images/images-1678776073.jpeg
Sejarah
Data

Nasution Murka Dengar Kabar Ada Tentara Peras Rakyat

Pulung Ciptoaji

Mar 14, 2023

375 views

24 Comments

Save

Penganugrahan Jenderal Bintang Lima kepada AH Nasution dan Soeharto. Foto dok net 

 

abad.id- Apabila ada yang bertanya siapakah jenderal yang memiliki konsep brilian tentang strategi perang? Jawabnya adalah A.H. Nasution. Lalu siapa Jendral yang pernah menghukum anggotanya karena melanggar disiplin, jawaban sama yaitu Nasuition. Sejarah telah menuliskan tentang jejak tokoh kelahiran Tapanuli, Sumatera Utara, 13 Desember 1918 ini sebagai tentara yang memegang prinsip. Sampai ajal menjemput di usianya yang ke-82 tahun tanggal 6 September 2000, sosok berpangkat jenderal bintang lima itu telah menorehkan seluruh dedikasinya secara berharga untuk Indonesia.

 

Tinta emas yang tidak terbantahkan sebagai peletak dasar perang gerilya melawan Belanda. Jasa Abdul Haris Nasution memiliki konsep yang ditulis dalam buku Strategy of Guerilla Warfare. Buku yang memuat rekam jejak sekaligus konsep kemiliteran ini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Buku ini menjadi buku wajib militer di sejumlah negara. Bahkan, West Point Amerika Serikat yang menjadi sekolah elite bagi militer, menjadikannya sebagai buku wajib dibaca.

 

Perilaku Nasution sebagai pemimpin TNI sejak Agresi Militer Belanda I dan II selalu menjadi panutan bagi anak buahnya. Bahkan pikiran dan kehendak Nasution selalu mengispirasi para prajurit dan menjadi pedoman perilaku kemiliteran. Pada Agresi Militer Belanda II misalnya, Pak Nas pernah  marah dan kecewa.  Hari itu, 1 Januari 1949,  Kolonel Nasution selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa sedang melihat situasi genting di Yogjakarta. Ternyata masih ada oknum tentara republik yang melakukan pelanggaran berat memeras rakyat.  Untuk itu Pak Nas meminta semua pihak lebih mawas diri terhadap teror berkedok perjuangan. ini penting untuk menjaga rakyat sebagai bagian dari perjuangan Permesta.

 

Sangat sulit bagi Tentara Nasional Indonesia membendung kembalinya Belanda ke Indonesia. Perang secara frontal hanya akan memakan lebih banyak korban. Karena itu, harus mencari strategi untuk mempertahankan Republik Indonesia. Perang gerilya adalah jalan keluarnya.

 

Pak Nas mengeluarkan instruksi. Surat Instruksi Bekerja Untuk Suplai No. 4/MBKD/1949 itu menggambarkan kemarahan Nasution. Ada oknum tentara yang mengaku pasukan gerilya, tapi mencoreng perjuangan. Oknum pasukan tersebut justru memeras rakyat. Mereka membuat rakyat terbebani.

 

"Timbul pasukan-pasukan baru yang mengaku pasukan gerilya, lantas meminta dijamin oleh rakyat, minta makan, minta kambing dan sebagainya," tulis Nasution dalam surat instruksi.

 

Peristiwa itu bisa terjadi karena ada kaitannya dengan pemenuhan logistik yang merupakan fokus utama dalam perang gerilya. Pasukan Teritorial memang memiliki tugas mengumpulkan bahan makanan. Baik mentah maupun matang. Dalam usaha mengumpulkan bahan pangan, biasanya menerima atau meminta dari rakyat. Kondisi ini yang 'dimanfaatkan' oleh oknum tentara sehingga timbul pandangan bahwa rakyat wajib memberikan semua kebutuhan pasukan gerilya.

 

Nasution mengakui, peran rakyat sangat besar. Mereka diharapkan membantu keperluan pasukan TNI yang melakukan gerilya. Sekaligus tidak bekerja sama dengan pihak Belanda. Bagi Nasution, partisipasi rakyat merupakan modal utama keberhasilan Perang Rakyat Semesta atau yang biasa disebut Permesta.

 

"Akan tetapi yang demikian bukanlah berarti, bahwa rakyat diwajibkan memberi dan melayani segala-galanya. Sebagai gerilya rakyat haruslah diusahakan supaya sedikit-sedikitnyalah terasa sebagai beban oleh rakyat," ungkap Nasution dalam buku Pokok-Pokok Gerilya.

 

 

Sang Jenderal Pengkritik Soekarno

 

Pak Nas seperti memang ditakdirkan di dunia militer dan politik. Minatnya terhadap dunia militer tidak tanpa alasan. Ada semacam cinta kepada negerinya yang telah mendorongnya untuk membuat keputusan ini. Karena cintanya yang begitu kuat, Pak Nas telah menorehkan banyak sejarah hingga kini masih dikenang

 

Dalam buku Derap Politik Pada Jenderal tulisan Andi Setiadi mendeskripsikan, sebagai seorang TNI yang disegani dan karismatik, Pak Nas memang berbeda dengan teman-temannya. Sejak masuk dalam jajaran TNI, Pak Nas dikenal sebagai sosok yang setia dengan prinsipnya dan tidak segan-segan mengkritik kebijakan-kebijakan atasannya. Bahkan, ia pun tak segan mengkritik Soekarno, sosok yang sangat dikaguminya sejak muda.

 

Sejarah telah menulis polemik antara Pak Nas dengan Soekarno yang salingkritik secara sehat. Ketika terjadi pergolakan di internal Angkatan Darat tahun 1952, Pak Nas menganggap bahwa Soekarno telah ikut campur tangan dalam konflik itu. Bahkan Pak Nas dengan terang-terangan mengatakan bahwa Soekarno seharusnya tidak perlu berpihak kepada siapa pun.

 

Pak Nas melancarkan kritik kepada Soekarno. Dua tokoh ini memang sering saling kritik. Karena berada dibalik “Peristiwa 17 Oktober", yang menuntut pembubaran DPRS dan pembentukan DPR baru, Pak Nas kemudian diberhentikan sebagai KSAD oleh Soekarno.

 

Akan tetapi, siapa pun yang membaca kisah hubungan keduanya, pasti akan memberikan sebuah kesimpulan yang berbeda-beda. Kritik Pak Nas terhadap Soekarno, demikian juga sebaliknya, adalah bentuk dinamika politik yang menjunjung keterbukaan, kejujuran, dan penghargaan atas suatu pendapat. Polemik mereka sangat sehat, dan pasti akan terjadi dalam situasi politik tertentu.

Buktinya, Pak Nas dan Soekarno terlihat akur dan sependapat setelah meletusnya pemberontakan PRRI/ Permesta tahun 1955. Saat itu, Pak Nas diangkat kembali sebagai KSAD. Soekarno seolah melupakan polemik-polemik sebelumnya setelah memberikan kepercayaan kepada Pak Nas.

 

Pak Nas mengakui dengan jujur bahwa presiden pertama itu sosok dengan jiwa yang besar, yang mati-matian memperjuangkan bangsa Indonesia. Suatu ketika tahun 1960, salah seorang wartawan Amerika bertanya kepada Pak Nas tentang Soekarno. Dengan ramah dan rendah hati, Pak Nas menjawab lirih, “Bung Karno itu sudah dalam penjara untuk kemerdekaan Indonesia, sebelum saya paham perjuangan kemerdekaan.”

 

Jenderal Bintang Lima Melawan Soeharto

 

Gelanggang politik Orde Baru sangat mengerikan, karena siapa pun yang tidak sevisi maka harus menanggung akibatnya. Kenyataan politik itulah yang membuat Pak Nas marah sekaligus kecewa. Ketidakpuasan karena Soeharto yang dulu dianggap sosok jenderal cerdas dan memiliki etika politik yang membanggakan, tiba-tiba menjadi musuh paling membahayakan.

 

Saat menjabat sebagai Ketua MPRS, Pak Nas yang melantik Soeharto sebagai Presiden RI kedua pada tahun 1967. Pak Nas masih ingat betul kenangan itu. Dengan harapan dan doa yang tidak pernah padam, Pak Nas betul-betul berharap bangsa Indonesia semakin maju. Bagi Pak Nas, tidak ada yang ia ragukan dari sosok Soeharto. Kecerdasan dan pengalaman Soeharto di dunia militer dianggap sebagai nilai plus. Itulah sebabnya, Pak Nas begitu yakin bahwa Indonesia di bawah kendali Soeharto akan lebih menjanjikan dari periode sebelumnya.

 

 

Pak Nas pernah dekat dengan Soeharto, namun pernah pula menjadi lawan argumentasi dan panggung politik. Foto dok net

 

Akan tetapi, panggung politik memang selalu mengejutkan. Pak Nas termasuk salah satu tokoh yang menjadi korban dari sekian drama politik itu. Soeharto yang dulu Pak Nas elu-elukan, kini harus ia kritik. Bahkan, Pak Nas termasuk pengkritik yang paling “vocal” dan berani.

 

Orang yang dahulu dibanggakan pada akhirnya menjadi musuh. Soeharto, dengan kendali politik serta pengaruhnya yang kuat, menyingkirkan Pak Nas dari gelanggang politik. Bahkan diam-diam Pak Nas dibunuh secara politik. Mungkin Soeharto merasa bahwa sosok Pak Nas sangat berbahaya bagi masa depan politik. Itulah sebabnya, saat itu, Pak Nas dilarang berbicara di depan umum atau di media massa. Pak Nas dipaksa tutup mulut.

 

 

Artikel lainnya

Seru, 400 Orang Jawa Sedunia Bakal Kumpul di Surabaya

Author Abad

Oct 04, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Politik Hukum, Tumbal dan Sumber Kegaduhan

Malika D. Ana

Jan 07, 2023

Pembangunan Balai Kota Surabaya Penuh Liku

Pulung Ciptoaji

Dec 18, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023