images/images-1678612611.png
Sejarah
Riset

Saat Serangan Agresi Militer ke II, Soekarno Hanya Takut Westerling

Pulung Ciptoaji

Mar 12, 2023

539 views

24 Comments

Save

Tentara Belanda sedang bergerak memasuki kota Yogjakarta dalam Agresi MIliter II  pada tanggal 19 Desember 1948. Foto 30 tahun Indonesia Merdeka    

 

abad.id- Sabtu malam tanggal 18 Desember 1948. Ratusan prajurit baret merah dari Korps Speciale Troepen atau KST sedang menyiapkan diri. Mereka memiliki kualifikasi Para dan kenyang pengalaman tempur. Bahkan masuk golongan pasukan elite Belanda. Besok pagi akan memulai misi penting. Kalimat motivasi disampaikan langsung Panglima Koninlijke Nederlans Indisch Leger Letnan Jenderal Simon Spoor.

 

“Kalian terpilih untuk de laastste actie. Diterjunkan di Maguwo sebelum fajar, kemudian membebaskan Yogyakarta dari tangan esktremis serta menangkap Soekarno bersama pengikutnya,”  kata sang Jenderal. Tuntas dengan arahannya, Spoor berjanji,  “Pagi nanti, saya akan terbang bersama kalian!”

 

Bagi Spoor, operasi militer ke Yogyakarta jelas tak bisa ditunda. Sebuah laporan intelijen menyebut, Bung Karno dan enam orang menteri Republik Indonesia bersiap melarikan diri ke India. Dari India, mereka bakal langsung ke New York dan berbicara di Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dan, Spoor ingin secepatnya meringkus mereka sebelum kabur ke luar negeri.

 

Menjelang fajar tanggal 19 Desember 1948, Pangkalan Udara Andir Bandung dipenuhi gemuruh mesin 18 pesawat angkut C-47 Dakota. Tepat pukul 04.30, pesawat pertama lepas landas, disusul pesawat-pesawat berikutnya dengan jeda satu menit. Pesawat-pesawat itu terbang ke timur menuju Yogyakarta. Yang diincar Lapangan Terbang Maguwo.

 

Tanpa pertahanan, pasukan khusus Belanda hanya butuh 25 menit untuk menguasai Maguwo. Mudahnya pasukan Belanda masuk ke Yogjakarta karena pangkalan udara itu hanya dipertahankan serombongan kadet yang belum pernah bertempur. Kadet-kadet itu sejatinya hanya pelajar yang bakal dilatih menjadi pilot, dan belum pernah menerima latihan dasar militer. Mereka kalah kelas dengan baret merah yang kenyang perang. Total 128 penjaga pangkalan tewas, sedangkan KST lenggang kangkung tanpa korban seorang pun. Maguwo sudah menyerah total.

 

Operasi penguasaan lancar, berikutnya ratusan baret hijau KST dari Semarang bergerak maju. Hingga pukul 11.00 siang, seluruh kekuatan Grup Tempur M yang berjumlah hampir 2.600 personel sudah terkumpul di Maguwo, dipimpin Kolonel D.R.A. van Langen. Pergerakan pasukan tanpa perlawanan, bergerak ke pusat Kota Yogyakarta untuk menahan pemimpin sipil Republik.

 

Yogjakarta Dikuasai, Pemimpin Sipil Ditangkap

 

Hari itu suara gemuruh pesawat sudah terdengar lalu lalang sejak pagi. Di kota Yogjakarta sedang ada beberapa Delegasi KTN dan menteri dari Nederland yang tinggal di Kaliurang, dalam misi melakukan perundingan dengan Perdana Menteri M Hatta. Memang, sejak beberapa hari terakhir perundingan mengalami jalan buntu. Pembahasan terkait Garis Van Mook dan sikap Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, yang menolak untuk dilebur dengan KNIL menjadi satu angkatan kepolisian bersenjata masih dalam pembahasan.

 

Aksi militer ini oleh Belanda disebut 'aksi polisionil', sementara bagi orang Indonesia disebut Agresi Militer Kedua. Waktu Agresi Militer Pertama, Perdana Menteri Drees mencegah penyerbuan ke Yogyakarta, tetapi sekarang ia bersedia memikul tanggung jawab politik untuk perebutan ibu kota Republik tersebut. Keputusan diambil kabinet Drees di Den Haag atas desakkan Beel seorang wali negara dari Jakarta.

 

Beel, dalam kedudukan yang baru sedang mencoba mencari kecocokan antara Den Haag dan Jakarta. Motivasi yang mendasari agresi militer ini, rupanya Wakil Tinggi Kerajan Belanda mencurigai imperialisme Republik Indonesia dan ingin melumpuhkannya secara tuntas. Dengan harapan dapat membentuk sebuah Republik Indonesia Serikat dengan negara-negara bagian lainnya. Sebaliknya, Perdana Menteri Drees tidak berniat menghancurkan Republik Indonesia, melainkan hanya ingin memberi pelajaran agar pemimpn sipil kembali ke meja perundingan dengan sikap lebih menurut.

 

Memang, Soekarno telah menata koper karena akan pergi ke India. Perdana Menteri Nehru telah mengirim pesawat terbang untuk menjemput Presiden Indonesia itu.  sedangkan Hatta dan kabinetnya akan terbang ke Bukittinggi, bahkan kalau perlu pergi ke Aceh. Soekarno akan meneruskan rencananya ke Amerika untuk menguji coba bakat oratorisnya di depan para anggota Dewan Keamanan di Lake Success.  Langkah-langkah ini seperti yang diungkapkan ahli sejarah George Mac T.Kahin, yang kebetulan sedang di Yogyakarta sebagai mahasiswa peneliti.

 

Presiden dan Wakil Presiden serta KH Agus Salim tiba di lapangan Maguwo untuk diterbangkan ke Sumatra. Foto 30 Tahun Indonesia Merdeka

 

Jauh hari sebelum agresi militer ini terjadi, di sebuah pidato radio Soekarno pernah berkata bahwa andaikata Belanda menyerang lagi, ia akan memimpin sendiri perang gerilya. Maka saat ada serangan dari Belanda, Soedirman menagih janji Soekarno. Namun, para menteri lainnya, serta M Hatta kurang rela mengikuti Preiden perang gerilya. Sukarno memutuskan untuk tidak melaksanakan rencananya yang berani mati itu. “Sebagai tahanan Belanda, saya menjadi jauh lebih berharga untuk perjuangan kaum republik daripada menjadi pejuang gerilya,” pikir Soekarno.

 

Mereka lalu mengirim telegram ke menteri keuangan Sjafroeddin Prawiranegara yang berada di Bukittinggi. Ia diminta untuk membentuk suatu pemerintahan dalam pengasingan, andaikata pemerintah saat itu dilumpuhkan. Sjafroeddin membentuk pemerintahan di pengungsian Aceh ketika pasukan Belanda bergerak menuju Bukittinggi. Tidak banyak yang dilakukan kabinet Sjafroeddin.

 

Soedirman kemudian meninggalkan istana untuk mempimpin perang gerilya dalam fungsinya sebagai Panglima Besar. Para militer yang masih leluasa bertindak, antara lain TB Simatupang dan pasukan garnisun di Vredenburg, serta AH Nasution bérada di luar kota sehubungan dengan latihan kemiliteran.

 

Siang itu tanggal 19 Desember 1949 di istana tempat tinggal Presiden Soekarno, sedang menunggu kedatangan Belanda. Satu peleton korps pasukan khusus, di bawah pimpinan Letnan J.B. Schüssler telah mendekati di istana. Terjadilah tembak-menembak yang gigih. Selang beberapa waktu, keluarlah tiga pengawal pribadi Soekarno, yang rupanya disuruh meminta gencatan senjata. Peleton yang mengepung istana bersama dengan ajudannya P.Vermeer yang fasih bahasa Indonesia, berjalan ke serambi tempat Soekarno yang sudah menunggu. Duduk ditempat itu Sjahrir dan Laksamana Udara Suryadarma.

 

Pertama-tama ditanyakan Soekarno kepada Schüussler dalam bahasa Belanda dengan nada agak khawatir, apakah Kapten R. Westerling yang ditakuti itu menjadi komandan mereka. Schüssler menjawab bahva dia sudah diganti. Kemudian 60 penghuni istana diperintahkan untuk keluar dan mengumpulkan senjata di depan. Setelah itu, Schiusler secara resmi menangkap Soekarno.

 

Tidak lama kemudian muncul Kapten A.V. Vosveld, memasuki istana dengan membawa pistol otomatis. Dia didampingi tiga anggota KNIL bangsa Ambon yang senang hati siap menembak mati Soekarno jika melawan. Kapten Vosveld menyampaikan dengan suara lantang kepada orang-orang yang berkumpul, bahwa mereka dalam status ditahan.

 

Aksi Liar Tentara Belanda Merasa Sudah Menang

 

Dalam perintah harian untuk pasukannya yang maju perang, Jenderal Spoor menekankan bahwa mereka tidak datang sebagai penguasa, tetapi sebagai pelindung. Maka penduduk sipil tidak boleh dibuat menderita. Namun kenyataan di lapangan, perintah ini tidak dihiraukan sama sekali pasukan yang menduduki Yogya. Pagi-pagi mereka mulai menembaki kota dengan senjata otomatis dan menjatuhkan bom dengan menggunakan pesawat udara yang terbang rendah.

 

Roeslan Abdulgani, yang saat itu menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Penerangan, menyaksikan kejadian ngeri. Cak Roeslan melihat dua anak buahnya yang berdiri di sebelah tiba-tiba terbunuh. Sedangkan ia sendiri terkena pecahan granat sehingga harus memotong sebagian tangannya. Satu peleton khusus yang dipimpin seorang sersan, sambil mabuk berjalan menghentikan laju mobil yang ditumpangi Sekretaris Jenderal Santoso.  Bersama penumpang lainnya Santoso diseret keluar dari mobil dan disuruh berdiri menghadap tembok. Lalu dor.., seluruh rombongan mobil ditembak mati. Penguasa mendirikan markas besar mereka di hotel Merdeka dan kata 'Merdeka' di atas pintu masuk disapu cat hitam supaya tidak terbaca.

 

Salah seorang penyerang Belanda, Letnan J.A. Bakker, perwira bagian penerangan brigade-T, dalam sebuah surat yang ditujukan kepada sanak-saudaranya, menceritakan tindak-tanduknya di Yogyakarta. Surat tersebut panjangnya 12 halaman.

 

Salah seorang yang dijumpainya di Yogyakarta menurut Letnan Bakker adalah George Caheyn yang disebut Bakker sebagai seorang Amerika yang tidak tahu sopan santun. George Caheyn seorang  ahli sejarah yang saat itu sedang menjadi mahasiswa sedang melakukan penelitihan di Yogjakarta.  Letnan Bakker meminta agar mahasiswa yang protes itu untuk tutup mulut, dan jadilah anak yang manis.

 

Kenangan lain Letnan Bakker yaitu bertemu dengan seorang kakek kecil dengan janggut kecil dan tidak bersepatu. Orang yang digambarkan tersebut adalah Menteri Luar Negeri Agoes Salim, dan Bakker menangkapnya. Hal sama dilakukannya Letnan Bakker ialah dengan menahan mereka dan dimasukan ke sebuah truk terbuka dan dalam kondisi hujan deras. Para tahanan anggota kabinet itu diangkut dan dimasukan ke penjara Wirogunan.

 

Setelah itu Letnan Bakker pergi ke istana tempat Soekarno dan keluarga dikenakan tahanan rumah. Saat bertemu sang presiden, Soekarno masih mengenakan kemeja dan bretel tanpa kopiah. “Sama sekali tidak mirip dengan lelaki ganteng seperti tampak di foto", Ia lebih mirip orang Cina yang mulai gundul yang termangu sedih, ” tulis Bakker.  Beberapa hari kemudian Vosveld dan Letnan Bakker membawa Soekarno menghadap komandan daerah Jawa Tengah, Mayor Jenderal J.K.Meier.

 

Dalam aksi Agresi Militer ke II, setelah penangkapannya Soekarno sibawa naik jip. Foto dok net 

 

Soal penjemputan Soekarno Bakker menulis, “Dengan kepala yang diangkat tinggi dan dengan mengenakan baju seragam yang mahal dia melangkah dengan berwibawa lalu bertanya apakah ajudannya boleh ikut serta di dalam mobil, yang tentu saja ditolak. Dia boleh duduk di sebelah Vosveld di dalam mobil jip, dan saya sendiri mengikuti dari belakang dengan jip saya. Untuk menjaga segala kemungkinan saya telah mendatangkan seorang operator film untuk merekam kejadian ini. Sebenarnya Saya mengharapkan keonaran, supaya dengan demikian saya mempunyai kesempatan untuk menghajarnya.”

 

Di kemudian hari, dalam Biografi Soekarno tulisan Lambeert Giebels, Ia selalu mengenang kembali tahun-tahun 1945-1950, saat diperlakuan dengan hina. Terutama ketika ditangkap pada 20 Desember 1948, hingga menimbulkan rasa dendam terhadap penguasa Belanda. Surat Letnan Bakker kepada saudaranya itu membuktikan bahwa Belanda memang sama sekali tidak mengindahkan perasaan orang yang menganggap dirinya kepala negara. Tetapi dalam kepala Letnan Bakker dan anak buahnya,  dianggap sebagai seorang kolaborator yang sangat hina. (pul)

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023