abad.id- Di dunia ini proselin China dianggap paling orisinil dan asli. Meskipun telah beredar pula porselin asal Jepang, eropa Korea dan Vietnam. Memang, pada masa abad 17 sampai 18 keramik china yang menjadi buruan pengguna perkakas. Setelah itu nusantara mulai diserbu keramik asal Jepang koea dan Vietnam Utara yang dianggap "meniru" porselin dari China. Meskipun hanya produk tiruan tetap menjadi barang berharga yang kaya nilai dan budaya
Masyarakat tradisional Jepang misalnya, juga dikenal sebagai pembuat barang pecah-belah. Negara tetangga dekatnya China ini sebenarnya telah memproduksi porselin sejak abad 8, meskipun baru bisa menyerbu wilayah nusantara mulai abad ke-17. Sebelum masa periode itu, untuk memenuhi kebutuhan barang-barang porselin golongan bangsawan bangsa-bangsa di nusantara harus mendatangkan dari negeri China. Sedangkan pabrik-pabrik keramik ada di nusantara umumnya hanya memproduksi gerabah atau porselin dengan bahan tanah liat mutu rendah.
Cerita Jepang sebagai produser keramik dimulai akhir abad 16 di bawah pimpinan Jendral Hindeyoshi. Saat itu negara Jepang menyerbu Korea. Tentara Jepang tidak hanya menguasai pemerintahan, juga menahan para pekerja keramik sebagai tahanan perang. Sebagian dari mereka diboyong ke Jepang dan dipaksa membangun peradaban keramik. Dengan kemampuan dan "kepandaiannya" munculah beberapa produk keramik yang menjadi cikal bakal industri perkakas di Jepang.
Pada masa ini mulai muncul dragon kiln atau tungku-tungku pembakaran pembuatan keramik di Jepang. secara kebetulan beberapa wilayah Kyushu ditemukannya banyak bahan porselin sehingga muncul juga pabrik keramik di daerah Arita dan Hiaen. Ditambah pengetahuan yang didapat dari "guru-guru" bangsa Korea, telah mempercepat kemajuan seni porselin Jepang. seketika tungku-tungku pembakaran yang biasa digunakan untuk membuat keramik bermutu rendah, dijadikan tempat untuk membuat barang-barang khusus porselin. Perbaruan teknologi ini seperti pabrik-pabrik keramik di daerah Karatsu yang sebelumnya sudah ada sejak abad 15. Kepandaian "meniru" bangsa Jepang telah membikin porselin Karatsu sejajar dengan porselin impor dari China. Karena saat itu porselin biru putih China sangat populer di Jepang, tak pelak lagi pabrik-pabrik di Karatsu membuat tiruan porselin biru putih khas China.
Menurut sumber "The History of Porcelain", dua daerah Arita dan Tengudani diduga pertama-tama membuat barang-barang porselin. Dragon kiln atau tungku pembakaran keramik di Arita dan Tengudani, memproduksi porselin "bergaya" Korea dan China. Ini memang tidak mengherankan. Seni membuat barang porselin di Jepang, baru muncul setelah peradaban bangsa China dan Korea. Porselin pertama gaya Jepang, dikenal dengan nama Shoki dan Imari. Namun Shoki kurang dikenal di luar negeri, karena khusus dibuat untuk pemakaian di Jepang saja. Tapi produksi selanjutnya setelah lmari diproduksidan mulai diminati.
Tempat pembakaran porselin yang juga terkenal di Kutani. Piring-piring Imari berciri sangat cekung, hiasannya biru tua hampir mendekati warna jingga di bawah glasir. Ada juga ada hiasan hijau, jingga dengan dasar hitam, kuning. Porselin Jepang disebut juga "Sino Japaniko" karena hiasannya, motifnya sama dengan porselin China. Nama Kakiemon diambil dari nama suatu keluarga yang mula-mula mengkhususkan diri sebagai ahli glasir sebelum terjun dalam pembuatan porselin.
Kutani awal dibuat pada tahun 1670 di pulau Honshu. Porselin Kutani banyak diekspor ke Asia Tenggara. Porselin Nabeshima jarang terdengar di luar negeri. Nabeshima diambil dari nama seorang bangsawan yang mula-mula membuat porselin untuk kepentingan sendiri sebagai hadiah. Karena disukai, lalu diproduksi untuk pasaran khusus dalam negeri. Di antara porselin Jepang, mungkin porselin Arita dan Imari polikrom banyak digemari, karena warna-warnanya yang cemerlang.
Namun antara tahun 1620-1639, dinasti Tokugawa menjalankan politik isolasi negara Jepang. Semua orang asing diusir. Hanya pedagang VOC Belanda dan China yang diperbolehkan melakukan perdagangan dengan Jepang. Dua negara ini selalu menjadi perantara dengan pedagang bangsa-bangsa lain yang hendak berhubungan dagang dengan Jepang. Dagangan Jepang yang dikirim ke luar saat itu hanya tembaga.