images/images-1677472890.jpg
Sejarah

Awal Mula Kekalahan Mongol Lawan Singhasari

Malika D. Ana

Feb 27, 2023

630 views

24 Comments

Save

Awal Mula Kekalahan Mongol Lawan Singhasari

 

 

Abad.id - Jika membaca tulisan orang-orang Cina dari abad ke-5 hingga ke-15, Majapahit kala itu mereka anggap sebagai Dinasti. Dinasti adalah sistem kekuasaan yang hanya mengandalkan darah keturunan untuk menjadi pemimpin berikutnya. Dinasti juga merupakan sekumpulan raja yang memerintah suatu wilayah pada periode tertentu yang mana semua raja itu berasal dari satu garis keturunan yang sama. Sedang negaranya mereka sebut sebagai Negara Selatan, dan posisi kekuatannya di Jawa.

 

 

Kubilai Khan (Foto repro)

 

Jadi, saat Khubilai Khan sebagai Kaisar Cina (bukan Mongol, tetapi dia etnis Mongol), menganggap Negara Selatan itu sebagai duri dalam daging karena daratan Asia tengah hingga barat sudah berhasil ditaklukkan oleh imperium Cina, sedang Negara Selatan tak kunjung mau takluk. Khubilai Khan tahu kedudukan kekuasaan Negara Selatan itu berada di Singhasari (bukan Singasari). Karena tidak ada singa di Jawa, yang ada adalah simo (macan, harimau).

 

Pertanyaannya kemudian:

Mengapa Kertanegara yang didatangi dan disuruh takluk kepada Imperium Cina?  

Mengapa Kertanegara berani memotong daun telinga utusan Cina?

 

Karena yang disebut Negara Selatan itu adalah satu negara federasi di Sunda Land yang pada era Dinasti Khan di Daratan Cina, penguasa di Sunda Land adalah Dinasti Singhasari yang waktu itu dipimpin oleh Sri Kertanegara. Di masa pemerintahan Prabu Kertanegara, Kemaharajaan Singhasari mengalami masa kejayaannya dan menjadi negeri yang subur dan makmur.

 

Mendengar kabar bahwa Kekaisaran Mongol sedang gencar melancarkan ekspansi ke seluruh Eurasia, sang Prabu melancarkan ekspedisi ke Sumatra dan Malaya untuk menjalankan aliansi dengan Kemaharajaan Dharmasraya yang berpusat di Jambi.

 

Kertanegara bahkan tak segan-segan memaksa mereka dengan kekerasan apabila menolak ajakannya. Ia melakukan ekspedisi yang kemudian dikenal dengan ekspedisi Pamalayu dan berlangsung dari tahun 1275-1284 yang akhirnya sukses menjadikan Singhasari sebagai penguasa tertinggi di Tanah Melayu.

 

Sementara itu, Kublai Khan mengirim utusan yang memaksa Singhasari agar tunduk pada Mongol. Kertanegara dengan tegas menolaknya dan memotong telinga salah satu utusan itu dan bahkan menantang Kublai Khan. Kertanegara tersinggung jika penguasa Sunda Land diremehkan. Maka secara faktual Imperium Cina di bawah Khubilai berkali-kali menggempur Jawa.Tetapi di laut, Dinasti Singhasari unggul. Bagi Mongol, tak mudah menyerang Jawa. Tak ada padang stepa, iklim terik, belum lagi harus menyeberang lautan yang luas.

 

Mongol sukses mengembangkan imperium yang luas karena angkatan daratnya ulung, khususnya keahlian dalam berkuda. Imbasnya, pada abad ke-13 M, seluruh daratan Eurasia tak luput dari kehadiran orang-orang Mongol. Kesuksesan itu masih diwarisi oleh Khubilai Khan hingga dia menaklukkan seluruh Tiongkok.

 

Namun, kelihaian mereka berperang tersendat ketika menghadapi kondisi wilayah Asia Tenggara utamanya Jawa. “Bala tentara China-Mongol di negeri-negeri itu hanya menemui kegagalan atau keberhasilan sementara,” tulis George Coedes dalam Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha.

  

Khubilai sendiri yang memimpin serangan dengan mengerahkan 1000 kapal untukmenyerang Singhasari, tapi malang tak bisa diuntung, dalam perang di laut itu Khubilai tertangkap dan diekskusi oleh R. Wijaya. Itulah sebabnya Cina harus membayar upeti besar-besaran agar tidak diganggu Dinasti Majapahit. Di antara kapal pembawa upeti Cina itu beberapa kali tenggelam atau karam di Laut Lor (sekarang disebut Laut Jawa), maka jangan heran jika di dasar Laut Jawa banyak keramik Cina ditemukan.

 

Setelah Dinasti Singhasari runtuh oleh Jayakatwang, maka R. Wijaya mendirikan Dinasti Majapahit, agar tidak ada alasan Cina untuk membalas dendam. Dan, dalam buku Nusantara Di Mata Orang Cina, R. Wijaya disebut Tuhan Haji Vicaya. Sayangnya ada saja orang Islam yang GeeR, lalu menyebut R. Wijaya itu Islam. Padahal, haji dalam bahasa Jawa Kuna adalah Raja, Ajie, atau Adhie dan tuhan adalah tuan(pangeran). (mda)

 

 

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

Begini Respon TACB Perihal Reklame di Lokasi Cagar Budaya

Author Abad

Feb 26, 2023