images/images-1677771032.jpg
Sejarah
Budaya

Peradaban Pertanian di Era Mataram Kuno

Malika D. Ana

Mar 03, 2023

753 views

24 Comments

Save

Peradaban Pertanian di Era Mataram Kuno

 

 

Abad.id – Sejak didirikan oleh Wangsa Sanjaya di awal abad ke-8, ibu kota Kerajaan Mataram Kuno(Medang) beberapa kali berpindah di sekitar Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga akhirnya ke Jawa Timur. Sekalipun sering berpindah tempat, ibu kota Kerajaan Mataram Kuno selalu berada di daerah pedalaman yang kehidupan ekonominya bergantung pada sektor agraris.

 

Wilayah Kerajaan Mataram Kuno sangat subur karena dikelilingi pegunungan dan sungai-sungai besar. Sehingga sangat cocok untuk kegiatan pertanian. Itu sebabnya kehidupan ekonomi Kerajaan Mataram Kuno cenderung berbasis pada bidang pertanian.

 

Pertanian dengan latar candi Plaosan

 

Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan sektor pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Selain bertani, mata pencarian pokok masyarakat Mataram Kuno adalah sebagai pedagang dan perajin.


Pada masa pemerintahan Rakai Dyah Balitung (899-911) sektor perdagangan mendapatkan perhatian lebih. Aktivitas perdagangan dihubungkan melalui Sungai Bengawan Solo. Raja Dyah Balitung membangun pusat-pusat perdagangan di sekitar Sungai Bengawan Solo. Penduduk Mataram Kuno tidak melakukan transaksi perdagangan setiap hari, tetapi hanya di hari-hari pasar yang menjadi hari bertemunya para pedagang dan pembeli. Komoditas pertanian yang diperdagangkan diantaranya beras, hasil bumi, buah-buahan, sirih, hingga mengkudu.

 

Relief petani sedang membajak sawah menggunakan lembu

 

Selain memperdagangkan produksi pertanian, masyarakat Mataram Kuno juga berdagang hasil kerajinan tangan, perkakas dari logam, pakaian, gula kelapa, arang, kapur sirih, dan hewan ternak seperti ayam, kambing, itik, dan lembu.

 

Berdasarkan peninggalan sejarah, para sejarawan menduga bahwa perdagangan tidak hanya dilakukan antardesa atau antarwilayah, tetapi juga dengan pihak asing. Pada relief Candi Borobudur peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, tertera beberapa kapal layar besar yang bercadik, yang jelas menggambarkan kapal dagang Indonesia.

 

Dari prasasti juga diketahui bahwa pedagang asing dari daratan Asia Tenggara dan China pernah menetap di Jawa dalam waktu tertentu untuk keperluan dagang. Mereka bertransaksi menggunakan uang dari emas dan perak, meski beberapa berita China juga menyebut adanya sistem barter.

 

Benda budaya berupa prasasti, toponimi yang disebutkan dalam prasasti dan lokasional candi-candi yang ada di Jawa bagian Tengah dan Timur, pada bagian-bagiannya menunjukkan suatu data yang terkait dengan budaya pertanian dan budaya pengolahan tanah. Lokasional yang tertulis pada prasasti dan keberadaan candi di Jawa masa lalu merupakan petunjuk lokasi yang dapat di lacak keberadaannya pada saat ini. Berbagai jenis pangan, tradisi pertanian, tradisi pengolahan tanah, tradisi pengolahan bahan pangan, juga teknologinya bisa terungkap. Kondisi alam yang mendukung kehidupan masa lalu dan masih dapat dikenali lokasionalnya hingga kini. Hal ini bisa dijadikan refleksi terkait dengan budaya agraris, ketersediaan lahan pangan masa kini dan yang akan datang. (mda)

 

Sumber Bacaan :

Isnaini, Danik. (2019). Kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas. Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.


Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022