images/images-1684222176.jpg
Riset

Gubernur Ali Sadikin Sengaja Legalkan Judi, Ini Alasannya

Pulung Ciptoaji

May 16, 2023

445 views

24 Comments

Save

Pada bulan April 1966 Ali Sadikin dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Sukarno. Foto Bang Ali Demi Jakarta 1966-1977

 

abad.id- Satu hal yang pernah menggegerkan publik saat Gubernur Ali Sadikin menggali sumber keuangan untuk kepentingan masyarakat, yakni dari judi.

 

Sejak awal Ali Sadikin tahu, bahwa judi sudah ada di Jakarta. Malahan Ali Sadikin tahu persis bahwa di belakangnya ada oknum oknum tertentu yang melindunginya. Mereka bisa hidup dengan mapan secara ekonomi tanpa harus bayar pajak. Maka Ali Sadikin bicara dengan Dyamadjitin. Ali Sadikin tanyakan apakah ada aturan aturan dan hukum mangenai judi di Jakarta.

 “Ada,”  jawab Dyamadjitin

Ali Sadikin pun jadi tahu, bahwa bekas Gubernur sebelumnya pernah punya rencana antuk mengadakan judi, mengudakan lotto. Tapi, rupanya, belian ragu menentang Bung Karno waktu itu, sehingga tidak sempat.

"Mengenal judi, kekuasaannya ada pada Kepala Daerah, sesuai dengan perundang undangan,” kata Dyumadjitin yang ahli hukum itu.

 

Ali Sadikin merasa mempunyal kekuatan dan mempunyai dasar hukum dengan mendengar keterangan dari Djumadjitin.

"Saya akan menertibkan perjudian itu," kata Ali Sadikin di didepan Djumadjitin

"Dari judi Ali Sadikin akan pungut pajak," tambah Ali Sadikin. Maka Djumadjitin ikut mengangguk.

"Itu semua legal,kan?" kata Ali Sadikin

"Legal. Ada hukumnya. Boleh," jelas Djumadjitin meyakinkan."Ada undang undangnya, ada peraturannya, ada Undan-Undang No.11 tahun 1957 yang memungkinkan Pemerintah Daerah memungut pajak atas izin perjudian. Hanya gubernur-gubernur lain tidak berani melakukannya.

“Say berani,”kata Ali Sadikin. "Untuk keperluan rakyat Jakarta saya berani,”

Lalu Ali Sadikin berfikir bagaimana caranya.

“Mesti orang Cina," kata Djumadjitin. "Undang-undang menetapkan bahwa kepala daerah bisa memberikan ijin kepada seorang bandar Cina, karena judi dianggap sudah merupakan budaya Cina. Dan yang boleh berjudi itu hanya orang Cina”

“Jadi lebih baik disahkan saja daripada dibiarkan liar dan tidak nenghasilkan apa-apa untuk pemerintah, untuk rakyat. Kan begitu? kata Ali Sadikin.

Lagi-lagi Djumadjitin membenarkan.

 

Berikutnya Ali Sadikin tidak perlu menghubungi Menteri, misalnya Menteri Sosial. Langkah berikutnya Ali Sadikin menemui Penjabat Presiden Soeharto urtuk melaporkan saja, bahwa Jakarta akan mengesahkan judi, karena undang-undangnya ada. Ali Sadikin tidak meminta persetujuan.

Walikota Sudiro dulu juga pernah berkeinginan mengadakan casino di Pulau Edam, di teluk Jakarta, tapi partai-partai agama gigih menolaknya. Gubernur Sumarno Sosroatmodjo juga mengatakan bahwa tiap Gubernur menginginkan diadakannya casino di wnilayah Jakarta untuk pembangunan Jakarta. Sumarno pernah mempelopori usaha Lotto.

Memang pada masa jabatannya sekitar thun 60-an, usaha-usaha yang dikatakan maksiat itu sangatlah tidak menarik hati orang, serta merta mendapatkan tentangan. Ali Sadikin menjelaskan, ada empat atau lima tempat di Jakarta yang jadi tenpat perjudian, yang dilindungi oleh oknum-oknum ABRI yang mencemarkan nama ABRI.

“Saya sengaja tidak meminta persetujuan Penjabat Presiden untuk usaha judi, dengan pikiran, bahwa saya tidak mau memberatkan Penjabat Presiden dalam hal ini.” Kata Ali Sadikin dalam buku Bang Ali tulisan Ramadhan KH.

 

Menurut Ali Sadikin bahwa jika terjadi sesuatu yang berhubungan dengan kebijakan melegalkan judi ini, maka itu akan  menjadi tanggungjawab Ali Sadikin. “ Saya mau menyelamatkan orang lain dan tidak mau menyeret orang lain,” prinsip Ali Sadukin.

 

Benar saja, keputusan Ali Sadikin mengenai judi itu langsung banyak yang menentang. Ali Sadikin mengakui bahwa judi itu haram. Agama apa pun mengatakan begitu. Tetapi, judi ini diatur hanya untuk kala tertentu. Orang-orang yang dalam way of life-nya tak bisa hidup tanpa judi. Dan untuk itu mereka pergi ke Macao. Nah, Ali Sadikin berpikir, untuk apa mereka menghambur-hamburkan uang di Macao. Lebih baik untuk pembangunan di Jakarta saja.

 

ali sadikin

Ali Sadikin bersama Prof Ishaq Salim di sebuah acara peringatan HUT Rumah Sakit Mata Aini. Foto istimewa

 

Ali Sadikin jelaskan, bahwa DKI memerlukan dana untuk membangun jalan, sekolah, puskesmas, pasar dan lain-lain. Tapi, yang tidak setuju toh tetap ada. "Bapak-bapak, kalau masih mau tinggal di Jakarta, sebaiknya beli helikopter. Karena jalan-jalan di DKI dibangun dengan pajak judi." Kata . Ali Sadikin kepada mereka yang menentang judi. Dengan jawaban semacam itu membuat orang kemudian tertawa.

 

Ali Sadikin juga tidak minta persetujuan dari DPRD mengenai hal ini. Pikir Ali, kalau meminta persetujuan DPRD, malah akan menyulitkan mereka. Secara politis dan secara moral, para anggota DPRD itu tentunya tidak akan menyetujui tindakan Ali Sadikin. Ali Sadikin paham benar. Jadinya, Ali Sadikin cuma memberitahukan saja kepada mereka.

 

Kemudian Ali Sadikin sahkan judi , mulai Lotere Totalisator, lotto, dengan konsep mencontoh dari luar negeri. Lalu dengan macam-macam judi lainnya. Sampai kepada hwa-hwe. Dalam pada ini, peraturan menegaskan hanya orang Cina yang dibolehkan judi. "Orang kita tidak boleh judi. Apalagi orang Islam!" seru Ali Sadikin. "Haram bagi orang Islam main judi!" Jadi judi yang diselenggarakan pemerintah DKI hanya bagi golongan tertentu saja.

 

“Berulang kali saya jelaskan, kalau ada umat Islam yang berjudi, itu bukan salah Gubernur, tetapi keislaman orang itu bobrok. Dan sebagai umat Islam saya sendiri sama sekali tidak pernah berjudi," perintah Ali Sadikin.

 

Namun pada prakteknya ternyata warga Indonesia pribumi tidak bisa mengendalikan diri, sehingga ikut bermain hwa-hwe yang sebenarnya diperuntukkan bagi warga negara asing keturunan.

 

Sementara itu Ali Sadikin harus mengakui bahwa volume pembangunan ibukota di akhir 1969 itu tidak sebesar dulu ketika hwa-hwe masih dibuka. Yang patut diingat benar adalah, bahwa dari hasil judi ini dimasukkan ke dalam APBD, dalam kelompok penerimaan khusus. Serta para anggota DPRD bisa mengontrol ke mana hasil judi tersebut.

 

Hasil judi itu dipakai untuk kepentingan masyarakat Jakarta. Semua menikmatinya, karena pajak dari sana untuk pembiayaan pembangunan, pembangunan di bidang pendidikan. Maka DKI Jakarta bisa membangun gedung-gedung sekolah dasat yang pada waktu itu sangat dirasakan kurang, perbaikan dan peneliharaan jalan, pembangunan dan pemeliharaan fasilitas per kotaan, fasilitas kebudayaan dan lain-lain.

 

Ijin judi dilakukan melalui tender, dengan tujuh orang yang mengikutinya. Baru si Apyang dengan si Yo Putshong muncul menjadi pemenang. Ali Sadikin tidak pernah mengenal mereka sebelumnya.

 

Waktu Ali Sadikin ke Manila, dua kali Ali Sadikin diterima oleh Presiden Marcos. Pertama kali saat sedang mengadakan pertemuan dengan para walikota dan gubernur. Ali Sadikin diterima di ruang sidang, di istana yang megah itu, Marcos duduk di sampingnya, diperkenalkan kepada hadirin dengan disebutkan bahwa Mr. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Jakarta Raya, Ibukota Republik Indonesia.

 

Di situlah Presiden Marcos bicara mengenai soal casino di Jakarta, karena waktu itu di negara Philipina masih tabu, karena Katolik berkuasa di sana. Maka Ali Sadikin jelaskan apa adanya. Pertama memerlukan duit untuk mengelola Jakarta, untuk pembangunan, dan kedua judi itu memang sudah ada di Jakarta, dan undang-undangnya juga ada. “Daripada kami tidak menarik apa-apa dari judi yang ada itu, lebih baik kami sahkan saja tapi bisa menarik untung untuk pemerintah dan dipakai untuk pembangunan,” terang Ali Sadikin. Lalu Presiden Marcos manggut-manggut.

 

Setelah Ali Sadikin mengizinkan judi, menerbitkan perjudian dan memungut pajak dari sana, orang yang tidak suka kepada kebijaksanaan Ali Sadikin itu menyebut Ali Sadikin "Gubernur Judi" atau malahan "Gubernur Maksiat". Malahan sampai-sampai ada yang menyebut isteri Ali Sadikin "Madam Hwa-Hwe".

 

Apalah kesalahan isteri Ali Sadikin dengan kebijaksanaan yang Ali Sadikin ambil? Isteri Ali Sadikin "kena getahnya".Tetapi, apa boleh buat. Kalau berani berbuat, harus berani pula bertanggung jawab. Ali Sadikin harus berani berkorban untuk menyelamatkan orang banyak. Ini semua karena Ali Sadikin ingin menciptakan pembangunan buat Jakarta. Tidak mau melihat anak-anak keluyuran tidak sekolah. Tidak mau menyaksikan jalan-jalan bopeng, saluran-saluran mandek, beberapa rumah sakit seperti mau runtuh.

 

Di tahun '73, judi di Jawa Tengah dan di Jawa Barat dinyatakan dilarang oleh Kopkamtib. Maka para wartawan menemui Ali Sadikin. Mereka bertanya apa reaksi Ali Sadikin dengan dilarangnya judi di propinsi-propinsi lain.

"Soal itu tergantung pada Kopkamtib,” jawab Ali Sadikin. Tapi Ali Sadikin didorong-dorong terus, dan hati Ali Sadikin meluap jadinya.

"Kalian seperti beo saja," kata Ali Sadikin menjawab dorongan mereka. "Pemerintah bicara judi, kalian juga ikut-ikut bicara soal judi. Apa maunya?”

 

Ali Sadikin tidak menunggu orang bicara lagi. "Judi dan perjudian di kota Jakarta ini resmi berdasarkan undang-undang. Dus, legal. Lebih baik perjudian itu resmi daripada sembunyi-sembunyi. Kalau secara gelap-gelapan, siapa yang mengambil untungnya? Ayo, jawab. Siapa yang untung kalau gelap-gelapan?"

 

Ali Sadikin dengar ada yang menjawab, dan dia tepat.Tentunya yang memback-nya, oknum yang bergantung pada yang punya kekuasaan.

 

Lalu Ali Sadikin berondongkan isi hatinya. “Dari hasil pajak judi itu Pemerintah Daerah Jakarta bisa membangun gedung SD sekian, SMP sekian, SMA sekian, memperbaiki kampung, membikin jalan dan lain-lain. Dan kalau judi dihapus di Jakarta, apakah sanggup Pusat menyediakan uang bermilyar-milyar, kurang lebih 20 milyar rupiah sebagai gantinya? Jangankan yang itu, soal perimbangan keuangan yang diminta oleh DKI saja masih belum berhasil,” kata Ali Sadikin.

 

Masalah membangun dan mensukseskan Pelita tidak cukup hanya dengan sekedar gembar-gembor saja. Itu mesti dengan uang," teriak Ali Sadikin.

 

"Coba, apakah itu anak-anak muda yang menamakan dirinya generasi muda sanggup kentut yang bisa menghasilkan uang bermilyar rupiah? Ayo,coba!" Ali Sadikin marah. Memang Ali Sadikin merasa didorong dan menjadi marah.

 

Waktu itu Ali Sadikin ingat, sebelumnya ada beberapa anak muda yang menamakan dirinya sebagai "Generasi Muda" mendatangi Kopkamtib, menyatakan dukungan dan terima kasih, sebab Kopkamtib telah melarang judi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lalu mereka pergi ke Senayan.

Sementara itu Ali Sadikin ingat, bahwa di Sydney, Australia, dibolehkan orang menyelenggarakan judi. Sebagai satu-satunya kota di Australia, kota Sydney dibolehkan mengadakan judi.

 

“Jakarta punya sifat khusus yang tidak sama dengan Bandung, tidak sama dengan Semarang, tidak sama dengan Surabaya. Nah, di Jakarta bisa saja dibolehkan judi,” pikir Ali Sadikin.

 

Ali Sadikin jalan, hendak masuk kamar kerja. Tapi unek-unek Ali Sadikin masih terasa. Ia membalikkan muka lagi dan berkata kepada para wartawan. "Dua orang pernah bilang, daripada judi lebih baik pakai zakat fitrah saja guna mencari uang buat pembangunan. Tapi apa hasilnya, Cuma dapat berapa, kurang lebih Cuma dapat Rp 15 juta tahun lalu (1972). Setelah saya kerja keras, jumlahnya naik jadi Rp. 75 juta lebih. Cuma sebegitu,". (pul)

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Menjaga Warisan Kemaharajaan Majapahit

Malika D. Ana

Nov 15, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022