images/images-1679148272.png
Indonesiana

Perburuan Paling Purba, Berburu Harimau

Pulung Ciptoaji

Mar 19, 2023

499 views

24 Comments

Save

Potret sekelompok orang bersama seekor harimau yang mati di jaman Hindia Belanda pada tahn 1915. Foto istimewa

 

abad.id- Suatu saat sang raja hutan mendadak berhenti berburu. Penciumannya yang tajam menangkap suatu aroma yang khas. yaitu"Wewangi-an". Harum wangi datang dari jauh terbawa angin gunung, dan membangkitkan birahi sang raja. Tanpa memperdulikan lagi hewan buruan, dia lalu menelusur arah datang bau tersebut. Sumber penyebarnya aroma wangi dari seekor harimau betina yang tengah mencari calon kekasih.

 

Saat birahi berlangsung setiap 6 bulan sekali, sejak harimau mulai beranjak dewasa. Masa dewasa tubuh harimau terjadi lebih cepat daripada masa dewasa kelamin. Masa dewasa tubuh baik pada harimau jantan maupun betina terjadi sejak umur antara 2 - 3 tahun. Sedangkan masa dewasa kelamin untuk harimau betina berlangsung mulai umur 3 tahun, dan yang jantan mulai berumur 4 tahun.

 

Pada umur 3 tahun harimau betina sudah mulai masa bunting pertama. Masa bunting itu berlangsung antara 90- 100 hari. Sekali lahir dua atau tiga harimau. Setelah bayi-bayi harimau berumur antara 3 - 4 minggu, baik induk atau bapaknya langsung memberi pelajaran hidup dalam kebuasan rimba raya Anak-anak harimau itu dididik bagaimana menyesuaikan hidup dengan gaya soliter (hidup sendirian) untuk menguasai hukum rimba raya yang penuh kebuasan.

 

Delapan puluh persen jalan hidup harimau dipergunakan untuk berburu. Karena itu harimau-harimau muda harus mampu berburu atau berkelahi mentaklukkan lawan-lawannya. Pelajaran hidup terhadap anak-anak harimau itu diberikan oleh induk dan bapak harimau sel-ma 6 bulan. Setelah 6 bulan harimau-harimau muda itu harus sudah benar-benar mampu mandiri.

 

Jika masa latihan hidup 6 bulan itu sudah berakhir, maka harimau-harimau muda harus pergi memisahkan diri. Mereka tidak boleh lagi bergabung dengan induk dan bapaknya. Jika harimau muda masih akan tetap ngotot tak mau memisahkan diri, ia akan dihajar habis-habisan. Sehingga akhirnya terpaksa meninggalkan induknya.

 

Keluarga itu bercera berai. Masing-masing mencari jalan hidup sendiri, menguasai wilayah kekuasaan seluas 50 kilometer persegi. Satu sama lain bisa jadi berbalik bermusuhan bila ada yang berani masuk ke wilayah kekuasaan seekor harimau. Begitulah beratnya melahirkan dan membesarkan seekor harimau, dari kecil hingga besar mandiri oleh alam.  

 

Kisah perjalanan hidup harimau ini hanya rekaan perilaku insting primitifnya. Itu terjadi pada masa hutan rimba dan padang rumput yang luas masih memungkinkan untuk berburu. Namun sejak menjadi objek buruan paling purba oleh manusia, jumlah harimau di semakin berkurang.

 

Seorang wanita melihat bangkai haimau  yang terbunuh di jaman Hindia Belanda tahun 1920. Banyak aksi perburuan karena harimau dianggap ancaman bagi pekerja proyek. Foto Leiden University Library

 

Pembunuhan harimau besar-besaran terjadi pada jaman Hindia Belanda dengan banyak berlatar belakang. Pertama berburu karena ancaman binatang buas ini di lingkungan pemukiman manusia yang semakin berkembang. Beberapa proyek pemerintan Hindia Belanda harus menembus hutan belantara. Dampaknya habitat harimau terganggu. Sementara bagi pekerja proyek, kemunculan harimau menjadi ancaman nyawanya. Alasan kedua bahwa kepercayaan bahwa di tubuh harimau dapat dijadikan obat. Di samping motif lain, seperti kecenderungan orang pada anggapan bahwa berburu itu merupakan suatu bentuk olah raga dan seni. Seperti jaman raja-raja jawa yang merasa sudah dianggap dewasa jika sudah berhasil mengalahkan harimau. Atau alasan komersil bahwa membunuh harimau karena kulitnya amat mahal.

 

Ada cerita lain tentang penyebab ancaman kepunahan raja hutan itu datang Kebun Binatang Ranggunan pada tahun 80an. Seorang Duta Besar datang ke Kebun Binatang Ragunan menemui Sutarman salah seorang dokter hewan. Duta besar tersebut meminta tiga lembar kumis harimau.

‘'Kumis harimau? Untuk apa?” tanya Sutarman terheran-heran.

“Tolonglah, Kasihani anak saya.'’ kata sang duta besar.

Sutarman semakin tak mengerti. Anak kok diberi kumis harimau. Setelah ia menjelaskan, barulah Sutarman memaklumi meskipun tak begitu yakin. Sang duta besar nampaknya percaya benar bahwa tiga lembar kumis harimau dapat menyembuhkan kelumpuhan. “Sampai sekarang, tak ada kabar beritanya lagi, anak duta besar yang lumpuh itu bisa sembuh atau tidak, " cerita Sutarman

 

Dari Jimat Dan Medis, Selusuruh Tubuh Harimau Laku

Sejak dulu ilmu kuno ramuan obat-obatan tradisional Tiongkok, Korea, Taiwan, Hong Kong dan Singapura banyak yang menggunakan bahan baku berasal dari tubuh harimau. Bisa dari tulang belakang, hati, daging serta hampir seluruh bagian tubuh harimau. Bahkan air seninya dianggap dapat menyembuhkan. Belum ada penyelidikan medis yang dapat mendukung kebenaran pengobatan kuno itu.

 

Ini mungkin atas dasar pengalaman saja. Barangkali suatu waktu ada yang sakit dan diobati dengan salah satu bagian tubuh harimau, lantas sembuh. Kemudian orang mempercayainya dapat menyembuhkan dan menjadi resep. Atau mungkin juga bukan mengobati dalam arti sesungguhnya, melainkan hanya diambil "'hikmahnya"'. Misalnya, ada orang beranggapan, jika ingin berani, makanlah hati harimau. Sungguh tak masuk akal memang.

 

Sejak dulu bagian tubuh harimau juga sering dijadikan jimat. Misalnya bagian kumis harimau bisa menambah kewibawaan dan disegani. Menyimpan tangkur harimau bisa menjadi lebih perkasa, serta jika meminum air liur harimau liar bisa menjadi manusia pintar. Padahal belum ada riset membuktikan hubungan menggunakan bagian tubuh harimau itu dengan maksud tertentu. Hanya ada sugesti atau keyakinan yang terbangun sehingga seorang manusia menjadi lebih percaya diri. Misalnya kalau memakau baju dengan bahan kulit harimau pasti akan menjadi pusat perhatian, karena dianggap aneh dan langka.

 

Akibat perburuan tanpa sebab ini, di beberapa tempat diberitakan harimau sudah punah. Data tahun 80an, menyebutkan bahwa populasi harimau sudah mencapai titik kritis. Harimau Sumatera diperkirakan hanya tinggal 400 ekor saja. Justru yang paling sering muncul diberita harimau sumatra masuk kampung atau mengamuk dan kemudian dibunuh. Tidak pernah ada muncul berita positif bahwa harimau sumatra berhasil beranak pinak. Bahkan harimau Jawa lebih gawat lagi, diperkirakan cuma tinggal dua atau lima ekor saja. Bahkan sekarang tak pernah terdengar lagi dan mungkin sudah lama punah.

 

Data populasi harimau di beberapa negara lenih memprihatinkan. Harimau Kaspia yang hidup di Turki sudah tidak ada lagi. Harimau Mancuria di dataran Tiongkok hanya tinggal sekira 150 ekor. Di Uni Soviet diperkirakan sudah habis. Harimau Bengal yang masih hidup di hutan Bangladesh ditaksir tinggal 430 ekor. Di India terbilang lumayan masih berjumlah 2.484, dan hanya hidup di kaki pegunungan Himalaya. Harimau Indocina diduga sudah punah. Di hutan-hutan Vietnam misalnya, bukan karena terusir akbat perang, melainkan harimau berangsur hilang setelah manusia berkuasa di rimba-rimba. Di Malaysia pernah dilaporkan jumlah harimau sekitar 600 sampai 700 ekor, tapi belakangan tak ada laporan lagi.

 

Pada masa damai, manusia yang jumlahnya kian berlipat banyak, terus merasuk ke hutan. Manusia melakukan penebangan kayu di hutan, membangun areal proyek industri dan pemukiman. Deru mesin-mesin besar yang menggebu memaksa penghuni hutan menyusup makin ke dalam. Dan terus kian ke dalam sampai batas yang amat sempit.

 

Adapun harimau sudah terbiasa hidup sendiri wilayah penjelajahannya juga berkurang dan mangsa buruannya menjadi langka. Tentu saja bangkit amarahnya serta terpaksa mencari mangsa ke kampung-kampung di tepian hutan. Mengamuk membunuh ternak dan kemudian memangsa manusia.

 

Jadi, harimau itu terpaksa membunuh manusia karena tidak leluasa lagi mencari mangsa di hutan. Sesungguhnya, hal itu terjadi  karena harimau sudah tua untuk berburu di hutan dan sudah kurang tangkas. Ibaratnya, dalam keadaan biasa bahkan berebut buah durian dengan manusia, ia tak mau.

 

Jika durian itu lebih dulu ditemukan manusia, sang harimau tidak akan mengganggu. Ia akan pergi begitu saja. Sedangkan manusia, jika bertemu langsung dianggap ancaman dan serta  merta akan membunuhnya. Malah sebagian sengaja mencari harimau, dengan dalih untuk bahan obat-obatan yang belum tentu benar-benar menyembuhkan. (pul)

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Mengganggu Bini Orang Berujung Petaka

Author Abad

Oct 26, 2022

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023