images/images-1674032538.png
Sejarah
Budaya

Cerita Nonton TVRI Harus Membayar Rp 500

Pulung Ciptoaji

Jan 18, 2023

553 views

24 Comments

Save

abad.id-Bagi anda yang lahir dan besar di dekade tahun 80an, mungkin sudah tidak asing dengan siaran TVRI. Tentu sangat kenal dengan beberapa penyiar seperti Anita Rachman, Sri Maryati atau Inke Maris. Nama mereka sangat beken dan melekat dengan TVRI Stasiun Pusat Jakarta.

 

Selain ada nama beken sebagai presenter, tentu tidak asing dengan program-program TVRI. Paling banyak ditonton tentu program news warta Berita pukul 19.00 Wib dan Dunia Dalam Berita pukul 21.00 Wib. Bagi anak-anak sangat tidak asing dengan siaran pendidikan, seperti Mengenal Tanah Air bersama Ibu Kasur. Program tersebut sangat istimewa sebab seluruh kru TVRI terlibat dalam produksi keliling Indonesia. Juga terdapat program Pendidikan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Panorama Remaja dan Aneka Ria Safari. Lalu program anak-anak seperti Ayo Menyanyi, Bintang Kecil Aneka Ria Anak-anak, acara Pramuka dan boneka si Unyil.

 

 

Seorang kawan yang besar tahun 80an di desa Mojo Kecamatan Bringin Ngawi mengaku sampai saat ini sangat berkesan dengan program TVRI jaman dulu. Nur Cholis mengaku di desanya hanya satu orang warga yang memiliki televisi. Orang kaya itu Pak Tukiyun yang bisa membeli TV. Padahal saat itu listrik belum ada, sehingga untuk menyalakan TV harus menggunakan Accu. TV hitam putih merk Nasional ukuran 14 inc ini satu-satunya hiburan rakyat setiap saat. “Jika malam hari, para tetangga berduyun-duyun mendatangi rumah Pak Tukiyun untuk meihat TV. Pemilik TV memanfaatkan kerumunan dengan menjual aneka panganan, misalnya jual buah nangka atau kerupuk sambal, dan langsung habis setiap hari,” kata Nur Cholis.

 

Bagi Nur Cholis yang kini menjadi relawan di BKKBN, program TVRI yang paling berkesan film kartun Flash Grordon dan si Unyil yang disiarkan pada hari Minggu. “Jika hari Minggu rumah pak Tukiyun semakin ramai sejak TV dimulai, ada program film kartun, Album Minggu Kita, film Chips dan The Six Million Dollar Man,” tambah Nur Cholis.

 

Saat itu TVRI benar-benar memonopoli dan merajai siaran di Indonesia. Lantaran hanya satu-satunya hiburan televisi, sederet acara yang disiarkan hingga artis yang diorbitkan pasti membekas di masyarakat generasi 1980-an dan 1990-an. Ingat TVRI, pasti ingat Laporan Khusus. Laporan Khusus berupa program kegiatan Presiden Soeharto yang disiarkan secara langsung atau taping. Acara Laporan Khusus bisa mendadak, sehingga acara apapun harus mengalah.

 

Sejarah TVRI memulai siaran pada 24 Agustus 1962. Namun, untuk menikmatinya tidak mudah karena televisi masih menjadi barang langka dan harganya mahal. Siarannya pun masih terbatas, mulai 10 jam siar, 12 jam siar dan kini telah memenuhi 22 jam siar. Pada tahun 1965, TVRI melakukan investasi membangun proyek tower siaran di perbukitan Gantung, Gombel, dan Cemorosewu untuk meluaskan jangkauan siaran di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bersamaan dengan itu, dipasang pula televisi di sejumlah tempat umum, seperti stasiun, terminal, dan kantor kecamatan.

 

Kegiatan produksi TVRI program Penddikan Bahasa. Produser TVRI harus mendatangkan guru atau tenaga ahli untuk mengisi acara. Foto dok Femina

 

Untuk pengelolaan TV milik pemerintah ini memang tidak murah. Setiap tahun anggaran APBN harus bertambah. Negara wajib menyisihkan dana untuk kegiatan operasional di TVRI. Di tahun 2022 lalu, TVRI telah menghabiskan Rp 1,6 Trilyun untuk operasional. Anggaran itu untuk kegiatan investasi TVRI operasional siaran, peremajaan aset perusahaan serta biaya gaji 4.800 pegawainya.

 

Penyebab biaya besar tersebut karena TVRI dilarang mendapatkan iklan swasta atau brand produk swasta. Pernah suatu ketika untuk meringankan beban biaya TVRI dan penambahan investasi ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan gotong royong  dengan membayar iuran TVRI. Dimulai pada awal tahun 1969, setiap pemilik TV mulai perseorangan, kantor swasta maupun milik instansi pemerintah, wajib membayar iuran bulanan. Tahun 1969, misalnya, iuran kepemilikan televisi Rp 200 per bulan dan biaya pendaftaran TV baru ukuran 14 inc sebesar Rp 300. Semua harus dibayar di Kantor Pos. Untuk mendaftarkan televisi baru, pemilik harus menunjukkan kuitansi pembelian dari toko. Setelah itu TV baru boleh dibawa pulang dan dirakit disambung ke antena. Biaya ini akan lebih mahal jika ukuran TV semakin besar.

 

Sampai tahun 1971 jumlah  TV baru yang telah terdaftar di Indonesia sebanyak 11.000. Sementara, jumlah televisi yang telah dimiliki dan ditonton warga sekitar 150.000 unit. Berarti ada selisih jumlah TV, dan banyak warga enggan membayar iuran bulanan.  Maka pilihannya pemerintah harus rajin menggelar razia kepemilikan televisi dari rumah ke rumah. Petugas yang melakukan razia selalu didampingi pemerintahan desa dan polisi. Pemilik televisi yang tidak membayar atau terlambat membayar iuran televisi akan dikenai denda. “Untuk menghindari denda dan razia, banyak pemilik sering menyembunyikan TV di kolong tempat tidur dan  mengaku TV telah digadaikan atau dijual jika ada petugas razia datang,” kata Nur Cholis.

 

Razia pada 2 Juli hingga 27 September 1973 di Jakarta misalnya, menemukan 4.308 TV yang belum didaftarkan kepemilikannya. Dari hasil razia tersebut, Kantor Pos I Jakarta menerima denda dan iuran sebesar Rp 9.915.200. sementara itu atas pertimbangan investasi TVRI semakin besar dan harus melibatkan satelit Palapa untuk mendapatkan siaran nasional, maka iuran TV dinaikan mulai 1 Januari 1974. Besaran iuran menjadi Rp 500 per bulan untuk pesawat televisi ukuran 16 inci ke bawah dan Rp 750 per bulan untuk TV ukuran di atas 16 inci. (pul)

 

 

 

Tag:

Most Popular

Artikel lainnya

Seru, 400 Orang Jawa Sedunia Bakal Kumpul di Surabaya

Author Abad

Oct 04, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Politik Hukum, Tumbal dan Sumber Kegaduhan

Malika D. Ana

Jan 07, 2023

Pembangunan Balai Kota Surabaya Penuh Liku

Pulung Ciptoaji

Dec 18, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023