images/images-1680876851.jpg
Budaya
Indonesiana

Inilah Rahasia Kuat Bangunan Kolonial Belanda

Pulung Ciptoaji

Apr 08, 2023

787 views

24 Comments

Save

Istana Cipanas dibangun sejak jaman Kolonial Belanda hingga kini masih difungsikan. Foto dok net

 

abad.id- Ada wariasan kolonial belanda yang sampai kini masih lestari, meskipun umurnya sudah lebih dari satu abad. Yaitu bangunan kolonial belanda, mulai rumah hunian, kantor hotel dan pabrik. Bangunan tersebut seperti tidak lapuk oleh cuaca dan musim, meskipun berumur seratus tahun.

 

Saya masih ingat bangunan rumah hunian di sebuah kota kecil Blitar milik bekas sinder belanda. Bapak saya membeli dari seorang kerabat, dan konon dibangun sekitar tahun 1920 an. Rumah tersebut menghadap selatan, terdiri dari dua kamar ukuran sangat besar serta ruang tamu dan ruang makan. Untuk bagian dapur dan kamar mandi terpisah dari bangunan induk, dengan dihubungkan lorong satu sama lain.  Saya tinggal di rumah yang katanya angker tersebut sejak kecil hingga usia Sekolah Menengah Pertama.

 

Tidak ada kesan manipulatif dibalik kokohnya bangunan yang berdinding sangat tebal itu. Hanya saja beberapa tetangga selalu mengingatkan untuk selalu waspada, sebab banyak cerita misteri yang turun temurun dan menjadi pembicaraan. Misalnya pada malam hari pernah muncul sosok hitam besar menghalangi pintu masuk pekarangan, serta muncul cahaya kuning jatuh di atap rumah.

 

Kami menganggap hal yang lumrah atas kejadian di sekitar bangunan bekas kolonial Belanda dan lama tidak dihuni ini. Selama tinggal di tempat itu, hanya sekali saya bertemu langsung pada malam hari dengan sosok yang diceritakan warga, yaitu hitam sangat  besar berdiri menghalangi jalan. Sejak saat itu, bapak saya mulai gelisah dan prihatin. Maka memutuskan akan membongkar bangunan rumah sampai ke akar pondasinya, dan dibangun kembali sesuai desain rumah modern minimalis.

Kunjungan kerja Gubernur Jenderal De Jonge ke Rumah Sakit HVA (Toeloengredjo Pare pada 6 April 1935. Bangunan masih berdiri kokoh dan masih digunakan untuk rumah sakit. Sumber KITLV Leiden

 

Maka mulailah warga bergotong royong membongkar bangunan loji dengan kusain dan pintu sangat besar itu. Pembongkaran bulan Juni saat saya libur sekolah tahun 1982. Ternyata untuk merobohkan bangunan tersebut tidak mudah. Meskipun sudah melibatkan 20 orang tenaga warga dan kuli, ternyata tidak bisa diselesaikan dalam 1 minggu. Satu sisi tembok memiliki ketebalan hampir 30 cm, dengan ukuran batu bata sangat besar. Belum lagi pada bagian pondasi dengan kedalaman 1 meter. “Kita butuh tenaga tambahan jika ingin cepat meratakan bangunan ini, atau setidaknya pada bagian pondasi tidak dibongkar, sebab kami sudah kuwalahan” kata Pak Agus pimpinan proyek.

 

Beruntung proyek membongkar rumah ini berjalan lancar tanpa kendala. Padahal sebelumnya banyak warga memprediksi akan menemukan hal hal mistis selama proses pembongkaran. Terutama pada bagian tengah bandar bangunan. Beberapa kuli pekerja menemukan potongan paku emas yang menancap di sela-sela kayu. Semua sehat, dan semuanya selamat.

 

Ada bayak pengalaman bagi kami tinggal di bangunan kolonial belanda ini. Pertama bangunan tersebut sangat kuat dan tahan terhadap gempa. Beberapa kali di Kota Blitar terjadi gempa tektonik maupun vulkanik Gunung Kelud, nyatanya rumah kami masih utuh tidak ada rusak apapun. Pengalaman lain sisi kenyamanan. Bahwa di rumah tua serasa lebih asri dan sangat sejuk. Rumah menghadap  selatan itu seperti didesain bisa menyerap aliran angin dan menyimpan cahaya. Sehingga kami tidak perlu AC dan tambahan lampu penerangan pada siang hari. Namun ada hal yang membuat orang tua saya jengkel, bahwa karena sudah berumur tua mulai banyak jamur pada dinding. Suhu udara yang lembab membuat jamur dan lumut mudah tumbuh, meskipun berkali kali di semen ulang dan cat tambahan. Kegelisahan kami sebagai penghuni juga mulai gelisah dengan isu mistis di kalangan tetangga.

 

Sebenarnya di kota kami sangat banyak bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda. Meski usianya sudah berabad-abad, tetapi bangunannya masih tetap kokoh berdiri. Bahkan hingga kini, banyak bangunan peninggalan Belanda yang masih berfungsi dengan layak. Ada beberapa faktor penyebab bangunan-bangunan pada era kolonial masih kokoh dan mampu bertahan hingga saat ini.

 

Menurut kritikus arsitek Peter Megantara, sebelum teknologi struktur rangka (beton) lajim digunakan pada pola kontruksi saat ini, dinding ternyata bukan hanya penyekat. Namun seluruh bidangnya adalah struktur  itu sendiri yang bisa menguatkan bangunan. “Itu yang disebut struktur "dinding pemikul", artinya seluruh luas bidang dinding berdiri secara merata menerima gaya beban di atasnya,” kata Peter.

 

Pembangunan pembangkit listrik tenaga air Plengan di Pengalengan dekat Bandung sekitar tahun 1925. Dibutuhkan ketelitian dan penggunaan bahan berkualitas agar bangunan bisa awet dan tahan cuaca. sumber KITLV Leiden

 

Karena juga berfungsi sebagai dinding pemikul, maka tidak heran pada bangunan kuno ditemukan tebal dinding bisa 2 atau 3 kali lipat dibanding tebal dinding yang digunakan pada struktur rangka.  Ketebalan itu memang secara psikologis menjadi kesan lebih kokoh dibanding dinding 1 layer yang umum digunakan sekarang. Padahal ada manfaat lain yaitu menjaga kestabilan. “Keterbatasan dinding pemikul yaitu tidak memungkinkan  membuka lebih lebar bagian sisi jendela. Maka optimalisasi teras menjadi sangat penting dalam eksplorasi desain arsitektur Indis (arsitektur dengan perspektif kolonial tetapi sudah kontekstual nusantara,” tambah Peter

 

Ada ungkapan bahwa desain bangunan selalu disesuaikan dengan kondisi wilayah atau lahan yang ditempati bangunan. Hal ini membuktikan bangunan peninggalan zaman Belanda tidak asal dibangun. Sebelum membuat sketsa desain, seorang arsitek tempo dulu sangat memperhatikan kondisi wilayah di lokasi. Survey ke lokasi sangatlah penting. Pasalnya, setiap wilayah memiliki kondisi lahan berbeda - beda, dari kondisi tanah (seperti daya dukung tanah, kontur lahan) hingga kondisi lingkungan. Misalnya kondisi jalanan setempat ramai atau tidak, kondisi di sekitar lahan ada bangunan atau tidak dan sebagainya.

 

Syarat lain sebelum membangun yaitu harus para pekerja kontruksi harus teliti. Setiap bagian bangunan dibangun sesuai rancangan bangunan yang sudah dihitung secara detail. Pondasi bangunan dipastikan presisi, artinya tidak ada yang melenceng sehingga bangunan bisa kuat terpancang dalam jangka waktu yang lama.

 

Jika candi dibangun sejak jaman kerajaan kuno dan hingga kini masih kokoh berdiri, mestinya teknologi merancang bangunan jauh lebih berkembang. Termasuk konsep racikan khusus untuk perekat bahan. Berbeda dengan bahan yang biasa digunakan di zaman sekarang, semen ini terbuat dari racikan semen merah dan batu gamping. Tidak hanya itu, batu-bata merah juga dihancurkan menjadi serbuk yang dicampur adonan semen, beberapa adonan semen ada juga yang dicampur dengan sari tetes tebu.

 

Campuran inilah yang kemudian digunakan sebagai perekat bahan bangunan sehingga bangunan menjadi kokoh. Bahkan konon pasir yang dipakai harus bersih dari kandungan tanah. Makanya mandor zaman kolonial sering menggunakan baju atau celana putih untuk mengecek pasir yang dicuci sudah bersih dari tanah atau tidak, dengan cara mengoleskan pasir ke kain celana atau baju. Jika pasir sudah bersih di pastikan tak akan menciptakan noda pada kain celana atau baju.

 

Semen racikan tersebut digunakan dalam berbagai jenis bangunan, seperti stasiun kereta, rumah sakit, jembatan, gedung perkantoran, dan fasilitas militer. Tidak heran bila banyak bangunan era kolonial tetap kokoh berdiri hingga kini. Ada yang telah menjadi bangunan cagar budaya dan ada pula yang masih difungsikan sampai sekarang.

 

Hotel Oranye dibangun di kawasan Tunjungan Surabaya. hingga kini masih berfungsi sebagai hotel yang selalu ramai pengunjung. Foto dok net

 

Arsitek Belanda sangat memperhatikan kualitas batu yang digunakan. Mereka tidak segan membersihkan batu yang terlihat kotor dengan cara membasuhnya. Sebab serpihan kotoran di bagian permukaan akan membuat batu tidak bisa merekat kuat dan kurang presisi. Dengan memastikan batu dalam kondisi baik, kekokohan bangunan juga akan lebih terjamin. Rumah peninggalan zaman Belanda rata rata memang kokoh bahkan tidak segan - segan para mandor akan menguji kekokohan tembok dengan memukulnya menggunakan palu.

 

Pondasi bangunan juga dibuat cukup dalam sekitar 2 meter ke bawah dan bangunannya dibangun 1,5 meter di atas permukaan tanah, sehingga lantai dan dinding rumah tidak mudah lembab.  Kualitas kayu yang digunakan mulai dari bubungan, kuda kuda, kusen bahkan pintu dan jendelanya dipilih dari jenis kayu jati yang sudah tua sehingga tidak mudah lapuk dan tetap awet hingga sekarang.

 

Kekokohan bangunan tidak lepas dari kedisiplinan dan kejujuran para pekerja yang membangunnya. Percuma bila rancangan bangunan dibuat dengan kalkulasi rinci dan teliti jika dalam proses pembangunan ada takaran yang dikurangi. Contohnya takaran adonan semen yang tidak sesuai dengan penghitungan awal.

 

Pihak Belanda memastikan semua pekerja yang terlibat dalam pembangunan gedung, memiliki kedisiplinan dan kejujuran sebagai etos kerja. Mereka juga tidak main-main dengan anggaran dana. Dengan etos kerja yang baik, anggaran dana cukup, dan rancangan yang rinci dan teliti, bangunan kokoh pun dapat terwujud.

 

Memang, proses pembangunan sebuah bangunan di era kolonial lebih lama dan rumit dibandingkan pembangunan sebuah rumah di era sekarang. Maka berdampak pada kualitas bangunan pada era kolonial yang menjadi lebih kokoh dan mampu bertahan hingga berabad - abad. (pul)

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023