images/images-1676890939.png
Sejarah

Simpang Siur Rapat Akbar di Tambak Sari

Pulung Ciptoaji

Feb 21, 2023

477 views

24 Comments

Save

abad.id-Tidak hanya lapangan Ikada Jakarta saja yang menoreh sejarah penting dengan kegiatan rapat akbar mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia, ternyata di Surabaya juga terjadi peristiwa serupa di dua tempat. Yaitu lapangan Tambaksari atau kini dikenal dengan nama Gelora 10 November dan di lapangan Pasarturi yang dilakukan beberapa hari setelah rapat raksasa di Tambaksari.

 

Dalam buku Surabaya, Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu tulisan Ady Setyawan tertulis bahwa di lapangan Tambaksari, massa rakyat Surabaya dan para pimpinannya pernah berkumpul, berorasi dan bertekad bersama untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Tentang kapan pelaksanaan rapat raksasa tersebut, bayak sumber ternyata memiliki catatan yang berbeda. Penyebabnya pada masa itu tidak ada tim dokumentasi yang mencatat peristiwa itu. Serta bangsa Indonesia dikenalkan metode penanggalan Jepang yang berbeda dengan penanggalan Masehi seperti yang kita kenal.

 

Namun, dari salah satu arsip surat kabar yang terbit pada era itu dapat sedikit memberi penjelasan. Dalam sebuah kolom iklan di surat kabar Soeara Asia tertanggal 10 September 1945, tertulis pengumuman :

 

Rapat Raksasa

“Besok, hari Selasa tg 11/9 moelai poekoel 6 sore di Tambaksari akan diadakan rapat besar oemoem. Sebeloem rapat besar dan masing-masing Siku ke lapangan Tambaksari dan tibanja pawai di lapangan terseboet, diharap sebeloem poekoel 6 sore.

Koendjoengilah! Boelatkan kemaoean rakjat dalam rapat itoe!”    

 

Pada pengumuman itu jelas tertulis pukul enam sore,. Hal ini dianggap janggal sebab antara pukul 6 sore waktu untuk beribadah shalat Maghrib. Dan dalam pandangan rakyat Surabaya yang sebagian besar beragama Islam tentu merupakan sesuatu yang tidak wajar. Namun pada masa itu pukul enam sore maksudnya sebenarnya pukul 4 sore waktu Indonesia Bagian Barat. Sebab diketahui, pada masa jaman pendudukan Jepang, tidak hanya penanggalan saja yang berbeda namun juga hitungan zona waktu mengikuti bagian Jepang.

 

Mengenai penyebutan istilah Siku, dijelaskan pembagian wilayah sebagai berikut. Syu setingkat karesidenan, gun setingkat kawedanan,son setingkat kecamatan, siku setingkat lingkungan dan aza setingkat kelurahan. Untuk kota Surabaya dibagi menjadi 3 siku dan 6 son, yaitu Nyamplungan, Kapasan,Kranggan, Krembangan, Kupang dan Gubeng. Sedangkan wilayah jabakota gun terdiri dari 4 son yaitu Wonokromo, Rungkut, Sukolilo dan Tandes.

 

Namun undangan rapat raksasa Tambaksari yang semula akan diadakan pada tanggal 11 September 1945, ternyata urung dilaksanakan. Surat kabar Soeara Asia yang terbit tanggal 12 September 1945, memuat klarifikasi,

" Bahwa rapat raksasa da pawai yang dikabarkan kemaren akan diadakan hari Selasa ini moelai djam 6 sore, ditoenda"

 

Sayangnya, dua hari kemudian surat kabar tersebut mengakhiri penerbitannya, sehingga tidak ada lagi pemberitan kabar Soeara Asia soal pelaksanaan rapat raksasa di Tambaksari. Pada tanggal 14 September 1945, Soeara Asia hanya terbit satu halaman. Tulisan pada halaman muka dan ditulis dalam huruf kapital:

SOEARA ASIA MOHON DIRI. BERBAHAGIALAH SELOEROEH

RAKJAT INDONESIA"

 

Sementara itu berita tentang kegiatan rapat akbar surabaya lebih jelas ditulis di surat kabar Soeara Merdeka. Isinya bahwa rapat raksasa Tambaksari diadakan pada tanggal 13 September 1945. Surat kabar Soeara Merdeka yang terbit dari Bandung memuat peristiwa rapat raksasa Tambaksari bersamaan dengan laporan peristiwa rapat raksasa di Lapangan Ikada. Berikut kutipan dari Soeara Merdeka edisi 20 September 1945:

 

"Rapat Besar di Soerabaja"

Oentoek menjamboet Kemerdekaan Indonesia dan oentoek menghilangkan ragoe-ragoe di dalam hati rakjat tentang Kemerdekaan Tanah Airnja, maka atas oesaha Komite Nasional Daerah Soerabaja telah dilangsoengkan rapat raksasa jang mendapatkan perhatian soenggoeh loear biasa,meskipoen berita tentang adanja rapat terseboet diberitakan l.k (lebih kurang-ed) 24 djam sebeloemnja dan hanja setjara lesan dari seorang kepada orang lainnja.

Pembitjara-pembitjara adalah:Toean-toean Sudirman, Doel Arnowo, Bambang Soeparto,sedangkan pada achir rapat seorang pemoeda menjatakan soempah perdjandjian segenap pendoedoek Soerabaja oentoek berdiri di belakang pimpinan Repoeblik Indonesia.

Semangat rakjat jang hadir meloeap-loeap. Sang Merah Poetih melambai-lambai di segenap pelosok dengan gagahnja, menoendjoekkan isi hati rakjat mempertahankan Kemerdekaan Tanah Airnja.

Di waktoe rapat berdjalan dilakoekan pengoempoelan uang.jang memperoleh hasil f.1750,75.

Rapat tanggal 13 September itoe soenggoeh akan tertjatat oleh sedjarah sebagai boekti keinsjafan bangsa Indonesia akan kemerdekaannja.

 

Surabaya Historical is with Alki Kiraamim and 15 others.

20 September 2017

RAPAT RAKSASA (SAMODERA) TAMBAKSARI

 

Hario Kecik, seorang pelaku sejarah, menuliskan tentang rapat Tambaksari dalam memoarnya, “Sebuah momen yang bersejarah. Saya rasakan itu! Saya mendengarkan semua pidato dari tempat saya di baris depan. Kami semua pulang dengan keyakinan sesuatu yang besar akan terjadi".

 

Sedangkan rapat akbar di Pasarturi diselenggarakan tanggal 17 September 1945 dengan jumlah peserta tidak terlalu banyak dibandingkan di lapangan Tambak Sari. Untuk rapat yang diadakan di Pasarturi memang tidak sebesar rapat di Tambaksari. Di Pasarturi, M. Jasin selaku komandan Polisi Istimewa hanya berbicara pendek “Rakyat berevolusi, Polisi Istimewa berevolusi!” teriak M. Jasin, lalu disambut luar biasa dari massa.

 

Dari peristiwa dua rapat raksasa ini, setidaknya turut serta membakar keberanian dan semangat revolusi rakyat Surabaya. Kibaran bendera Merah Putih segera menyebar di mana-mana. Dua hari kemudian,tanggal 19 September 1945, sekelompok orang Belanda di pimpin oleh Ploegman mengibarkan merah putih biru di atas menara Hotel Yamato.

 

Aksi konyol Ploegman ini kemudian mendapatkan kehormatan sekaligus kesialan. Dirinya menjadi orang Belanda pertama yang tewas selama periode Perang Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949) antara Indonesia melawan Belanda.

 

Warga Surabaya Siap Mati Demi Merdeka

 

Sejak ada pengumuman tentang rencana rapat akbar, suasana kota Surabaya mulai muncul gerakan kepedulian rakyat. Aksi spontan mulai membicarakan rencana Rapat Raksasa di Lapangan Tambaksari yang akan diadakan keesokan harinya. Ternyata selalu mundur satu hari, hingga tidak ada kabar jadwal pasti waktunya. Semangat pemuda sudah meluap, mereka mengarahkan aksi heroik dengan aksi melucuti senjata tentara Jepang yang ditemuinya.

 

Hingga akhirnya rapat akbar itu terlaksana tanggal 13 September pukul 4 sore. Ratusan ribu warga Surabaya berduyun- duyun mendatangi lapangan Tambaksari untuk mengikuti Rapat Raksasa yang juga disebut dengan Rapat Samodera.

 

Rapat Raksasa ini awalnya digerakkan Pemuda Minyak yang sudah membentuk panitia sebanyak 20 orang. Setelah bekali-kali tertunda karena persiapan, maka pada tanggal 13 September ini S. Kasman dan kawan-kawan menggerakkan truk-truk pengangkut pegawai untuk dijadikan alat angkut massa menuju ke Tambaksari.

 

Para Pemuda Indonesia yang sudah terbakar semangat merdeka terus menyebarkan informasi tersebut secara langsung kepada rakyat Surabaya berkeliling kota masuk ke kampung-kampung. Rapat Raksasa yang direncanakan dimulai jam 4 sore telah ramai sejak pukul 1 siang. Pergerakkan massa mulai berjalan kaki, bersepeda, naik becak dan naik truk yang sebelumnya dirampas dari pos dan markas tentara Jepang.

 

Tepat pukul 16.00, Rapat Raksasa di Lapangan Tambaksari dimulai. Acara dibuka dengan pidato pengantar oleh ketua BKR Surabaya Abdoel Wahab. Berturut-turut kemudian pidato yang membangkitkan semangat yang disampaikan oleh Residen Sudirman, Soemarsono, Lukitaningsih, Abdoel Sjoekoer, Sapia dan Koesnadi. Sekembalinya dari menghadiri Rapat Raksasa di Tambakasari, semangat rakyat menjadi berkobar-kobar, serta bangkitnya keberanian untuk segera bergerak mempertahankan kemerdekaan.

 

Kesimpulan tersebut sangat tepat, karena para pemuda tersebut tidak pernah minta ijin sebelumnya kepada Penguasa Jepang untuk menyelenggarakan Rapat Raksasa ini. Aksi massa semakin liar dengan berani merobek poster Jepang yang berisi larangan mengeluarkan pendapat.

 

Meihat gelagat yang kurang menguntungkan ini, tentara Jepang menangkap 11 orang yang dianggap provokator. Mereka Lukitaningsih Ketua Pemuda Puteri dan beberapa pemuda anarkis dijebloskan ke bekas kantor Raad van Justitie. Tengah Malam 11 orang tersebut dibebaskan dengan jaminan pejabat pemerintah dan tokoh pejuang. (pul)

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

Begini Respon TACB Perihal Reklame di Lokasi Cagar Budaya

Author Abad

Feb 26, 2023