Arthur Rimbaud, seorang penyair terkenal Prancis. Rimbaud pernah bermukim di Salatiga.
abad.id- Arthur Rimbaud dilahirkan tanggal 20 Oktober 1854 di Charleville (Prancis Timur). Setelah memasuki SMP pada usia 11, Arthur mengumpulkan berbagai penghargaan. Dia sudah biasa menulis dalam bahasa Latin dengan lancar dan juga mengarang puisi, elegi, serta dialog. Kepala sekolahnya memberi komentar mengenai murid berbakat ini. "Tidak ada hal yang biasa tumbuh di kepalanya, dia akan menjadi jenius Jahat atau jenius Baik".
Pada tahun 1870 Rimbaud masuk ke kelas retorika. Kelas ini persiapan Sekolah Tinggi Pendidikan Guru (Ecole Normale Supérieure) yang mengajarkan kesusasteraan untuk calon guru. Tetapi, Arthur Rimbaud tidak tahan atas didikan keras ibu tunggal yang membesarkan lima anak. Sebab ayah Rimbaud seorang Perwira angkatan darat yang sering meninggalkan rumah.
Selama liburan sekolah, tahun 1870 di bulan Agustus, terjadi perang antara Prancis melawan Prusia atau Jerman. Saat itulah untuk pertama kalinya Arthur Rimbaud kabur dari kampungnya demi cita-cita ingin menjadi penyair besar. Namun Rimbaud justru ditangkap polisi dan harus kembali ke Charleville.
Sementara itu, tentara Prusia telah mengepung Kota Paris sejak tanggal 19 September 1870. Pada tanggal 6 Oktober, Arthur mengabaikan situasi perang ini dan kembali pergi menuju Paris. Sayang Kota Paris masih berada di bawah kepungan musuh, sehingga Arthur Rimbaud terpaksa pulang. Pada bulan Februari 1871, setelah pengepungan berakhir, Rimbaud untuk ketiga kalinya kabur ke ibu kota Paris. Dia gagal bertemu dengan para penyair besar, namun sempat mengirimkan beberapa puisinya kepada mereka.
Rimbaud kembali ke Charleville sebelum terjadi pemberontakan "Commune de Paris". Komune merupakan pemberontakan para pekerja rendahan dan orang-orang biasa yang tidak bisa menerima kekalahan Prancis melawan Prusia dan menolak pemerintahan Napoleon III, putra Raja Louis Napoleon dari Belanda, adik Napoleon Bonaparte. Para pemberontak menduduki Paris, mereka ingin menjalankan pemerintahan rakyat yang akan menciptakan sebuah republik komunis. Dimana setiap pekerja akan dibayar sesuai dengan kebutuhannya. Pemberontakan "Commune de Paris" ditumpas pada bulan Mei 1871 oleh tentara loyalis Kerajaan.
Undangan Penyair Paul Verlaine
Sementara itu di Perancis, penyair bernama Verlaine sudah sangatvtersohor. Ketika itu ia sedang menikmati puisi anak muda Arthur Rimbaud. Dia mengundang Rimbaud datang ke Paris pada bulan September 1871. Saat pemberontakan"Commune de Paris' sudah usai, maka Verlaine menulis surat undangan.
Walaupun seorang siswa pintar, Arthur Rimbaud ternyata memilih tidak kembali ke sekolah dan menempuh perguruan tinggi. Dia tiba di Paris pada 15 September 1871. Arthur Rimbaud diperkenalkan sebagai seorang sastrawan muda berbakat dan diterima dengan baik oleh para penyair pada zamannya. Kemudian kisah cinta dimulai antara si pemuda belia berusia 17 tahun dan penyair Verlaine yang berumur 27 tahun. Mereka hidup bersama sebagai penulis dalam kehidupan penuh kemelut di London dan Brussels. Hingga suatu hari terjadi pertengkaran dan menyebabkan sedikit melukai pergelangan tangan pasangan Verlaine. akibat peristiwa ini Rimbaud dijatuhi hukuman penjara di Mons (Beigia).
Setelah peristiwa percintaan dengan Verlaine, Rimbaud akhirnya kembali ke rumah. Ia mempelajari bahasa Jerman, kemudian pergi ke Jerman tanggal 13 Februari 1872 untuk meningkatkan kemampuan bahasanya. Pada Maret 1872, dia meninggalkan Stuttgart dengan keingingan belajar bahasa asing. Selanjutnya dia kembali ke Charleville pada pertengahan Apustus 1872. Rimbaud hendak membuang semua kenangan selama di Verlaine, dan mendapatikan gelar Bacheler of Soraer (BSe) dari musale Écohe Polyterhnaque. Tetapi umurmya sudah 2I tahun pada musim gugur 1875.
Suatu saat, seorang teman menyampaikan kabar baik dari Versailles. Hukuman dari Versalles sangat keras dan banyak orang tahanan dibuang ke Kaledonia Baru yang berada jauh dari Eropa. Para pemberontak bisa melarikan diri ke negara tetangga, sebagian di antaranya memilih masuk dalam kolonial Belanda dan menjadi kelompok yang dikenal sebagai "Orang Didon"
Saat ini para perekrut militer Belanda sedang menjelajahi benua Eropa untuk mencari serdadu bayaran. Mereka memuji manfaat dari berdinas militer di angkatan perang kolonial di Hindia-Belanda.
Mendengar cerita itu, Arthur Rimbaud bersemangat ingin masuk dinas militer dan berangkat ke Konsulat Belanda di Brussels. Dari tempat itu mendapat informasi bahwa pusat pengumpulan relawan beradad i tangsi Harderwijk (Depot Kolonioal Harderwijk) Belanda. Kemudian dia pergi ke ke Harderwijk dan tanggal 18 Juni 1876 Arthur Rimbaud sudah menanda tangani kontrak untuk berdinas dalam periode 6 tahun.
Di antara 3.800 orang berasal dari Belanda, Swiss, Belgia, dan Italia, jumlah orang prancis cukup tinggi secara persentase. Di tengah-tengah "Tangsi Depot" di Harderwijks, mereka sudah menerima ransel dan seragam.Topi rotan sejenis topi rimba dengan pinggiran lebar yang sampal tahun 1942 menjadi topi khas kolonial Belanda yang secara resmi bernama Royal Dutch East Indies Army atau KNIL.
Serdadu baru ini dilatih untuk memahami perintah yang diberikan dalam bahasa Belanda, dan mulai berlatih menggunakan senjata api. Pada petang hari, tentara mendapat izin keluar dari tangsi. Mereka mempunyai banyak cara untuk menghabiskan tunjangan rekrutmen sebesar 300 gulden. Jumlah itu sangat besar dan setara dengan penghasilan seorang perajin Belanda dalam setahun.
Harderwvijk penuh tempat bordil, kedai, dan bartempat ribuan serdadu mencari kesenangan sebelum berangkat menuju negeri Tropis yang tidak mereka kenal. Akhirnya, tanggal 10 Juni, Rimbaud dan relawan lainnya, sudah menerima pendidikan dan pelatihan dasar militer dan diangkut ke Pelabuhan Nieuwe Diep. Perahu ini semula oleh Napoleon Bonaparte dirancang menjadi semacam Gibraltar Utara.
Sekitar 200 prajurit naik ke kapal uap Prins van Oranje. Mereka diberikan tempat di gudang depan di mana ada sapi perah untuk memasok susu segar bagi para penumpang. Rupanya para sersan yang merekrut tidak memberikan informasi tentang Perang Aceh yang sedang berkecamuk. Dipastikan para sukarelawan akan ketakutan, karena sepanjang tahun 1875, Perang Aceh telah membunuh 3.000 serdadu Eropa dan bumiputera, serta 7.000 orang sipil.
Kapal yang berlayar berhenti pertama kali di Southampton Inggris. Dari sini sejumlah prajurit sudah mulai ada yang desersi. Bahkan setiap kali kala berhenti atau melintas di dekat pantai, jumlah prajurit ada yang berkurang. Hingga akhirnya kapal berlayar dan berhenti di Naples, Port Said, Suez, Aden, dan Padang Sumatera
Dalam buku Rimbaud in Java tulisan Jamie James Seri Asia and Oseania > Indonesia, seperti sebuah janji kehidupan. Dalam catatan itu situasi menarik, siapa dan apa saja yang ditemui selama perjalanan penyair Prancis Arthur Rimbaud ke Timur. Sepertinya dia sudah sangat siap kabur dari eropa. “Hariku sudah selesai, Saya akan meninggalkan Eropa. Udara laut akan membakar paru-paruku, iklim yang hilang akan membuat kulitku kecokelatan.”
Hingga akhirnya tanggal 22 Juli 1875, kapal uap tersebut akhirnya berlabuh di lbu Kota Batavia. Para serdadu dipindah dan naik kereta kuda. Mereka segera tiba di penampungan yang terletak di Distrik Meester Cornelis, sebuah bekas kamp dengan benteng yang didirikan oleh Gubernur Jenderal Daendels pada tahun 1810.
Para relawan kemudian beristirahat beberapa hari dan mereka kembali ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk naik kapal lagi menuju Semarang. Kota ini merupakan pusat kegiatan ekonomi di Jawa terbesar kedua setelah Batavia. Produk dari pedalaman disimpan sebelum dimuat ke kapal di pantai untuk diangkut ke Batavia.
Semarang terkenal dengan jaringan jalur kereta api pertama di Hindia-Belanda. Pada tanggal 2 Agustus 1876, Arthur Rimbaud dan rekan-rekannya naik kereta api di Semarang, kemudian tiba di Desa Tuntang tempat Jenderal Janssens pada tahun 1811 telah menandatangani kapitulasi dari pasukan Prancis-Belanda ke jenderal Inggris Auchmuty. Dalam waktu dua jam, melalui jalur terjal, para serdadu bisa memasuki sebuah barak di Kota Salatiga.
Di tempat ini mereka menikmati iklim yang sejuk, karena berada di kaki Gunung Telomoyo. Mereka sudah bisa beradaptasi dengan warga lokal dan kondisi alam tropis. Seminggu di lokasi barak, lagi-lagi harus menerima tambahan pelatihan di Garnisun Salatiga. Dalam buku Rimbaud
In Java juga disebutkan spekulasi tentang apa yang mungkin telah Rimbaud lakukan. Rupanya Rimbaud ingin menciptakan dan menata kembali kehidupan di Jawa di abad ke-19. Namun semuanya hanya sebuah imajinasi tentang kehidupan yang layak dan damai, sebab situasi Hindia Belanda penuh intrik dan ancaman kematian.
Hingga suatu saat kabar burung datang lagi dan dengan cepat menyebar di dalam garnisun kecil di Salatiga. Para pendatang baru sadar betapa kerasnya perang di Aceh. Beragam penyakit (disentri, malaria) juga mendatangkan malapetaka di antara para prajurit yang berperang. Semua kabar tersebut membuat ciut nyali para serdadu muda ini.
Pada tanggal 15 Agustus, Arthur Rimbaud tidak tahan. Dia memilih kabur seperti keahliannya. Upaya pencarian tidak membuahkan hasil. Rimbaud meninggalkan seragamnya di tangsi Salatiga dan memakai pakaian biasa supaya tidak mudah dikenali. Tidak ada kesulitan untuk mendapatkan angkutan menuju Semarang. Kemungkinan dia naik dokar dari Salatiga. Kemudian Rimbaud pulang ke Eropa dengan menumpang kapal laut Inggris Wandering Chief yang bertolak pada tanggal 30 Agustus tujuan Irlandia. Di akhir petualangan, Arthur Rimbaud menjadi pengusaha di Aden. Lalu pindah di Harar di Etiopia dan meninggal dunia di usia 37 tahun karena sakit di Marseille, di pantai selatan Prancis.
Sementara itu meskipun hanya 2 minggu di Jawa, kehadiran Arthur Rimbaud sudah membuat tambahan cerita bagi warga salatiga. Bahkan Duta Besar Prancis Thierry de Beauce, sangat mengagumi penyair dan penulis buku ini. Pada tanggal 6 Mei 1997 ia memasang sebuah plakat peringatan di dinding bekas Balai Kota Salatiga, yang konstruksinya berasal dari masa ketika Arthur Rimbaud bertugas. (pul)