Menafsir Sumpah Palapa Gajahmada
Abad.id - "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".
Yang artinya, "Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan menikmati palapa."
Ini sumpah yang diucapkan oleh Gajahmada demi memenuhi visi politik Kertajaya yang ingin menyatukan Nusantara. Buah Pala yang pantang dimakan atau dinikmati oleh Gajah Mada dalam sumpahnya itu, buah apa sesungguhnya?
Pala
Berbagai literatur menafsirkannya sebagai Buah Pala yang adalah rempah-rempah. Sebagian lagi menyebutnya Kelapa. Apa benar demikian?
Dengan keawaman saya, saya jadi ingat kata Pahala yang secara umum dipahami sebagai hadiah dari Tuhan. Phala, dalam bahasa Sansekerta berarti Buah Kehidupan, atau buah kebijaksanaan yang didapatkan dari hasil menjalani kehidupan ini, yang nantinya Dharma ini akan kembali lagi kepada kita berupa kemurnian diri, menyatu dengan Atma, menjadi nol, tanpa ego, tanpa diri, menjadi Moksa.
Apakah Phala dalam artian ini yang dimaksud oleh Sang Mahapatih? Jika demikian, maka maknanya adalah Gajah Mada tidak akan menikmati Phala, atau menuai buah kehidupannya selama hidupnya sebelum dia berhasil menyatukan Nusantara. Itu berarti Sang Mahapatih masih akan terus bereinkarnasi, mengulang lagi kehidupannya, sampai terwujudnya Nusantara yang satu.
Dan jika memang demikian, maka Nusantara ini masih terikat pada suatu janji untuk bersatu. Dan pada tahap manakah saat ini kesatuan Nusantara? Semoga, apapun maknanya, Indonesia akan kembali jaya dan bersatu.
Biji Pala, kayu manis, dan cengkeh
Tetapi Palapa dalam bahasa Madura diartikan sebagai BUMBU. Bumbu tentu saja berkaitan dengan makanan. Makanan akan bercitarasa enak dengan paduan bumbu-bumbu manis, gurih, asin dan asam. Secara harafiah bisa diartikan bahwa dalam Sumpah Palapa, Gajahmada tidak akan memakan makanan berbumbu (palapa) selama Nusantara belum bisa disatukan. Tidak memakan makanan berbumbu atau berpalapa dengan citarasa gurih, asin, manis dan asam adalah dengan puasa mutih seumur hidupnya.Ini lebih masuk akal ketimbang mengartikan palapa sebagai buah pala karena saat itu tak banyak pohon pala tumbuh di wilayah Majapahit.
Demikianlah jika palapa adalah bumbu, dan bumbu berkaitan dengan makanan. Maka Saphat atau "Sumpah" yang dibuat dengan makanan adalah yang terkuat, "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".
"Tidak Akan Aku Makan Buah Pala Sebelum Bisa Menyatukan Nusantara". Betapa kekuatan Saphat, Doa, Mantra yang dilandasi unsur makanan adalah kekuatan yang luar biasa.
Tapi jika menafsirkan lebih jauh kata palapa sebagai bumbu atau rempah-rempah ya bisa jadi Sumpah Palapa yang diikrarkan oleh Mpu Gajahmada terinspirasi dari 'Jalur Rempah Nusantara'.
Bumbu rempah
Karena secara geoekonomi rempah dan kelapa merupakan komoditi utama yang menjadi kekuatan ekonomi bangsa Nusantara pada waktu itu dalam mengendalikan pasang surutnya perekonomi dunia. Bahkan hingga kini ditengah perkembangan sektor pertanian dunia yang kian maju, komoditi ini tetap dicari oleh bangsa bangsa lain di dunia. Lantas apakah hal ini masih bisa dimanfaatkan oleh kita sebagai bangsa Nusantara untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi ?(mda)