images/images-1679807665.jpeg
Sejarah
Riset

Kapitan Jonker Lawan Tangguh Trunojoyo

Pulung Ciptoaji

Mar 26, 2023

1183 views

24 Comments

Save

Lukisan Anonim yang menggambarkan Trunojoyo ditusuk keris Amangkurat II. Foto dok net

 

abad.id- Raden Trunojoyo sebenarnya masih memiliki hubungan darah dengan Mataram di masa Sultan Agung. Kakek dari Trunojoyo adalah adik ipar Sultan Agung. Menurut silsilahnya, Trunojoyo adalah putra dari Raden Demang Mloyo Kusumo atau Raden Maluyo. Adapun Raden Maluyo anak ketiga dari Cakraningrat I alias Raden Praseno, putra Arosbaya. Cakraningrat I ini merupakan gelar yang diberikan Sultan Agung kepada adik iparnya saat diberi amanah menjaga Madura.

 

Pemberontakan Trunojoyo dilatar belakangi kesewenang-wenangan Amangkurat I saat berkuasa. Raja berkuasa dengan kejam dan tidak memperhatikan rakyatnya, sehingga banyak yang membencinya. Karena itulah, pemberontakan Trunojoyo mendapatkan dukungan dari rakyat dan pejabat Mataram.

 

Penyebab lain, hubungan dekat yang telah terjalin antara Cakraningrat I dengan Mataram pada masa Sultan Agung, juga terjalin antara Trunojoyo dengan Amangkurat I. Sejak saat kecil, Trunojoyo tinggal dan dibesarkan di lingkungan Keraton Mataram. Namun, pada tahun 1648, keluarga Trunojoyo tiba-tiba ikut menjadi korban kekejaman Amangkurat I. Cakraningrat I dianggap melawan sultan, sehingga harus dibunuh. Bahkan, Raden Demang Mloyo Kusumo ayah Trunojoyo ikut menjadi korbannya.

 

Sejak meninggalnya Cakraningrat I , maka kekuasaan Madura jatuh kepada putra kedua yang bernama Raden Undakan. Raden Undakan bergelar Cakraningrat II.  Selama memerintah Madura, Cakraningrat II dikenal tidak bijaksana, sehingga banyak rakyat yang menjadi korban.

 

Sementara itu di internal Mataram terjadi pergolakan, yaitu Adipati Anom (Amangkurat II) dipecat dari posisinya sebagai putra mahkota oleh ayahnya Amangkurat I. Merasa kecewa, diam-diam meminta bantuan Raden Kajoran alias Panembahan Rama, seorang ulama dan kerabat istana Mataram. Dari keterangan Raden Kajoran inilah, Adipati Anom bisa mendapat bantuan dari Trunojoyo menantunya.

 

Adipati Anom kemudian membuat perjanjian dengan Trunojoyo, apabila berhasil menyingkirkan Amangkurat I, dan mengantarkan menjadi raja Mataram, imbalan yang dijanjikan sebagian Jawa Timur akan menjadi wilayahnya. Dengan perjanjian itu, maka Trunojoyo menyetujuinya. Trunojoyo kemudian membentuk sebuah laskar yang terdiri atas rakyat Madura yang tidak suka penjajahan Mataram.

 

Trunojoyo mengawali langkahnya dengan menculik pamannya sendiri, yakni Cakraningrat II, yang masih menjadi penguasa Madura. Trunojoyo mnengasingkan sang paman itu ke Lodaya, Kediri. Setelah menyingkirkan Cakraningrat II tahun 1674, Trunojoyo resmi menjadi penggantinya sebagai penguasa Madura,

 

Dalam buku Kitab terlengkap Sejarang Mataram Islam tulisan Soedjipto Abimanyu mengatakan, untuk membangun kekuatan, Trunojoyo mendapat dukungan dari tokoh dan rakyat. Salah satunya dari bangsawan Makasar Kraeng Galesung yang menyingkir ke Jawa akibat terdesak oleh VOC Belanda. Orang-orang Makasar bersedia membantu dan mendukung pemberontakan Trunojoyo lantaran masih sakit hati dengan VOC. Pasukan Kraeng Galesung ini bekas pengawal Sultan Hasanuddin yang dikalahkan oleh VOC. Kelompok tersebut berpusat di Demung, Panarukan. Dalam rangka memperkuat hubungan dengan bangsawan Makasar,Trunojoyo mengawinkan putrinya dengan putra Karaeng Galesung. Dukungan Trunjoyo juga datang dari Panembahan Giri di Surabaya yang tidak menyukai Amangkurat I, karena telah membunuh 6 ribu ulama.

 

Di bawah pimpinan Trunojoyo, pasukan gabungan orang-orang Madura, Makassar, dan Surabaya berhasil mendesak pasukan Amangkurat I. Beberapa daerah kekuasaan Mataram berhasil direbutnya. Diluar dugaan, pada 2 Juli 1677, Trunojoyo berhasil menyerang jantung pusat kekuasaan Mataram di Plered. Sebelum pasukan Trunojoyo masuk keraton, Amangkurat I berhasil melarikan diri dari kerajaan.

 

Setelah berhasil menyingkirkan Amangkurat I dan menduduki Istana Mataram, terjadilah perselisihan dengan Adipati Anom. Akibat perselisihan itul, Trunojoyo urung menyerahkan tahta Mataram kepada Adipati Anom. Bahkan, Trunojoyo melakukan penjarahan terhadap Keraton Mataram. Karena merasa dikhianati oleh Trunojoyo, Adipati Anom kemudian berbalik melawan sekutunya itu dan bergabung kembali dengan Amangkurat I yang melarikan diri ke Barat.

 

Jatuhnya Mataram ke tangan Trunojoyo ini menandai berakhirnya Kerajaan Mataram Islam. Trunojoyo kemudian memboyong harta rampasan perang ke pusat kekuasaannya di Kediri Jawa Timur. Saat tahta Mataram sedang kosong, serta mengingat Amangkurat I dan Adipati Anom berada di pelarian, serta Trunojoyo telah kembali ke Kediri, maka Pangeran Puger mengambil kesempatan. Dia mengangkat dirinya sebagai raja Mataram dengan pusat kerajaan di Plered dan bergelar Susuhunan ing Alaga.

 

Panggil Kapitan Jonker Untuk Tangkap Trunojoyo

 

Selama pelarian, Amangkurat I masilh berusaha untuk membalas Trunojoyo. Ia kemudian mewariskan tahta Mataram kepada Adipati Anom. Maka, diangkatlah Adipati Anom menjadi Amangkurat II dan membangun pusat pemerintahan baru di Kartasura.

 

Raja Mataram meminta Trunojoyo diserahkan kepadanya. Namun kenyataan telah berubah, Trunojoyo tetap dibunuh dengan keris ketika menemui Amangkurat II di Payak pada 2 Januari 1680. Foto dok net

 

Untuk mengalahkan Trunojoyo yang dianggap ancaman, Amangkurat II, menandatangani persekutuan dengan VOC. Persekutuan ini dikenal dengan nama “Perjanjian Jepara" yang terjadi pada bulan September 1677. Adapun isi dari perjanjian tersebut sebuah pernyataan bahwa raja Mataram harus menyerahkan pesisir utara Jawa, jika VOC dapat mengalahkan Trunojoyo.

 

Setelah ditandatanganinya Perjanjian Jepara itu, maka dimulailah perlawanan VOC terhadap Trunojoyo. Awalnya, VOC mencoba mengirimkan utusan perdamaian dan meminta Trunojoyo agar datang secara pribadi ke benteng VOC di Danareja. Tentu saja,Trunojoyo menolaknya. Karena upaya perdamaian yang ditawarkan VOC ditolak oleh Trunojoyo, maka VOC langsung melancarkan serangan kepada Trunojoyo.

 

Penyerangan dibawah kendali Gubernur Jenderal Cornelis Speelman. Untuk perang di laut, VOC penyerangan dipimpin pasukan Bugis Aru Palakka dari Bone. Di laut, pasukan Aru Palakka berhadapan dengan pasukan Karaeng Galesung. Untuk wilayah darat, pasukan Trunojoyo harus berhadapan dengan pasukan Maluku di bawah pimpinan Kapiten Jonker dengan dukungan pasukan Amangkurat II yang masih loyal.

 

Kehidupan Kapitan Jonker dan pasukan Ambonnya seolah “ditakdirkan” untuk perang. Bersama Aru Palaka pernah terlibat dalam ekspedisi Cornelis Speelman ke Makassar. Serta peperangan lain di Sumatra, Johor dan Maluku. Selama menjadi bagian dari prajurit VOC, pasukan Ambon mendapat gaji lebih tinggi dari pasukan pribumi lain, sebab dianggap lebih cakap dan memiliki kemampuan lebih baik.

 

Pada Juli 1676, ekspedisi mulai berangkat dengan kekuatan sekitar 4.000 orang di bawah Komando Panglima J. Couper. Tidak lupa Speelman meminta Kapitan Jonker menyiapkan satu Kompi pasukan Khusus dengan kekuatan 75 orang Ambon untuk ditugaskan menangkap Trunojoyo.

 

Peperangan di Jawa Timur berlangsung sengit. Trunojoyo yang mendapat dukungan dari Kraeng Galessong melawan pasukan Aru Palaka bersama Kapitan Jonker. Hingga akhirnya, Trunojoyo terdesak dan mundur di lereng Gunung Kelud. Pasukan Jonker terus melakukan pengejaran dan pengepungan sehingga mustahil untuk lolos. Selama dalam pengepungan pasukan Trunojoyo mengalami keterbatasan bahan makanan.

 

Trunojoyo akhirnya turun gunung dan menyerahkan diri ke Kapitan Jonker pada akhir Desember 1679. Ikut pula sebagai tawanan perang ada 400 orang, sehingga Couper perlu mengirimkan pasukan pengawal tambahan. Kapitan Jonker menyerahkan Trunojoyo tanpa menyakiti sedikitpun kepada J. Couper sesuai perjanjian. Namun ternyata, raja Mataram meminta Trunojoyo diserahkan kepadanya. Namun kenyataan telah berubah, Trunojoyo tetap dibunuh dengan keris ketika menemui Amangkurat II di Payak pada 2 Januari 1680. (pul)

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Kiai Mahfudz Termas, Pewaris Terakhir Hadist Bukhori #3

Author Abad

Mar 11, 2023

Begini Respon TACB Perihal Reklame di Lokasi Cagar Budaya

Author Abad

Feb 26, 2023

A.H. Thony: "Dulu jadi panutan pembongkaran, kini kok mau dipasangi reklame lagi. Mesakne Mas Wali"

Malika D. Ana

Feb 24, 2023