images/images-1682849897.jpg
Sejarah

Cerita Gus Dur Siap Mengerahkan Seribu Jin

Pulung Ciptoaji

Apr 30, 2023

764 views

24 Comments

Save

abad.id- Menjelang dimakzulkannya Gus Dur tanggal 23 Juli 2001 oleh MPR keadaan politik di Jakarta sangat panas. Media cetak dan elektronik dipenuhi oleh berita-berita pro kontra pemakzulan. Sementara berita lain menceritakan persiapan para pengikut Gus Dur asal Jawa Timur berangkat ke Jakarta membela sang Presiden.

 

Menurut Salim Said dalam bukunya Dari Gestapu ke Reformasi (2013), selama itu berita televisi banyak memperlihatkan kesiapan fisik para pengikut Gus Dur. Mulai pameran kekebalan terhadap senjata tajam, dan pengikutnya juga mendemonstrasikan kehebatan menahan gilasan mobil.

 

Sementara itu di DPR tekanan terhadap Presiden Abdurrahman Wahid makin gencar. Kasus yang jadi bahan perdebatan di semua program dialoh TV tentang kecurigaan korupsi Gus Dur lewat skandal dana dari Bulog (Bulog Gate) dan sumbangan dari Sultan Brunei (Brunai Gate). Menghadapi tekanan politik di DPR muncul gagasan Gus Dur mengeluarkan Dekrit pembubaran DPR dan MPR.

 

Gagasan tersebut membuat keadaan politik tambah kalut dan keamanan berpotensi terganggu. Selain mengancam dengan dekrit, Gus Dur juga mengancam siap mengerahkan 1.000 jin untuk ikut mempertahankan dirinya. Gus Dur juga menyebut sejumlah wilayah Indonesia akan melepaskan diri dari Negara Kesatuan Re-publik Indonesia (NKRI) jika dirinya dimakzulkan.

 

Dalam situasi politik yang kalut ini, TNI dituntut untuk bersikap menentukan pilihan di hari-hari tersebut. Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto saat diwawancarai Salim Said pada 4 Januari 2013 mengaku, dirinya mungkin orang pertama yang mendengarkan rencana Presiden mengeluarkan dekrit. “Itu hari Sabtu, beberapa bulan sebelum Sidang Istimewa MPR memakzulkan Gus Dur. Melalui Ajudan Presiden saya diminta datang pagi-pagi menemani Gus Dur jalan pagi di halaman Istana. Saat makan pagi, Gus Dur menyampaikan bahwa bila proses impeachment (pemakzulan) berjalan terus dia akan mengeluarkan dekrit. Saya diminta mengatur fraksi TNI agar DPR tidak melanjutkan upaya pemakzulan tersebut,” kata Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto.

 

Tentu saja Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto kaget mendengar kemungkinan ada dekrit pembubaran DPR dan MPR. Waktu itu baru saja masuk alam demokrasi. DPR dan MPR merupakan wakil dari partai-partai. Kalau saja partai-partai tidak menerima maka akan terjadi konflik sosial yang sangat berbahaya. “Saya hanya mengingatkan Bapak Presiden bahwa Fraksi TNI hanya 1 dari 4 Fraksi di DPR. Kami tidak menjamin bisa memengaruhi fraksi-fraksi lain,” terang Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto.

 

Keesokan harinya, Gus Dur mengadakan sebuah pertemuan yang dihadiri Wapres Megawati, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, Panglima TNI Widodo A.S., Kapolri Bimantoro, Kepala Staf Angkatan Laut dan Udara, KSAD, Marsillam Simanjuntak dan beberapa menteri lainnya juga hadir. Pada kesempatan itu Gus Dur menyampikan rencana mengeluarkan dekrit. Dengan alasan menghindari konflik sosial, Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto menyarankan agar rencana mengeluarkan dekrit sebaiknya dihindari. "Silakan saja pikir kembali," saran Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto  kepada Gus Dur.

 

Setelah pertemuan di Istana tersebut, semua peserta termasuk Marsillam menyepakati jangan sampai Presiden mengeluarkan dekrit. Kesimpulan rapat disampaikan kepada Ibu Megawati yang kemudian meneruskannya kepada Presiden.

 

Karena tidak mampu menahan Gus Dur, Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto mengeluarkan pernyataan kepada media bahwa TNI tidak berada di belakang Presiden berkaitan dengan rencananya mengeluarkan dekrit. Mungkin sebagai akibat dari pernyataan itu, Gus Dur memanggil KSAD ke Istana. Kata Presiden siang itu, "Pak Tarto, saya didatangi oleh para purnawirawan dan para kiai. Kata mereka, kalau negara ini mau aman, saya harus mengganti Pak Tarto."

 

“Gus, saya berterima kasih bahwa Anda sudah memercayai saya sebagai KSAD. Tapi itu adalah kehendak Allah. Kalau Anda memberhentikan saya dari jabatan KSAD, saya juga punya keyakinan yang tinggi bahwa itu juga merupakan kehendak Allah. Jadi Gus Dur, silakan dilaksanakan. Jawab Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto

 “Pak Tarto,ini semua bukan kehendak saya.” reaksi Gus Dur

 

Begitu tiba di rumah dinas, Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto segera menceritakan apa yang terjadi di Istana kepada sang istri. “Kita harus segera berkemas untuk kembali ke rumah sendiri, meninggalkan rumah dinas,” kata Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto

 

Tiba-tiba telepon berdering. Rupanya panggilan dari Istana. Sang Jenderal mengatakan baru saja menghadap Presiden. Tapi tetap saja diminta kembali ke Istana. Begitu bertemu Gus Dur, dia bilang baru saja bertemu dengan para purnawirawan dan kiai. “Mereka meminta agar Pak Tarto dipertahankan sebagai KSAD."

“Padahal jarak antara dua pertemuan saya sebelumnya hanya sekitar satu jam,” pikir Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto.

 

Suatu kali Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto mendapat telepon dari Sekretaris Militer (Sesmil) Marsekal Madya TNI Budi Santoso yang menyampaikan pesan Gus Dur. Isinya jika bersedia mendukung dekrit, maka akan diangkat menjadi Panglima TNI. “Jawaban saya kepada Sesmil, kalau saya jadi Panglima justru nanti saya semakin punya kekuasaan mencegah keluarnya dekrit,” cerota Jenderal TNI (Purn.) Endriartono Sutarto.

 

Tapi dekrit tetap keluar. TNI tidak bisa membela Gus Dur sebab proses akhirnya pemakzulan memang tidak bisa dihindarkan setelah Pemakzulannya konstitusional. (pul)

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Kiai Mahfudz Termas, Pewaris Terakhir Hadist Bukhori #3

Author Abad

Mar 11, 2023

Begini Respon TACB Perihal Reklame di Lokasi Cagar Budaya

Author Abad

Feb 26, 2023

A.H. Thony: "Dulu jadi panutan pembongkaran, kini kok mau dipasangi reklame lagi. Mesakne Mas Wali"

Malika D. Ana

Feb 24, 2023