Dasawarsa 1970-an bisa dianggap sebagai tahun-tahun kejayaan God Bless. Salah satu bukti nama besar saat dipilih sebagai pembuka konser grup rock legendaris dunia Deep Purple di Jakarta (1975).
God Bless tidak banyak merilis album, God Bless dianggap merupakan legenda grup musik rock Indonesia. Sepanjang perjalanannya, grup ini mengalami 15 kali pergantian personil, dan kini tinggal Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), dan Donny Fatah Gagola (bass) yang masih aktif.
God Bless cuma punya koleksi lima album, yaitu God Bless (1975), Cermin (1980), Semut Hitam (1988), Raksasa (1989), dan Apa Khabar (1997), dan sebuah album yang diaransemen ulang, The Story of God Bless (1990).
Berdirinya God Bless berawal saat Ahmad "Iyek" Albar kembali ke Tanah Air tahun 1970, setelah beberapa lama tinggal di Belanda. Kembali memboyong sang gitaris dari di Clover Leaf, Ludwig Lemans, keduanya tertarik dengan maraknya grup musik rock di Indonesia. Iyek lalu mengajak (almarhum) Fuad Hassan (drum) dan Donny Fattah (bass) untuk membentuk band Crazy Wheels.
Band ini dikenalkan mealui konser perdananya di TIM (Taman Ismail Marzuki) lalu mengikuti pentas musik "Summer '28", semacam pentas 'Woodstock' ala Indonesia di Ragunan, Jakarta. Pesertanya berbagai band dari Indonesia, Malaysia dan Filipina. Saat hendak tampil inilah, Crazy Wheels. Berubaha nama menjadi God Bless pada tanggal 5 Mei 1973.
Uniknya, nama band ini terinspirasi dari kartu ucapan yang tergeletak begitu saja di meja tamu rumah adik Iyek, Camelia Malik. Kartu tersebut bertuliskan "May God bless you!”.
Ada nama-nama yang ikut bergabung pada dekade awal pembentukan, seperti Jockie Surjoprajogo (keyboard). Jockie Surjoprajogo dimaksudkan sebagai pengganti Deddy Dores yang sempat bergabung dengan God Bless namun tidak bertahan lama karena harus mengurus bandnya sendiri, Rhapsodia. Namun Jockie juga tidak bisa bertahan lama. Posisinya digantikan oleh (almarhum) Soman Lubis.
Pada bulan Juni 1974, Fuad Hasan dan Soman Lubis (keyboard) mengalami kecelakaan lalu lintas di Tugu Pancoran, Jakarta Selatan. God Bless pun melalui masa berkabung. Ditambah lagi, sang gitaris Ludwig Lemans juga memutuskan untuk keluar dari God Bless. Dengan demikian, personil yang tersisa tinggal Ahmad Albar dan Donny Fattah.
Untuk mengisi kekosongan pada keyboard, mereka mengajak Jockie untuk bergabung kembali. Jockie lantas mengajak Ian Antono (gitar) dan Teddy Sujaya (drum) untuk bergabung dengan God Bless. Untuk mengenang Fuad Hassan dan Soman Lubis, God Bless tampil di TIM dengan tema mengenang seratus hari Fuad Hasan dan Soman Lubis dengan atraksi mengusung peti mati diatas panggung.
Pada awalnya, God Bless bukanlah band yang memiliki lagu. Mereka hanya band yang biasa membawakan lagu-lagu orang lain, seperti Kansas, Easy Beast, Genesis, Deep Purple, pada setiap penampilan mereka.
Proses masuk ke dapur rekaman dimulai dengan coba-coba. Mereka menulis lagu, dan lantas merekam di sebuah studio yang dikelola oleh Alex Kumara (ahli broadcast). Rekaman-rekaman ini bisa sampai ke telinga PT Aquarius Musikindo karena Suryoko (bos Aquarius) sering belajar gitar di rumah Ian Antono. Maka pada tahun 1975, God Bless merilis album perdananya.
Album bertitel God Bless di bawah bendera Pramaqua dengan hitsnya Huma Di Atas Bukit dan She Passed Away. Ketika supergrup dunia Deep Purple manggung di Indonesia (1975), grup ini mendapat kehormatan menjadi grup pembukanya.
Dengan gaya hidupnya yang anti kemapanan dan kebebasan secara paripurna, gaya busana yang nyentrik serta aksi panggung yang liar pecinta musik rock terpesona. Seiring berjalannya waktu God Bles akan tersu digandrungi.
Menjelang pembuatan album kedua, Jockie Surjoprajogo keluar dari formasi, posisinya kemudian diambil alih oleh Abadi Soesman yang bergabung tahun 1979 dan ikut terlibat di pembuatan album Cermin (1980). Di album Cermin ini, dikonsep dan dipersiapkan secara matang beberapa bulan sebelum masuk rekaman. Musik God Bless sedikit berubah menghadirkan ramuan aransemen lagu-lagunya terkesan lebih rumit, disamping membutuhkan skill masing-masing personil yang tinggi juga kekompakan dalam memainkannya. Seperti pada lagu Musisi, Anak Adam, Selamat Pagi Indonesia atau Sodom Gomorah.
Bahkan ketika rekaman, Teddy Sunjaya tidak menggunakan metronome seperti kebanyakan rekaman yang lain. Pada album Cermin pun merupakan representasi dari pemberontakan God Bless terhadap dominasi industri rekaman ketika itu yang selalu mencekokkan komersialisme atas tuntutan pasar. Saat itu memang didominasi musik pop manis yang bertemakan cinta yang melankolis.
Album ini disebut album God Bless paling idealis dan terbaik dari sisi musikalitasnya. Bahkan menjadi barometer kwalitas sebuah band rock waktu itu. namun dua tahun setelah album Cermin dirilis, Abadi Soesman mengundurkan diri.
Promotor rock asal Surabaya, Log Zhelebour pada era tahun 80an mulai gencar mementaskan festival rock di Indonesia. Gelaran besar yang mamu menghipnotis pecinta musik cadas ini berhasil membangunkan God Bless dari mati suri, dengan menjadikan lagu God Bless sebagai lagu "wajib". Bahkan personilnya menjadi juri di festival yang akhirnya banyak melahirkan band-band rock di papan atas Indonesia, seperti Grass Rock, Elpamas, sampai Slank.
Dari sekedar menjadi juri tersebut, pada tahun 1988 mulai muncul semanat God Bless untuk membuat album lagi. Hingga akhirnya melahirkan album come back. Isinya lagu Semut Hitam yang meledak di pasaran, dengan hitsnya seperti Rumah Kita, Semut Hitam, atau syair Kehidupan.
Album Semut Hitam benar benar sangat laris dan terjadi lagi perubahan konsep musik God Bless. Jika sebelumnya rock progresif secara drastis, berubah menjadi sedikit lebih keras dengan adanya pengaruh musik hard rock dan heavy metal. Tentu saja ada unsur komersil menjadi pertimbangan selera pasar.
Lagu Semut Hitam menjadi inspirasi anak muda agar dapat terus berkarya dalam bidang musik rock. Namun setelah album Semut Hitam keluar, Ian Antono justru menyatakan keluar dari formasi God Bless. Posisinya digantikan oleh gitaris muda berbakat, Eet Sjahranie.
Setahun berselang, dirilislah album berjudul Raksasa dengan hits Menjilat Matahari pada Maret 1989. Gitaris Eet Sjahranie berhasil merefresh sound gitar Ian Antono dan menjadikan God Bless lebih agresif.
Namun pasca keluar album Menjilat Matahari, kembali God Bles mengalami vakum tanpa sebab. Baru tahun 1997, para personel God Bless, yaitu Eet Sjahranie dan Ian Antono kembali berkumpul. Dari perenungan di kawasan Puncak itu, menghasilkan sebuah album berjudul Apa Kabar. Namun reuni ini tidak berlangsung lama karena Eet secara resmi mengundurkan diri dari formasi God Bless dan konsentrasi untuk bandnya sendiri, Edane.
Sepanjang perjalanannya, grup ini mengalami 15 kali lebih pergantian personil yang disebut sebagai 'formasi', dan saat ini tinggal Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), dan Donny Fattah Gagola (bass) yang masih dapat dikatakan sebagai personil aktif grup.
Baru mulai tahun 2002 mereka bangkit kembali dan sempat manggung di kafe dan sejumlah event seperti Asian Rock di Ancol, Jakarta (2003), dan di Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ). Namun kebangkitan God Bless ini ditandai cabutnya Jockie Soeryoprayogo dan Teddy Sudjaya. Untuk sementara Gilang Ramadhan masuk menggantikan posisi drumnya.
Sementara itu menurut pengamat musik Sidix Purwoko, sampai sekarang God Bles tidak tergantikan. Sosok Ahmad Albar mampu menggeser dominasi ucok dengan AKA nya di dunia musik tanah air pada awal pembentukannya dulu. God Bless makin menjadi-jadi dengan masuknya Eet Syahrani memberikan warna Van Halen pada musik.
Ada kunci rahasia awet bermusik dan berkarya pada group ini, menurut Sidix, ikatan emosional para personilnya sudah seperti saodara sendiri. Tanpa kedekatan batin diantara mereka mungkin band ini tidak akan bisa bertahan lama. Berbeda dengan band-band lain yang dilatarbelakangi kepentingan project semata.
Hingga kini God Bless masih tetap bertahan meski seringnya gonta-ganti personil. Bahkan, band satu ini mendapatkan penghargaan dari presiden Jokowi di konser '48 tahun God Bless berkarya' sebagai band legendaris Indonesia. (pul)