images/images-1683728905.jpeg
Riset

Akhir Kisah Geger Pacinan, Gubernur Jenderal Valckenier Ditahan

Pulung Ciptoaji

May 10, 2023

820 views

24 Comments

Save

Cover buku geger Pacinan tulisan Daradjadi terbitan Kompas

 

abad.id- Pasca kerusuhan geger pecinan di Batavia tahun 1740, muncul sikap saling menyalahkan antara Gubernur Jenderal dengan para anggota Dewan Hindia. Dua belah pihak saling menunduh yang paling bertanggung jawab atas tewasnya 7 ribu hingga 10 ribu orang Tionghua. 

 

Pada tanggal 16 Desember 1740, Dewan Hindia mengadakan sidang dan mengajukan mosi tidak percaya kepada Gubernur Jenderal Adrian Valckenier. Gubernur Jenderal tunduk pada keputusan Dewan sehingga membiarkan dirinya diganti oleh seorang pejabat Gubernur Jenderal bernama Johannes Thedens.

 

Dari sumber buku Geger Pacinan tulisan Daradjadi, Valckenier berangkat ke Belanda untuk memperjuangkan nasibnya. Namun, karena jatuh sakit pada waktu sampai di Cape Town Afrika Selatan. Ia turun dari kapal dan menjalani perawatan di kota tersebut.

 

Sementara itu, Van Imhoff dari Dewan Hindia, juga punya maksud yang sama. Ia berlayar menuju tanah airnya untuk menjelaskan segala sesuatu berhubungan dengan pemberontakan Tionghoa yang terjadi di Batavia.

 

Di hadapan para pimpinan dan anggota Heeren XVII  atau Dewan 17 yang merupakan kekuasaan tertinggi VOC di Amsterdam, Van Imhoff berhasil meyakinkan, bahwa Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier adalah orang paling bertanggung jawab. Valckenier sangat pantas mendapat hukuman karena ia memulai munculnya aksi genosida di Batavia.

 

Heeren XVII bersepakat untuk mengangkat Van Imhoff sebagai Gubernur Jenderal yang baru untuk memperbaiki situasi di Batavia. Ia diperintahkan kembali ke Batavia dengan menggunakan kapal yang bernama Restorer.  Van Imhoff tiba di Batavia pada bulan Mei 1741.

 

Sesuai dengan nama kapal yang digunakannya, maka misi Vim Imhoff ialah mengembalikan ketenteraman dan ketertiban Batavia seperti keadaan sebelum pecahnya pemberontakan Tionghoa. Langkah pertama yang dilakukan,  ialah membawa kembali Valckenier dari Cape Town ke Batavia.

 

Pada bulan November 1742, mantan Gubernur Jenderal tersebut berhasil diboyong ke Batavia dan ditahan dalam di Benteng. Tempat penahanan itu merupakan lokasi yang pernah digunakan untuk menyekap Kapiten Nie Hoe Kong salah satu tokoh Tionghoa selama proses pengadilan.

 

Pemeriksaan terhadap Adriaan Valckenier berlangsung berlarut-larut sampai memakan waktu hampir 10 tahun. Nasib Adriaan Valckenier meninggal dunia pada 20 Juni 1751 di dalam tahanan Benteng, di saat perkaranya belum mendapat keputusan hukum.

 

Sementara itu tugas Van Imhoff untuk memadamkan pemberontakan Tionghoa bukan pekerjaan mudah. Para pemberontak Tionghoa pimpinan Kapiten Sepanjang yang sempat menyelamatkan diri, mulai berkonsolidasi di beberapa tempat di sekitar Batavia. yaitu di Kampung Melayu, Pulogadung, Tanjung Priok, dan Sukapura.

 

Kompeni mengirim pasukan di bawah komando Abraham Roos. Pasukan Tionghoa secara perlahan, tetapi pasti mulai bergerak bergeser ke timur. Selain Kapitan Sepanjang, beberapa sumber babad menyebut nama beberapa tokoh antara lainya Pibulung, ikut memimpin long march selama musim hujan.

 

Usai perlawanan Tionghoa terhadap Kompeni ini,  sesungguhnya sejarah perang antara Tionghoa melawan VOC baru dimulai. Peperangan selanjutnya yang lebih besar dan biaya mahal saat pasukan pemberontak melakukan perlawanan melawan VOC dengan bekerjasama dengan Sunan Kuning Mataram.

 

Tragedi geger pecinan di Batavia sempat menimbulkan kekhawatiran pembalasan dari Kekaisaran Tiongkok. Sebab bagaimanapun Kapiten Sepanjang yang menjadi pemimpin pemberontakan masih memiliki hubungan kerabat dengan kaisar. Untuk mencegah itu, VOC menulis surat pada Kaisar Tiongkok, Kaisar Chi'en Lung atau Qing Long.

 

Dalam surat tersebut menyatakan pemerintahan VOC meminta pengertian Kaisar tentang terjadinya kekerasan terhadap warga Tionghoa. Dewan Hindia menegaskan yang terbunuh adalah orang-orang Tionghoa yang telah melakukan tindakan jahat. Namun, diakui terdapat beberapa orang Tionghoa yang baik yang secara tidak sengaja ikut terbantai dalam kerusuhan tersebut.

 

Sungguh beruntung, surat tersebut ternyata tidak menimbulkan reaksi keras dari Kekaisaran Tiongkok. Jawaban surat Sang Kaisar menyatakan, orang Tionghoa yang merantau ke Asia Tenggara adalah orang-orang yang sudah lupa pada kuburan leluhurnya di Tiongkok. Lebih jauh dikatakannya, orang-orang tersebut adalah orang yang hidup hanya untuk memburu kekayaan dengan melupakan segalanya.

 

Sikap Kekaisaran Tiongkok terhadap orang-orang Tionghoa perantauan yang demikian sebetulnya bukan sikap yang baru. Sudah sejak lama dinasti Kekaisaran yang berasal dari Manchuria tersebut mempunyai pandangan tersendiri terhadap orang Tionghoa yang merantau ke daerah Asia Tenggara.

 

Namun dampak kerusuhan tersebut bukan dari ancaman serangan dari China. Melainkan terjadi goncangan ekonomi yang dasyat, yaitu Batavia mulai ditinggalkan jung-jung dari Tiongkok. Saudagar Tionghoa ini lebih memilih berdagang dengan pihak Kompeni Inggris (East India Company) di Hindia Timur. Ada kekawatiran pedagang Tionghua jika bekerja sama dengan VOC, maka akan dibumi hanguskan. Situasi ekonomi yang merosot, ditambah harga komoditi VOC sangat anjlok menjadi pekerjaan berat bagi Van Imhoff. (pul)

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Mengganggu Bini Orang Berujung Petaka

Author Abad

Oct 26, 2022

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022