images/images-1681628554.jpg
Sejarah

Dua Jendral Bertarung di Peristiwa Malari 1974

Pulung Ciptoaji

Apr 16, 2023

477 views

24 Comments

Save

Akibat peristiwa Malari 9 orang tewas, serta 23 orang mengalami luka. Langkah yang dilakukan pemerintah dengan menindak tegas melakukan pembredelan sejumlah koran dan menahan 700 orang. Dari jumlah itu sebanyak 45 orang diproses hukum. foto dok net

 

abad.id- Peristiwa intemasional yang menginspirasi gerakan mahasiswa Indonesia di akhir tahun 1973, ialah penggulingan pemerintah MAarsckal Thanom Kittikachom oleh mahasiswa Muangthai. Mahasiswa Indonesia menarik pelajaran penting tentang padamnya mitos bahwa kekuasaan militer tidak tergoyahkan oleh kekuatan sipil.

 

Pasca peristiwa di Thailand itu, gerakan mahasiswa mulai mengarah ke penolakan penanaman modal asing. Misalnya kedatangan Menteri Kesejahteraan Belanda, Pronk ke Jakarta disambut dengan demonstrasi anti modal asing. Pronk disimbolkan sebagai wakil kekuatan industri internasional yang membawa pinjaman dan investasi.

 

Penolakan kedatangan Pronk berbuntut dengan aksi selanjutnya di bulan November dan Desember tahun 1973. Massa mahasiswa mulai mendekati  ASPRI, Bappenas, kedutaan Jepang, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dianggap bertanggungjawab atas kedatangan modal asing. Dalam  uku Orde Baru Gerakan Mahasiswa 98 tulisan Muridan S Widjojo menyebutkan, mahasiswa menuduh kedatangan modal asing bisa melenyapkan kebanggan nasional, menjual Indonesia dan sebagainya. Beberapa kali perwakilan Dewan Mahasiswa berusaha menemui presiden Soeharto namun selalu gagal karena presiden tidak ada.

 

Sementara itu di tubuh organisasi pemerintahan Orde Baru, terjadi perbedaan pandangan terhadap pergerakan mahasiswa. Diantara mereka menangkap ada peluang unttuk memenangkan perjuangan kepentingan politiknya. Konflik tersebut antara Jenderal Soemitro selaku Pangkopkamtib dengan Jendral Ali Murtopo sebagai ASPRI presiden bidang Polkam yang merangkap kepala BAKIN (Badar Koordinasi lntelejen Negara).

 

Berdasarkan prinsip diferensiasi kewenangan birokrasi, konflik itu seharusnya tidak perlu terjadi. Sebab di masing-masing pembantu presiden mempunyai tugas yang berbeda. Akan tetapi karena patemalisme yang telah terlembagakan sejak lama di lingkungan kemiliteran, mewarnai gaya hubungan antar pembantunya. Maka berkembanglah persaingan tidak sehat antar pembantu presiden untuk menjadi seorang terdekat dan terpercaya.

 

Dalam sistem kekuasaan paternalisme, kepercayaan pemimpin bermakma pemberian kekuasaan. Kritik mahasiswa kepada ASPRI ditanggapi Ali Murtopo sebagai upaya merusak kepercayaan presiden kepadanya. Untuk menetralisasikan serangan itu, ia mendekati anggota Dewan Mahasiswa UI berjumlah 11 orang, agar melakukan mosi tidak percaya kepada Hariman Siregar selaku ketua Dewan Mahasiswa.

 

Sementara itu Soemitro yang sejak awal sudah akrab dengan mahasiswa  berhasil melobby kedutaan Jepang. Soemitro menjanjikan pertemuan dengan PM Jepang Tanaka. Langkah Soemitro ini dianggap Ali Munopo tidak bersikap solider antar sesama pembantu presiden.

 

Bersamaan dengan situasi yang genting itu beredarnya 'dokumen Ramadi' yang berisi ramalan tentang pergantian kepemimpinan nasional oleh seorang yang berinisial S. Beberapa pejabat yang percaya klenik memanfaatkan Dokumen Ramadi untuk melawan Soemitro. Rupanya presiden Soeharto mendengar kegaduhan ini, dan meminta Soemitro untuk menjadi Duta Besar.

 

Sementara itu Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia sejak rapat kerja mereka tanggal 1 Novembet 1973 telah menghasilkan keputusan tentang tanggung jawab mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat.  Dewan mahasiswa UI harus menampung dan memperjuangkan persolan rakyat supaya mendapat perhartian dari pemerintah. Kemudian Dewan mahasiswa UI mengontrol pemerintah dan masyarakat supaya sesuai dengan garis perjuangan.  

 

Dalam rangka menyatukan misi mahasiswa, tanggal 10 November melakukan pertemuan di UNPAD Bandung dengan selubung pertandingan olah raga untuk memperebutkan Juanda Cup. Di Jakarta penyatuan misi gerakan mahasiswa dilakukan lewat Apel Kebulatan Tekad di Fakultas Kedokteran UI tanggal 18 Desember. Lalu tanggal 31 Desember Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia menyelenggarakan Malam Tirakatan di Salemba dengan mengundang masyarakat dan pihak pemerintah.

 

Secara terbuka, penolakan atas dominasi Jepang dikemukakan 32 wakil Dewan Mahasiswa saat diterima oleh presiden Soeharto di istana negara tanggal 11 Januari. Mahasiswa mengajak agar menyambut Tanaka dengan suatu gerakan aksi, memasang bendera setengah tiang dan mengadakan aksi total tangal 15 Januari.

 

Tanggal 13 Dewan Mahasiswa se-Jakarta mulai mengadakan pertemuan di Student Center UI yang juga dihadiri oleh wakil pemuda dan pelajar. Dua keputusan dihasilkan yaitu mengirim delegasi menyambut Tanaka di Halim Perdana kusuma pada tanggal 14 Januari, dan mengadakan aksi besar di Jakarta tanggal 15 Januari.

 

Rencana itu benar dilaksanakan besok paginya. Aksi penyambutan di Bandara ini dianggap Menteri Hankam sudah menjurus ke makar. Melalui radio RRI pukul 22.00 Menteri Hankam meminta aksi penolakan terhadap kedatangan Perdana Menteri Jepang dihentikan.  Meskipun demikian, Dewan Mahasiswa se-Jakarta tetap bertekat melakukan aksi besar besok harinya. Hanya saja aksi dipindahkan ke kampus Trisakti.

 

Hari itu tanggal 15 Januari 1974, cuaca pagi Jakarta sangat cerah. Beberapa titik sudut kota sudah ada penjagaan militer dan polisi dengan membawa peralatan pengamanan. Pukul 10.oo pagi, mahasiswa sudah berkumpul dan menggelar mimbar bebas di berbagai tempat. Tiba-tiba tidak ada dalam skenario mahasiswa, muncul kerusuhan dan pembakaran kendaraan dan toko.

 

Akibat kejadian itu 9 orang tewas, serta 23 orang mengalami luka. Sekalipun kedutaan Jepang tidak tersentuh, namun pasar Senen dan sejumlah kendaraan menjadi korban kerusuhan. Langkah yang dilakukan pemerintah dengan menindak tegas melakukan pembredelan sejumlah koran dan menahan 700 orang. Dari jumlah itu sebanyak 45 orang diproses hukum. (pul)

 

 

                                                                                    

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Menjaga Warisan Kemaharajaan Majapahit

Malika D. Ana

Nov 15, 2022

Mengganggu Bini Orang Berujung Petaka

Author Abad

Oct 26, 2022

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022