images/images-1685426128.jpg
Budaya
Indonesiana

Begini Asal Mula Jancok Tidak Sekedar Umpatan

Pulung Ciptoaji

May 30, 2023

3021 views

24 Comments

Save

Kata jancuk sering disebut orang Jawa Timur sebenarnya adalah nama tank berukuran kecil milik Belanda yang bisa keluar masuk jalan kecil di kota Surabaya bertulisan JAN COk. Nah, para pejuang mengintat dan memberitahukan kepada pasukan lain jika bertemu tank tersebut hendak lewat. “ eh..jancuk lewat, jancuk lewat”. Lalu jika sudah lewat para pejuang yang bersembunyi mengumpat, “Dasar jancuk”

 

jancuk

 

Kata jancok ternyata memiliki sejarah panjang dan penting dalam kosakata bahasa jawa bagian timur. Kata jancuk menjadi ungkapan sakral yang disampaikan seseorang dengan seribu magna di dalamnya.

 

Mendengar kata ini suatu hal yang tidak perlu dihindari dan jangan diambil hati. Jancuk memiliki sejarah dan banyak versi. Dalam bahasa Jawa kromo inggil dan ngoko, tidak ada kata ungkapan jancuk. Sebagai ungkapan kekesalan orang jawa biasanya menggunakan kosa kata yang dianggap menjijikan. Seperti asu, taik dan babi. Kadang ungakapan berwujud bentuk bahasa tubuh, seperti endas, moto, dengkul. Di daerah tertentu titik klimak ungkapan yang dianggap kasar dengan menyebut sosok leluhur di atasnya. Seperti bapakmu, mbahmu, kakekmu. Sunggu bahasa Jawa sangat halus dalam mengungkapkan kekesalan sekalipun tanpa tujuan menyinggung.

 

Namun tiba-tiba di jawa bagian timur tiba-tiba muncul ungkaan kosa kata jancok. Dari beberapa versi yang berbeda, sejarah jancok sebenarnya sama-sama berasal dari kata yang terdengar mirip seperti kata jancok. Sehingga asal mula kata jancok bisa disebut berasal dari kata plesetan yang memiliki pengucapan hampir serupa.

 

Menurut RN Bayu Aji sejarawan Universitas Ciputra, banak versi yang beredar di masyarakat tentang asal-usul kata jancuk ini. Misalnya ada versi jancuk dari kata diencuk yang artinya bersenggama. Ada sejarah lain yang mengatakan kata jancok berasal dari kata Yantye-ook artinya Kamu Juga. Kata ini digunakan oleh orang Indo keturunan Belanda dan Indonesia dalam bahasa percakapan mereka. Namun kata tersebut terdengar mirip seperti Yancook ditelinga orang pribumi. Di mana kata ini digunakan sebagai ejekan antara orang Indo dan pribumi.

 

Versi sejarah lain menyebutkan bahwa asal mula kata jancok berasal dari Tank Belanda yang memiliki tulisan kata Jan-Cox. Tank Belanda ini diduga juga terdapat dalam pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Meski begitu sebenarnya jenis tank ini memiliki tugas di wilayah Jakarta serta Jawa Barat. Dari nama yang terdapat pada tank inilah kemudian muncul kata jancok yang juga populer di wilayah Jawa Timur seperti Surabaya dan Malang. Bagi RN Bayu Aji, tidak lagi penting siapa yang memulai dan apa pentingnya untuk diketahui pencetusnya. Sebab ungkapan ini sudah menjadi kultur dan digunakan secara bersama. “contoh lain coba lihat adu doro, siapa yang memulai dan siapa pencetusnya tidak penting, sebab sekarang sudah menjadi budaya bersama warga Surabaya,” kata RN Bayu Aji.

 

Arti jancok bisa memiliki konotasi negatif, ekspresi, ataupun kata sapaan. Kata ini seringkali memiliki konotasi mewakili rasa jengkel, amarah, kebencian ataupun untuk mengejek orang lain. Meski cukup akrab terdengar mungkin saja ada sejumlah orang belum tahu arti jancok sebenarnya. Pasalnya arti jancok bisa memiliki dua makna berbeda. Di antaranya makna yang menunjukkan konotasi buruk ataupun sebagai kata sapaan.

 

Karena itulah perlu tahu arti jancok sebenernya. Arti jancok merupakan kata umpatan yang populer di masyarakat daerah Jawa Timur. Di antaranya meliputi masyarakat Surabaya, Malang, ataupun Lamongan. Meski begitu kini kata jancok juga akrab disebut tak hanya wilayah Jawa Timur semata, melainkan hampir seluruh Indonesia.

 

Nah, arti jancok sebenarnya adalah serupa dengan kata umpatan sialan, keparat, ataupun brengsek. Sedangkan ada juga yang menyebutkan bahwa kata jancok berasal dari kata Encuk. Arti Jancok dari kata Encuk tersebut bermakna seperti melakukan hubungan suami istri (bersetubuh atau bersenggama).

 

Sebenatnya ada beberapa jenis kata umpatan yang memiliki makna serupa dengan arti jancok. Di antaranya seperti setan, jangkrik, diampot, bajigur, keparat dan seterusnya. Nah, arti jancok dan maknanya sebenarnya memiliki beberapa versi berbeda.

 

Kata jancok juga diberi arti untuk mengekspresikan perasaan seseorang ketika melihat sesuatu yang mengagetkan, mengejutkan, ataupun luar biasa. Sedangkan untuk makna jancok yang fungsinya mengakrabkan kerap digunakan dalam percakapan kelompok tertentu sebagai kata ganti panggilan serupa seperti panggilan brother atau bro.

 

Maka ada beberapa sinonim kata jancuk yang memiliki makna serupa. Sinonim kata jancuk ini juga cukup populer. Sinonim kata jancok dan kata umpatan populer lainnya ini memiliki arti yang sama, hanya digunakan dalam kondisi perasaan yang berbeda. Misalnya, Dancuk, Djancuk, Diancuk diungkapkan saat kondisi perasaaan paling klimak baik sedang senang atau amarah sekalipun. Ada pula kata Ancok, Juancok, biasanya diungkapkan saat kondisi perasaan sedang gelisah dan kata Jancik, Hancik, Cuk diungkapkan dalam kondisi perasaan sedang tidak stabildan ragu-ragu. Serta ada sinonim lain yang  Mbokne Ancok, Cok, Coeg, Ancuk, Nggateli, Hamput, Dampot, serta Diampot.

 

Sementara itu menurut pengajar Bahasa Indonesia Unesa, Andik, mengenal jancuk jangan hanya melhat Etimologi arti asal usul kata kata saja. Namun juga sisi pragmatik penggunaan dalam konteks sosial. Sebab jancuk ini dalam konteks penggunaanya bisa diartikan banyak sikap. Bahkan kata jancuk telah menjadi bahasa gaya hidup dari sekelompok orang dengan beberapa fungsi. “Dalam etimologinya sudah jelas artinya, bisa jadi menjadi arti yang berbeda bagi pendengar. Siapapun pendengar ungkapan bisa merasakan lucu, semakin akrab atau dianggap amarah,” jelas Andik

 

Dalam sisi forensik, kata jancuk bisa menjadi delik aduan jika diterima dengan tidak baik bagi pendengarnya. "Meskipun akrab dan sangat kenal dengan calon pendengar, jangan terlalu mudah menyampaikan ungkapan jancuk, sebab  kata ini masuk kejahatan verbal atau buliying," kata Andik.   (pul)

 

Artikel lainnya

Reaktualisasi Nilai Kejuangan dari Gedong Nasional Indonesia (GNI)

Author Abad

Oct 29, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023

Surabaya Dalam Jejak Kubilai Khan, Cheng Ho dan Marga Han

Malika D. Ana

Jan 14, 2023

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Kapan Indonesia Siap Berdemokrasi?

Author Abad

Nov 01, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023