images/images-1685898555.jpg
Sejarah

Bangkrutnya VOC Salah Satunya Akibat Korupsi

Malika D. Ana

Jun 05, 2023

696 views

24 Comments

Save

Bangkrutnya VOC Salah Satunya Akibat Korupsi

 

 

Abad.id - Sejak didirikan pada 1602, kongsi dagang VOC (Vereenidge Oost Indische Compagnie) dianggap sebagai akar kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Meski hanya berkedudukan sebagai organisasi dagang, pada perkembangannya VOC memiliki kekuasaan politik cukup besar layaknya sebuah negara. Kongsi dagang Belanda ini pernah mencapai masa kejayaannya dan berhasil melakukan monopoli perdagangan berbagai rempah nusantara. VOC bahkan berhasil menguasai jalur perdagangan yang mencakup Amsterdam, Tanjung Harapan, India, hingga Papua. 

 

Pada abad ke-17 hingga awal abad ke-18, VOC mencapai puncak kejayaan ditandai dengan penguasaannya terhadap hampir seluruh wilayah Indonesia dan jalur perdagangan dunia. Namun, di balik keuntungan perdagangan rempah-rempah yang melimpah, berbagai persoalan mulai menggerogoti organisasi ini hingga akhirnya dibubarkan pada 1799.

 

Salah satu penyebab runtuhnya VOC adalah adanya praktik korupsi yang dilakukan para pejabat-pejabatnya. Kas VOC merosot Pada 1749, terjadi perubahan mendasar dalam lembaga kepengurusan VOC di mana Parlemen Belanda menetapkan Raja Willem IV sebagai penguasa tertinggi VOC. Dengan VOC berada di bawah kekuasaan raja langsung, para pejabatnya pun mulai akrab dengan pemerintah Belanda, sementara kepentingan pemegang saham diabaikan. Selain itu, para pejabat VOC mulai berpikir untuk memperkaya diri sendiri. Alhasil, kas VOC semakin merosot karena digunakan untuk membiayai perang, membayar hutang, dan dipakai para pejabatnya untuk berfoya-foya.

 

Praktik korupsi pejabat VOC Korupsi yang dilakukan oleh pejabat VOC dilakukan dengan berbagai macam cara. Ketika masa pergantian jabatan, para pejabat VOC sering menerima hadiah dan upeti. Sistem upeti inilah yang mendorong terjadinya korupsi. Bahkan biaya perang juga dimanfaatkan para pejabat VOC sebagai ladang korupsi mereka. Kemudian, pejabat VOC juga gemar melakukan perdagangan gelap.

 

Kebiasaan pungli dan korupsi semakin menggila kala sistem tanam paksa (cultuur stelsel) diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Johannes van den Bosch pada 1830. Aturan itu mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditas ekspor, khususnya kopi, tebu, teh dan tembakau. Kebijakan itu pun menjadi ladang subur berlangsungnya aksi pungli paling hebat.

Dapat dikatakan bahwa masa Cultuur Stelsel merupakan masa ‘aksi pungli’ yang paling hebat di satu pihak mengalirkan berjuta-juta gulden ke kas Negara Belanda serta menggemukkan para bupati. Sedangkan rakyat jelata menjadi semakin kurus kering dan melarat. Anehnya rakyat pada waktu itu tetap diam saja, tidak mau memberitahukan kesengsaraan mereka untuk minta diringankan. Semuanya dijalankan saja dengan penuh ketaatan,” ungkap Soegeng Reksodihardjo dalam buku Dr. Cipto Mangunkusumo (2012).

 

Salah satu pejabat VOC yang melakukan korupsi adalah Gubernur Jenderal van Hoorn, yang menumpuk harta hingga 10 juta gulden ketika kembali ke Belanda. Padahal gaji resminya hanya sekitar 700 gulden setiap bulan.

 

Selain itu, ada pula Gubernur Maluku pada saat itu yang menjadi pejabat VOC. Ia berhasil mengumpulkan kekayaan 20.000-30.000 gulden dalam waktu 4-5 tahun, dengan gaji sebesar 150 gulden setiap bulan.

 

Praktik korupsi yang mencapai tingkat akut, dari pegawai rendah sampai pejabat yang tinggi, menyebabkan beban utang VOC semakin berat dan berujung pada kebangkrutan. VOC bahkan sering diartikan sebagai Vergaan Onder Corruptie, yang berarti tenggelam karena korupsi. Meski sempat memberikan keuntungan bagi Belanda, kongsi dagang VOC bangkrut dan dibubarkan oleh Pemerintah Belanda. VOC bangkrut pada masa pimpinan Gubernur Jenderal Van Overstraten dan remi dibubarkan pada 31 Desember 1799. Pada akhirnya, VOC resmi dibubarkan oleh pemerintah Belanda pada 31 Desember 1799.  

 

Referensi: Makfi, Samsudar. (2019). Masa Penjajahan Kolonial. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022