images/images-1691194225.jpg
Sejarah

Patung Ganesha

Malika D. Ana

Aug 05, 2023

448 views

24 Comments

Save

Patung Ganesha

 

 

Abad.id - Dewa ini paling menarik, Dewa berkepala Gajah, putra dari Siwa, Dewa Iptek, Dewa yang seumur hidupnya terus menerus belajar, Ganesha merayakan seluruh kehidupannya, sukses dan gagalnya sebagai Siswa yang tidak pernah berhenti belajar, Ganesha tidak akan pernah lulus sama sekali, dia Mahasiswa Abadi !

 

Dalam cerita wayang, ia disebut Bhatara Gana, karena berperan sebagai pemimpin para ganaGana adalah pasukan pengawal Siwa. Dalam tradisi pewayangan, Bhatara Gana adalah pahlawan yang mengalahkan para asura yang hendak menduduki kahyangan para dewa.

 

arca ganesha di majenang sragenGanesha tanpa kepala di Majenang, Sragen Jawa Tengah

 

Dalam beberapa kitab dari India, Ganesa disebutkan mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut, berkepala gajah, bertangan empat dengan salah satu tangannya memegang ekadanta (gadingnya sendiri yang patah), tangan kiri memegang parasu (kapak perang), dan kedua tangan lainya memegang padma (teratai merah) dan modaka (sweetmeats). Mempunyai trinetra (tiga mata), upavitanya berupa ular, kepalanya merah seperti sindura, tubuhnya merah seperti kunkuma dan duduk di atas seekor tikus, terkadang digambarkan duduk di atas singa.

 

Ganesha duduk di padmasana

 

Pengarcaan Ganesa bervariasi, ada yang digambarkan dalam posisi berdiri (stanaka) dan posisi duduk (Utkutikasana) di atas asana, serta jarang sekali Ganesa digambarkan di atas wahananya yang berupa tikus. Ganesa biasa menempati relung atau bilik belakang candi Hindu maupun diarcakan tersendiri. Atribut yang dibawa di tangan kanan belakang berupa aksamala (tasbih), tangan kiri belakang membawa parasu (kapak perang), tangan kanan depan membawa danta (gading yang patah) dan tangan kiri depan membawa modaka (sweetmeats). Pakaian dan perhiasan yang dikenakan berupa jatamukuta (mahkota dari pilinan rambut) dengan hiasan ardhacandrakapala, serta prabhamandala dibelakang kepala, kadang memakai kundala (anting-anting), hara (kalung), keyura (kelat bahu), gelang tangan, gelang kaki, upavita berupa ular, ikat pinggang, uncal, dan kain. Lapik arca berupa padma, namun kadang-kadang juga dijumpai Ganesa yang duduk atau berdiri di asana berupa kapala (tengkorak), yang dikenal dengan sebutan kapalasana. Jika digambarkan duduk di atas padmasana, Ganesa digambarkan dalam dalam sikap duduk utkutikasana, yang menjadi salah satu laksana kuatnya.

 

Arca Ganesha di Karangkates Malang

 

Ganesa yang digambarkan duduk di atas asana tengkorak antara lain ditunjukkan oleh Ganesa koleksi BPCB Jawa Tengah. Arca yang dimaksud terbuat dari batu yang kualitasnya tidak terlalu bagus. Meskipun kondisi arcanya tidak terlalu bagus, jika dibandingkan dengan Ganesa Candi Banon misalnya, akan tetapi keberadaannya penting, karena penggambarannya tidak seperti penggambaran Ganesa pada umumnya. Ganesa tersebut,  digambarkan duduk di atas asana yang dihiasi tengkorak, disebut kapalasana. Tidak hanya itu, jika diperhatikan lebih detil, ternyata perhiasannya pun dihiasi tengkorak.  Keberadaan tengkorak pada sebuah arca, sering dihubungkan dengan ritual sekte tertentu. Penggambaran Ganesa dengan ciri tengkorak semacam itu popular pada periode Klasik Jawa Timur. 

 

Ganesha juga dianggap sebagai kekuatan yang mampu mengatasi semua persoalan di semesta ini, Dewa yang mampu mengatasi segala hambatan, meringankan beban, sehingga selain sebagai Mahasiswa Abadi, Ganesha juga merayakan eksistensinya sebagai Kuli Angkut Penderitaan Manusia, baginya dunia tanpa beban yang berat adalah sia-sia, Ganesha tidak pernah merasakan penderitaan dalam mengangkat beban yang berat, dia merayakannya dengan penuh kegembiraan.

 

Pada segala candi, pada hampir segala jejak Hindu, Ganesha selalu ada mendahului Dewa yang manapun, Ganeseha tidak perlu pujian, karena eksistensinya hanyalah Lesser God, tidak sebesar Siwa, Wisnu, atau Brahman, tetapi tidak ada puja dan puji tanpa kehadiran Ganesha, ia selalu hadir dalam semua bentuk perayaaan, Ganesha selalu merayakan pembangunan candi manapun, dan Ganesha selalu menjadi jejak artefak yang mudah ditemukan, candi-candi itu seluruhnya merayakan eksistensi Ganesh.

 

Ganesha juga doyan makan yang manis-manis, dari permen sampai kue bolu manis, Ganesha merayakan kehadiran IPTEK pada dirinya dengan pesta ulang tahun yang tak pernah usai, setiap hari Ganesha ulang tahun. Setiap detik Ganesha dikandung dan terlahir, dalam keabadian Ganesha tidak bisa mati karena ia selalu lahir kembali.

 

Referensi: 

Buku “Dewa-dewi Masa Klasik” Terbitan BPCB Jateng

 

Artikel lainnya

Reaktualisasi Nilai Kejuangan dari Gedong Nasional Indonesia (GNI)

Author Abad

Oct 29, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023

Surabaya Dalam Jejak Kubilai Khan, Cheng Ho dan Marga Han

Malika D. Ana

Jan 14, 2023

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Kapan Indonesia Siap Berdemokrasi?

Author Abad

Nov 01, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023