti di Tamanredjo, daerah setingkat kecamatan di Distrik Commewijne, Suriname.
Rombongan delegasi Kebudayaan Indonesia yang pernah datang ke Suriname juga penasaran dengan rasa pitjel ”van” Suriname itu. Mereka mampir ke Waroeng Toeti dan rupanya rasanya sama saja dengan pecel Indonesia.
Unsur pitjel tak beda dengan pecel yang banyak dijual di Indonesia, seperti bayam, taoge, dan kacang panjang plus lumuran sambal kacang.
Markati yang pensiunan pekerja perkebunan kebun tebu Marienberg itu juga menyediakan saoto dan dawet. Waroeng Toeti juga menyediakan singkong rebus yang biasa disantap bersama ikan asin.
Membicarakan pecel selalu tidak pernah lepas dari salad. Atau lebih tepatnya salad sayur. Cuma bedanya salad sayur di luar negeri tidak ada satupun chef yang berani mencampur salad sayur dengan nasi. Hanya orang Indonesia yang berani. Inilah kenapa pecel diawali sejak jaman penjajahan. Karena jaman dulu banyak orang ingin mengikuti cara makan para penjajah entah penjajah-entah jaman Portugis, Inggris atau Belanda, seperti makanan salad. Namun karena sulit mencari mayonaise di masa itu, sehingga orang tersebut menggantinya dengan bumbu kacang. Jadilah pecel yang kita kenal hingga kini.
Abad 17 Stok Kacang Tanah Berlimpah
Penjual nasi pecel Madiun jaman kolonial sedang menjajakan dagangannya di pemberhentian kereta api.
Ada banyak versi soal pecel. Disebutkan, pecel sebenarnya sudah ada sejak jaman kerajaan Mataram. Kesultanan Mataram kala itu adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Pecel memiliki jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti hingga Pantura Jawa Barat. Pecel Cirebon hingga Indramayu masih ada hingga sekarang.
Nah, Madiun sendiri merupakan suatu wilayah yang dirintis oleh Ki Panembahan Ronggo Jumeno atau biasa disebut Ki Ageng Ronggo. Asal kata Madiun dapat diartikan dari kata “medi” (hantu) dan “ayun-ayun” (berayunan), maksudnya adalah bahwa ketika Ronggo Jumeno melakukan “Babat tanah Madiun” terjadi banyak hantu yang berkeliaran. Penjelasan kedua karena nama keris yang dimiliki oleh Ronggo Jumeno bernama keris Tundhung Medhiun. Pada mulanya bukan dinamakan Madiun, tetapi Wonoasri.
Sejak awal Madiun merupakan sebuah wilayah di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Dalam perjalanan sejarah Mataram, Madiun memang sangat strategis mengingat wilayahnya terletak di tengah-tengah perbatasan dengan Kerajaan Kadiri (Daha). Oleh karena itu pada masa pemerintahan Mataram banyak pemberontak-pemberontak kerajaan Mataram yang membangun basis kekuatan di Madiun. Seperti munculnya tokoh Retno Dumilah.
Beberapa peninggalan Kadipaten Madiun salah satunya dapat dilihat di Kelurahan Kuncen, di mana terdapat makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Patih Wonosari selain makam para Bupati Madiun, Masjid Tertua di Madiun yaitu Masjid Nur Hidayatullah, artefak-artefak di sekeliling masjid, serta sendang (tempat pemandian) keramat.
Kota Madiun sendiri dahulu merupakan pusat dari Karesidenan Madiun, yang meliputi wilayah Magetan, Ngawi, Ponorogo, dan Pacitan. Meski berada di wilayah Jawa Timur, secara budaya Madiun lebih dekat ke budaya Jawa Tengahan (Mataraman atau Solo-Yogya), karena Madiun lama berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram.
Maka, tidak heran jika pecel sebagai makanan khas Kesultanan Mataram kemudian diadopsi ke Madiun. Selain itu pula, pada abad ke-17 Madiun terkenal sebagai penghasil kacang tanah terbesar. Karena stok yang berlimpah inilah, Madiun mampu mengembangkan pecel sebagai makanan khas, yang mana bahan utamanya dari kacang tanah yang telah disangrai.
Komoditas kacang tanah di Madiun memiliki prospek bisnis yang bagus, sehingga hasil tanamnnya selalu menguntungkan
Dalam laporan Angka Sementara (Asem) pada 2015, produksi kacang tanah dan kacang hijau meningkat. Kondisi ini membuktikan bahwa Jawa Timur selain sebagai salah satu lumbung beras dan jagung juga merupakan sentra kacang tanah dan kacang hijau.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, untuk kacang tanah pada Asem 2015 mengalami kenaikan sebesar 191,58 ribu ton biji kering, peningkatan sebesar 3,09 ribu ton atau 1,64 persen dibandingkan produksi 2014.
Peningkatan produksi kacang tanah karena naiknya produktivitas sebesar 0,26 kuintal/hektare atau 1,93 persen meskipun luas panen sedikit mengalami penurunan sebesar 349 hektare atau -6,57 persen.Kacang tanah selain sebagai makanan camilan, bahan baku pelengkap roti dan makanan cokelat juga sebagaisalah satu bahan baku untuk membuat sambal pecel.
Daerah di Jawa Timur yang merupakan sentra kacang tanah hampir merata di berbagai daerah, yakni Kediri, Tulungagung, Blitar, Madiun, Ngawi, Lamongan, Jombang, Ponorogo, Pacitan, Malang, Pasuruan, Lumajang, Jember, Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso dan daerah Madura. Tetapi daerah yang paling terkenal dengan kacang tanahnya adalah Tuban, daerah tersebut kacang bentuknya kecil tetapi rasanya enak dan renyah.
Sementara Asem produksi kacang hijau Jawa Timur pada 2015 sebesar 67,82 ribu ton biji kering mengalami peningkatan sebesar 7,51 ribu ton atau 12,45 persen dibandingkan tahun 2014.
Peningkatan produksi kacang hijau terjadi karena naiknya luas panen sebesar 5,93 ribu hektare atau11,80 persen dan tingkat produktivitas sebesar 0,07 kuintal/hektare atau 0,58 persen.
Di Jawa Timur, daerah sebagai sentra penghasil kacang hijau hampir merata, setiap kabupaten/kota pada musim tertentu dipastikan menanam kacang hijau. Kacang hijau merupakan bahan baku untuk membuat makanan-minuman (Mamin) seperti bak poo, roti dan minuman kemasan dan minuman es kacang hijau.
Petani bernama Rahmat Widodo asal Madiun mengaku sudah menjadi petani kacang tanah sejak tahun 2005. Rahmat mengakui komoditas ini memiliki prospek bisnis yang bagus, sehingga hasil tanamnnya selalu menguntungkan.
Ia menanam kacang tanah di lahan seluas 1 ha. Selain kacang tanah, lahan itu juga dipakai buat menanam komoditas lain seperti padi dan kacang kedelai. “Biasanya budidaya kacang dilakukan setelah panen padi,” katanya.
Dari lahan seluas 1 ha itu, ia Rahmat bisa menghasilkan 1 ton–1,5 ton kacang sekali panen, dengan omzet Rp 50 juta. Dalam setahun ia bisa empat kali panen.
Komoditas kacang tanah di Madiun memiliki prospek bisnis yang bagus, sehingga hasil tanamnya selalu menguntungkan.
Diakui Rahmat, kacang tanah merupakan komoditas pangan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Ada banyak makanan olahan kacang tanah. Selain buat bahan sayuran, seperti bumbu pecel, juga banyak diolah menjadi camilan maupun produk selai untuk teman menyantap roti.
Lantaran banyak manfaatnya, permintaan kacang tanah tinggi di pasaran. Itu juga yang mendorong banyak petani tertarik mengembangkan komoditas ini. Apalagi budidayanya juga mudah.
Di daerah ini, kata Rahmat, memang banyak penghasil palawija jenis kacang-kacangan. Ditambah proses budidayanya juga tidak sulit. “Budidayanya tergolong mudah dan murah. Kacang tanah ini tanaman sela, jadi setelah panen tanaman palawija lain, kacang tanah bisa ditanam kapan saja dan dimana saja,” katanya.
Kata Rahmat, produksi tanaman kacang tanah sangat dipengaruhi faktor musim. Di musim penghujan, jangan berharap bisa mendapat hasil panen banyak. Kecenderungannya, imbuhnya, hasil panen di musim hujan menurun.
Curah hujan tinggi membuat akar tanaman terlalu lembab, bunga sulit diserbuki, dan rentan ditumbuhi jamur. Mengatasai itu bisa dengan membuat bedengan agar lahan tak digenangi air.
Namun jika sedang musim panas dan sinar matahari banyak, maka hasil panen bisa maksimal. Kendati demikian, tanaman tetap harus dirawat. Untuk mendapat hasil maksimal, Imam harus menggemburkan tanah hingga menjadi butiran halus dengan cara dibajak.
Rahmat menambahkan, kacang tanah ideal ditanam pada ketinggian tanah 50-500 meter dari permukaan laut dan jenis tanah harus gembur. Agar tumbuh maksimal, jarak antar lubang dibuat 25×25 sentimeter (cm).
Saat kecambah sudah keluar, lakukan penyiraman dua minggu sekali. Selain itu, harus rajin membersihkan rumput liar. Untuk menghindari hama, usia 30 hari, tanaman harus divaksin.
Kacang tanah yang dikembangkannya jenis brul dengan masa panen tiga bulan. Sementara varietas kacang tanah jenis lain, seperti cina dan holle bisa memakan waktu delapan bulan. “Harga kacang jenis brul juga lebih stabil di pasaran,” lanjutnya.
Omzet yang ia dapat bisa sampai Rp 10 juta sekali panen. Menurutnya, komoditas ini menguntungkan karena semua hasil panen tidak ada yang dibuang. Selain bijinya, ampasnya juga laku dibuat minyak dan fermentasi oncom.
Bahkan setelah panen pun, daunnya juga tidak dibuang karena bisa menjadi sayuran, bahan pakan ternak, dan pupuk hijau. Harga kacang tanah sendiri berkisar antara Rp 5.000–Rp 9.000 per kg.
Gurihnya Bisnis Pecel Madiun
Seorang pelaku bisnis kuliner di Yogyakarta, Sukandar mencoba peruntungan dengan membuka usaha Nasi Pecel Madiun sejak 2009.
Hampir sama dengan pecel lainnya, Sukandar menyajikan menu nasi plus sayur pecel. Tentu, bumbunya khas Madiun hasil racikan sendiri. Selain nasi pecel, ia juga mengusung menu lain, yakni nasi rawon. Satu porsi makanan awalnya dibanderol sekitar Rp 6.500.
Setelah lima tahun beroperasi, Sukandar siap mengembangkan sayap bisnisnya. Maka, mulai tahun ini, ia membuka peluang kemitraan usaha.
Saat ini total sudah ada tiga gerai yang semuanya berlokasi di Yogyakarta. Perinciannya: satu gerai milik pusat, sisanya kepunyaan mitra.
Berminat menjajal usaha kuliner tradisional ini? Sukandar bahkan menyiapkan paket kemitraan dengan investasi sebesar Rp 10 juta. Paket investasi itu mencakup fasilitas booth cantik lengkap dengan banner, meja dan kursi makan, piring dan gelas, toples, peyek, brosur, spanduk, hingga seragam kaos untuk karyawan.
Selain itu, mitra akan diberikan pelatihan karyawan selama dua hari, plus standar operation procedure (SOP). Selama sebulan usaha mitra berjalan, pihak pusat akan rutin mengawasi operasional gerai tersebut.
Nantinya, mitra wajib membeli sebagian bahan baku dari pusat, berupa bahan bumbu, sambel pecel, serta peyek kacang.
Mengacu pada gerai mitra yang sudah beroperasi, setiap gerai bisa menjual sekitar 30 – 40 porsi pecel. Penjualan nasi rawon pun diperkirakan hampri sama. Jadi, dalam sebulan, mitra bisa menghasilkan omzet berkisar Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta. Dengan keuntungan bersih mencapai 46 persen, mitra ditargetkan sudah bisa kembali modal hanya dalam waktu enam bulan.
Pecel racikan tradisional dari Madiun selain dikenal memiliki cita rasa tersendiri, juga sangat digemari masyarakat di berbagai daerah. Adalah keluarga Ny.Roesmadji, salah satu keluarga pembuat sambal pecel di Madiun yang dikenal paling enak.
Usaha pembuatan sambal pecel Ny. Roesmadji ini kini sudah berkembang pesat. Dari sebuah rumah yang tidak begitu luas, usaha ini dirintis secara turun temurun. Rumahnya terletak di Jalan Delima 32 Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, atau di belakang kantor cabang PT Pegadaian, Kota Madiun.
Sambal Pecel Ny Roesmadji terletak di Jalan Delima 32 Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, atau di belakang kantor cabang PT Pegadaian, Kota Madiun.
Pembuatan sambal pecel berlogo dan bermerek “Jeruk Purut” ini masih mempertahankan cara-cara tradisional mulai dari penggorengan, peracikan, sampai pengemasan. Karena memproduksi sambal dalam jumlah banyak, Ny. Roesmadji kini juga menggunakan oven kacang dan alat pengemas plastik.
Usaha pembuatan usaha sambel pecel Ny. Roesmadji awalnya hanya berupa usaha berjualan nasi pecel kecil-kecilan. “Saya coba berjualan nasi pecel di depan gang rumah ini. Eh, banyak yang bilang kalau sambalnya enak,” tutur wanita yang sudah uzur ini.
Sejak itu, sambal pecel Ny. Roesmadji laris manis dan sejak tahun l985 keluarga ini memfokuskan usahanya pada pembuatan sambal pecel. Dari hari ke hari, bisnis sambal pecel ini semakin berkembang. Selain dari Madiun, pesanan juga datang dari berbagai kota lain seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Banjarmasin, dan Palembang.
Sambal pecel ini juga pernah dinikmati orang-orang di mancanegara. Pada tahun 2000 sempat ada warga Belanda yang datang ke rumahnya. “Dia pengoleksi barang antik. Saat dia ke Jogja, dia penasaran dengan sambal pecel Madiun dan akhirnya mampir ke sini,” katanya.
Sejak itu, sambal pecel Ny. Roesmadji dikirim rutin ke Belanda. Selama satu tahun, tiap dua bulan, mereka bisa mengirim 2 kuintal sambal. Ngirimnya melalui kapal laut.
Namun sayangnya, bisnis menggiurkan ini akhirnya mandeg karena mahalnya biaya pengiriman.
Tak hanya di Belanda, sambal pecel Ny. Roesmadji ini juga pernah “diekspor” ke Amerika Serikat, Inggris dan Hongkong. Untuk orang-orang Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada biasanya mereka yang sekolah atau bekerja di sana membawa oleh-oleh pecel Madiun, ungkap Jumino, anak tertua Ny. Roesmadji.
Sejak Ny. Roesmadji menderita stroke, pengelolaan usaha sambal pecel ini diserahkan kepada Jumino bersama isterinya, Istiana. “Dulu semuanya yang meracik adalah ibu dan sekarang yang racikannya dipercaya pas, ya isteri saya,” ungkap Jumino.
Apa sebenarnya yang jadi rahasia di balik mantapnya sambal pecel khas Madiun?
“Dari racikan dan bahan bakunya,” tandas Jumino.
Dia membeberkan bahwa salah satu bahan baku yang juga menentukan aroma dan cita rasa sambal pecel adalah daun dan kulit jeruk purut.
“Selain bahan baku sambal pecel pada umumnya, kami juga mencampurkan racikan daun dan kulit jeruk purut sebagai penyedap. Campuran kulitnya sekitar 70 persen dan daunnya 30 persen,” ucapnya.
Bahan baku umum untuk membuat sambal pecel tentu saja yang utama kacang tanah, lalu ada gula merah, gula pasir, asam, dan cabai keriting.
Sambal pecel buatan Ny. Roesmadji ini bisa tahan sampai tiga bulan, bahkan bisa tahan lima bulan jika disimpan di lemari es.
Sambal Pecel Ny Roesmadji terletak di Jalan Delima 32 Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, atau di belakang kantor cabang PT Pegadaian, Kota Madiun
Berkat keuletan Ny. Roesmadji dan keluarganya, kini usaha sambel pecel ini mampu mempekerjakan puluhan pekerja. Pekerjanya didominasi ibu-ibu muda dan nenek-nenek. “Saya sudah empat tahun bekerja disini,” ucap Kasmini, nenek berusia 70 tahun yang bertugas menumbuk kacang goreng.
Dalam sehari, usaha ini menghasilkan 10-20 kilogram sambal pecel yang dikemas dalam plastik seperempat kilogram dengan harga murah meriah Rp 6.500. Ada empat jenis sambal yaitu rasa biasa (tidak pedas), pedas, sedang, dan sambal kacang untuk gado-gado. “Kalau untuk gado-gado, racikannya lebih halus,” ujarnya. Satu harinya, usaha ini beromzet sekitar Rp 2,6 juta.
Selain mendirikan usaha di rumahnya, Ny. Roesmadji juga memiliki tiga toko antara lain toko “Adji Rasa” di Jalan Opak (pertokoan Gamasoru), toko “Delima Dua” di Jalan Ciliwung 10, dan toko “Barokah” Jalan Diponegoro (samping Patung Garuda Bosbo).@nov
Liputan ; Noviyanto Aji
Penulis : Pulung Ciptoaji
Abad.id. Hari Dokter Nasional di Indonesia diperingati kemarin 24 Oktober 2022 yang ke 72. Hari Ikatan Dokter Indonesia ini dirayakan untuk menghargai jasa-jasa para dokter atas dedikasi dan pengabdian terhadap kemanusiaan. Sedangkan tema peringatan Hari Dokter Nasional 2022 telah dirilis melalui unggahan Instagram resmi IDI @ikatandokterindonesia, yaitu 'Berbakti untuk Negeri, Mengabdi untuk Rakyat'.
Adapun arti tema tersebut, yakni, IDI menginisiasi dan merealisasi segala bentuk program, terobosan maupun regulasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia, menuju masyarakat sehat dan sejahtera. Sedangkan maksud Mengabdi untuk Rakyat, yaitu pembangunan kesehatan masyarakat dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan semua lini kehidupan.
IDI beridiri pada 24 Oktober 1950. Sebagai organisasi profesi kedokteran dengan para pemimpin dan anggotanya hanya dokter Indonesia. Hari Dokter Nasional menjadi bukti bahwa profesi dokter merupakan profesi mulia dan sekaligus menjadi sarana bagi kelompok profesi untuk menjaga tradisi kemuliaan.
Namun, nun jauh sebeum IDI terbentuk, tugas mulia tentang kemanusiaan sudah dilakukan oleh para dokter sejak pemerintahan Hindia Belanda. Mereka adalah para dokter yang bekerja secara humanis, dengan memikul nilai nilai kebangsaan dan kejujuran. Tersebutlah pendiri kelompok Budi Utomo 1908 yaitu para lulusan STOVIA para dokter pribumi. Yaitu dr Sutomo, dr Wahidin Sudirohusodo dan dr Soeradji. Profesi dokter dengan yang bekerja sebagai pejuang kemanusiaan, seiring dengan semangat menuju bangsa yang merdeka, beradap dan berkeadilan.
Dr Maria E Thomas
Pejuang kemanusiaan lainnya jauh sebelum IDI terbentuk adalah tokoh dokter perempuan pertama di bumi nusantara, yaitu Maria E Thomas. Sosok Maria E Thomas lahir di Manado pada tahun 1896. Terdaftar sebagai mahasiswi STOVIA Jakarta pada 22 September 1912 dan menyelesaikan studinya 26 April 1922. Gelar yang diperoleh adalah Indische Arts (dokter pribumi). Dokter Maria menikah dengan teman sekolahnya dr Muhamad Yoesoef. Dokter Muhamad Yoesoef lahir di Solok Sumatra Barat pada tahun 1898. Setelah menikah pasangan muda ini bekerja dan tinggal di Bukittinggi sampai akhir hayatnya. Dokter dr Muhamad Yoesoef meninggal dunia tahun 1956 sedangkan dr Maria Thomas meninggal dunia tahun 1966. Dedikasi yang mereka lakukan yaitu mendirikan sekolah bidan dan keparawatan pertama di Sumatra, serta penggagas program IUD sejak pemerintahan Hindia Belanda.
Dokter perempuan lain yang juga lulusan STOVIA yaitu dr Anna Warouw, putri seorang guru sekolah dasar di Minahasa. Dokter Anna Warouw lahir tahun 1897 di Amurang Minahasa. Terdaftar sebagai mahasiswi di STOVIA pada 24 November 1914 dan menyelesaikan studinya pada 23 Agustus 1924. Butuh waktu 10 tahun bagi dr Anna Warouw untuk menyelesaikan kuliah hingga menjdi dokter pribumi. Dokter Anna Warouw menikah dengan teman kuliahnya di STOVIA asal Minahasa dr Jean Ed Karamoy. Pasangan dr Anna Warouw dan dr Jean Ed Karamoy mendapatkan tugas berpindah pindah tempat di tanah jajahan Hindia Belanda. Pada tahun 1924-1929 mereka tinggal di Makasar. Saat itu dr jean Ed Karamoy menjabat sebagai Wakil Walikota Makasar.
Haus akan keilmuan dan menuntut keadilan sebagai warga pribumi yang sama derajadnya, dilakukan pasangan ini dengan terus bersekolah untuk mendapatkan dokter penuh. Dokter jean Ed Karamoy melanjutkan studinya di Universitas Leiden dan memperoleh gelar dokter penuh (Arts). Pada tahun 1936 saat dr jean Ed Karampy sedang membuat promosi di Academic Dusseldorf Jerman dengan desertasi “Penerapan Ilmu Pengetahuan Tentang Kekekalan dari Penduduk Asli dan Mereka Yang Dilahirkan di Makasar”. Tidak mau ketingalan dr Anna Warouw juga melaanjutkan studinya di Universitas Utrecht dan mendapatkan gelar dokter penuh (Arts).
Dr Anna Marouw
Pada tahub 1937 keluarga ini kembali ke Indonesia dan ditempatkan di Semarang sampai tahun 1945. Usai proklamasi kemerdekaan, dr Anna Marouw pulang ke Manado dan diangkat sebagai Direktur Rumah Sakit Umum di Gunung Wenang. Sedangkan di tahun 1949 dr Jean Ed Karamoy diangkat menjadi Dewan Federal Sementara, yang membawahi Departemen Kesehatan di Jakarta. Maka keluarga ini harus pindah lagi ke Jakarta hingga pensiun sekitar tahun 1960. (pul)