images/images-1683412117.jpg
Sejarah
Tokoh

Mempertanyakan Gelar Raden Pada Wijaya

Malika D. Ana

May 07, 2023

705 views

24 Comments

Save

Mempertanyakan Gelar Raden Pada Wijaya

 

 

Abad.id - Raden Wijaya sang pendiri Majapahit, dari namanya ditengarai bahwa beliau berdarah Cempa atau Cina, kulitnya tidak coklat tetapi kuning langsat, berbeda dengan orang Keling yang mendarat di Pantura, sangat berbeda.

 

“lawan sri nara singha murttyaweka ri dyah lebu tal susrama, sang wireng laga sang dhinarmma ri mireng boddha pratista pageh” (Negara Kertagama, pupuh Wirama 46), tersebut Ayahanda Naraya Sanggrama Wijaya Kerta Jasa Jaya Wardhana atau R. Wijaya Sang Srengenge MajaAgung (Negeri Yang Besar) adalah Mahesa Cempaka Rakeyan Jaya Darma, sementara ibunya adalah Dyah Lembu Tal.

 

Dari sisi Bapak, R. Wijaya mendapatkan bekal Genetik Campaka, atau Trah Besar DharmaSraya, Great Empire Of DharmaSraya, yang mencakup sisa-sisa Sriwijaya, Ayudya, Khmer, Cambodia, Birma Timur, koloni-koloni Sereh Srengenge Sriwijaya yang mencapai Kalimantan Utara, Filipina Selatan, ke timur sampai ke NTT, pulau Adonara dengan simbol sakral gading gajah, ke Barat sampai ke Tanjung Harapan Afrika Selatan, ke Utara sampai ke Taiwan (PinYin), ke Selatan sampai ke Christmas Island.

 

Tanah Sereh Srengenge ini disebut oleh Portugis sebagai Sunda Land, cikal bakal kerajaan di Tanah Yahwa Dwipa, atau tanah YahWe, dan Swarna Dwipa atau tanah Maat Ptah Ra atau Sumatra, yang berpusat di SalakaNegara di Utara JaketRA (bukan Jakarta), yang kemudian bermigrasi ke Timur bersama-sama kekuatan Sriwijaya, dan beraliansi bersama kerajaan Mataram Kuno.

 

Dari sisi Ibu, R. Wijaya mewarisi Negara Kertagama, Sutasoma, dan JangkaJaya Baya, suatu ajaran, filosofi, bahkan ageman asli pulau Jawa, yang turun di IrgiLewi atau Wukir Mahendra, atau gunung Lha-Wu (sebutan Cina untuk IrgiLewi), yang berkembang di Kediri pada awal-awal masa Airlangga, dan saat ini kitabnya, Dothogoboso disimpan di negeri Belanda.

 

Pemberian gelar RADEN pada Raden Wijaya pendiri Majapahit menjadi pertanyaan; sejak kapan gelar Raden ini ada ? Dan pada awalnya Hutan Tarik adalah SIMA, tanah perdikan yang diberikan oleh Jayakatwang kepada Raden Wijaya pada sekitaran awal abad ke-12, bahwa kemudian Majapahit bersekutu dengan Mongol (Dinasti Yuan) untuk berperang melawan Kediri (Jayakatwang) dan mengusir Mongol setelah itu, hingga akhirnya Majapahit berdiri pada 1215 Saka, atau tepatnya 10 November 1293, nama gelar dan kisah yang agak asburd bagi saya.

 

Aneh jika pendiri Majapahit bergelar raden sementara Birokrasi Majapahit bergelar Rakai, Bhre, atau nama-nama umum pada Birokrasi Jawa Klasik, sedangkan gelar Raden Wijaya adalah Kertarajasa Jayawardhana, gelar Rajasa menunjuk pada nama raja-raja Singasari seperti Rajasa Amurwhabhumi, gelar raden kalau tidak salah baru dipakai di era Demak Bintara pada abad ke-15, sementara Majapahit ada di abad ke-12.

 

Dan bagaimana episode Majapahit berhasil memukul mundur pasukan dinasti Yuan atau Mongol itu setelah perang besar-besaran melawan Jayakatwang, dan mengapa sisa konfederasi Majapahit sangat kental dengan nuansa Tiongkok ? Yang akhirnya pun bermasalah dengan putra Mahkota keturunan Mongol dari Dara Petak, ada apa dengan Majapahit dan Mongol ?

 

Yang sudah jelas dipertanyakan ulang seolah pertanyaan orisinal, itu versi Mataram Baru. Versi Pararaton, Babat Jawa, Babat Demak dan lain-lain menggunakan gelar Raden / Radean (?). Nama otentiknya tidak hilang dan / atau dihilangkan. Tapi muncul kesepakatan baru, konvensi baru dimana gelar Raden dipakai di tanah Pasundan, Jawa Tengah, Jawa Timur (malah ada tambahan Panji / Mapanji), juga Bali. Agak aneh bila keturunan Cakraningtat memakai gelar Raden.

 

Kenyataannya tidak ada raja Mataram Islam bergelar Raden, yang ada Pakubuwono, Mangkubumi, Paku Alam, Hamengkubuwono, tidak ada yang mengambil gelar raden yang merupakan gelar bangsawan kelas menengah, mungkin yang ada adalah Bhre Wijaya.

 

Juga kata Ra bukan berasal dari kata darah yang dalam bahasa klasik disebut getih, dan kata Adi adalah berasal dari kata Sanskert yang artinya tidak ada duanya, A; tidak Di: dua.

 

Mungkin tepat pada 2045, 500 tahun setelah jangkah Bintara Demak, mereka akan bangkit lagi dari kubur, mengawal negeri ini sekali lagi, Jaya Kawijayan, Surya Srengenge Maja Agung. Wallahu A'lam....(mda)

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

Mengganggu Bini Orang Berujung Petaka

Author Abad

Oct 26, 2022

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022