images/images-1688150875.jpg
Sejarah
Budaya

Hakikat Qurban dan Sejarahnya

Malika D. Ana

Jul 01, 2023

313 views

24 Comments

Save

Hakikat Qurban dan Sejarahnya

 

 

Abad.id - Dalam sejarah agama-agama samawi, tentang qurban ada beda-beda versi. Ada yang menyebut Ismail yang hendak dikorbankan, dan ada yang menyebut Ishaq. Beda versi itu wajar... tetapi intinya, keduanya tidak jadi dikorbankan, baru semacam gagasan alias wacana.

 

Betapa dalam kisah dibalik Idul Qurban itu (mungkin) Tuhan sedang becanda, dan hanya ingin menguji keimanan orangtua dengan anaknya. Jadi peristiwa penyembelihan anak oleh Bapak itu tidak ada.

 

Al-kisah, Siti Hajar protes. Mengapa suaminya meninggalkan dia dan anaknya yang masih kecil di padang pasir tak bertuan. Seperti jamaknya dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberi putra.

 

Siti Hajar mengejar Ibrahim, suaminya, dan berteriak: “Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini? Bagaimana kami bisa bertahan hidup?” Ibrahim diam dan terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh. Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran.

 

Siti Hajar masih terus mengejar sambil menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit, “Apakah ini perintah Tuhanmu?”

Kali ini Ibrahim, sang khalilullah, berhenti melangkah. Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah. Pertanyaan, atau lebih tepatnya gugatan Siti Hajar membuat semua terkesiap. Ibrahim membalikan tubuhnya, dan menjawab dengan tegas, “Iya!”.

 

Siti Hajar berhenti mengejar. dia terdiam. Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang memgagetkan semuanya: malaikat, butir pasir dan angin. “Jikalau ini perintah dari Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Tuhan akan menjaga kami.” Ibrahim pun beranjak pergi. Dilema itu punah sudah. Ini sebuah pengabdian, atas nama perintah, bukan sebuah pembiaran. Peristiwa Siti Hajar dan Ibrahim ini adalah romantisme keberkahan.

 

Itulah ikhlas. Ikhlas adalah wujud sebuah keyakinan mutlak pada Sang Maha Mutlak. Ikhlas adalah kepasrahan bukan mengalah apalagi menyerah kalah. Ikhlas itu adalah engkau sanggup berlari melawan dan mengejar, namun engkau memilh patuh dan tunduk.

 

Ikhlas adalah sebuah kekuatan menundukkan diri sendiri dari semua yang engkau cintai. Ikhlas adalah memilih jalanNya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain. Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa.(dari berbagai sumber).

 

Kisah tentang Nabi Ibrahim sendiri muncul pertama kali di Kitab Taurat (yang juga dikenal sebagai Pentateukh atau Lima Kitab Musa) dianggap sebagai wahyu yang diterima oleh Nabi Musa (Moses) dari Allah di Gunung Sinai. Taurat mencakup lima buku pertama dalam Alkitab Ibrani (Tanakh) yaitu Kejadian (Genesis), Keluaran (Exodus), Imamat (Leviticus), Bilangan (Numbers), dan Ulangan (Deuteronomy).

 

Ada hari suci yang penting dalam agama Yahudi jatuh pada tanggal 10 Tisyri dalam kalender Yahudi yang disebut Yom Kippur, juga dikenal sebagai Hari Penebusan. Haribesar umat Yahudi ini berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim dengan peristiwa yang dikenal sebagai Akedah, yaitu peristiwa pengorbanan yang melibatkan Nabi Ibrahim dan putranya Ishak. Ishak merupakan anak dari istri pertama Nabi Ibrahim, Sarah yang merupakan leluhur cikal bakal Bani Israel.

 

Pada perayaan Yom Kippur, umat Yahudi berpuasa dan merayakannya sebagai Hari Penebusan, di mana mereka memohon pengampunan atas dosa-dosa mereka kepada Allah. Mereka melakukan introspeksi, bertobat, dan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan pengampunan dan meraih kesucian spiritual.

 

Penyebelihan hewan dimasa Syailendra, narasi relief di Borobudur.

Title Bas-reliëf op de Boroboedoer bij Magelang. Creator/other Cephas, Kassian (1845-1912). Shelfmark KITLV 103654

 

Esensi filosofis dibalik 'Idul Qurban (festival pengorbanan) adalah bahwa kita harus mengorbankan kepemilikan materi yang kita sayangi, memindahkan dan membagi kebahagiaan dengan memurnikan jiwa untuk menjadi lebih dekat dengan yang maha kuasa.

 

Qurban adalah salah satu metode untuk mendapatkan kedekatan denganNya. Berasal dari kata sifat taqarrub, yang artinya mendekat. Orang yang mendekatkan diri disebut qarib, dan kalau lebih dekat disebut akrab atau aqrob. Teman dekat bisa disebut teman karib, atau teman akrab. Jadi, Qurban adalah metodologi sosial untuk memperoleh sesuatu yang semula belum dekat menjadi lebih dekat, yang semula belum akrab menjadi karib. 

 

Dengan memberi, kita menjadi dekat dengan sesama, andum rejeki marang liyan iku apik anane. Ora ana critane wong mlarat amerga Qurban. Tidak ada ceritanya, orang menjadi miskin dengan memberi, atau menjadi kaya dengan mempertahankan apa yang dia punya. Maka, keikhlasan memberi dan berbagi itulah yang kemudian sampai kepadaNya, sehingga menjadikan kita lebih dekat denganNya.(mda)

 

Wallahua'lam...

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022