Legenda Sumber Lanang
Abad.id - Ini adalah foto sumber air yang menghidupi masyarakat di lereng gunung Lawu dan ngarai sekitarnya; Sumber Lanang. Terletak di kompleks perkebunan teh Jamus, masuk ke kecamatan Sine kabupaten Ngawi-Jawa Timur. Tidak begitu jelas kenapa diberikan nama sebagai Sumber Lanang, padahal background kisah folklore atau mitos yang mengiringi kemunculan sumber air ini adalah kisah pertemuan antara Dewi Sekartaji dengan suaminya Panji Asmarabangun alias Pangeran Inu Kertapati.
Awal kisah, sang dewi pergi meninggalkan istana entah Panjalu atau Daha tepatnya kurang tau. Seringkali dikisahkan sang dewi ini seneng banget minggat, karena di kisah Kleting Kuning juga soal minggatnya sang Dewi dari kerajaan dan menyamar sebagai gadis kampung yang buruk rupa. Ada banyak versi mitos Dewi Sekartaji yang minggatan sehingga membuat Panji Asmarabangun mencari-cari keberadaannya. Diversi Kleting Kuning, ia menyamar sebagai gadis kampung teraniaya, mitip cerita Cinderella. Gadis kampung yang berani ngunggah-unggahi (melamar) Ande Ande Lumut putra Mbok Rondo Dadapan. Diversi lainnya kurang lebih hampir sama dilain daerah. Jika dilogika, kalau cinta ya ngapain seneng minggat ya? Mosok dalam rangka menguji perasaan cinta… Halah embuh!
Di episode kisah Sumber Lanang, tersebutlah sang dewi yang jengkar keprabon (minggat dari kerajaan) menuju arah gunung Lawu, dan bertapa disana. Lalu sang suami, Raden Panji Asmarabangun bingung mencari-cari, lalu bertemulah mereka, tetapi sang Dewi menolak untuk kembali meski sudah dirayu-rayu pangeran.
Karena sang pangeran terus mendesak agar ia kembali ke kerajaan, sang dewi kemudian mengadakan sayembara uji kesaktian...(dasar orang sakti suka lebay)...dengan menancapkan sebilah keris ke sebuah batu. Sang Dewi berujar; "sok sopo'o sing bisa njabut keris iki, yen pria bakal tak pundhut dadi garwaku, lan yen wadon bakal tak dadekake sedulur sinarawèdiku...." Terjemahannya adalah barangsiapa yang berhasil mencabut keris ini jika laki-laki akan kujadikan suami, dan jika perempuan akan kujadikan saudara.
Demikian sayembara dibuat...maka Raden Panji Inu Kertapati berusaha mengikutinya. Dan dicabutlah keris yang menancap di batu tersebut demi cintanya kepada sang Dewi Sekartaji. Dan byuuuuurrrr....air seketika memancar keluar dengan derasnya begitu keris dicabut. Dan menjadilah sumber air yang keluar itu kemudian disebut sebagai Sumber Lanang. Silakan disimpulkan sendiri.
Lepas dari mitos soal Sumber Lanang, ada mitos berbeda di tempat lain tentang 7 bidadari yang mandi di telaga. Sepertinya, secara umum telaga atau sumber air diidentikkan dengan perempuan. Karena jika kita bergeser ke atas lagi dari daerah Sumber Lanang, menuju kompleks candi Cetho, kita akan menjumpai sebuah sumber air yang identik sebagai perempuan yang disebut patirtan Dewi Saraswati. Silakan diGoogling siapakah Dewi Saraswati.
Jika perempuan kita memiliki jati diri yang tidak dapat dipisahkan dari sumber daya air, sebagaimana dongeng bidadari mandi di telaga dengan kisah Jaka Tarubnya, maka masyarakat akan menjadi sangat berhati-hati dengan sumber daya air.
Perempuan adalah "agen" perubahan, perempuan adalah elemen dari "social engineering" yang amat sangat penting untuk mengamankan masa depan sumber daya air kita. Karena masa depan itu bukan saja soal kemajuan dan teknologi, tetapi juga rayuan para pemuda kepada sang kekasih yang mengandung modus, dan angin sorga.
Masa depan itu haruslah indah, masa depan itu haruslah dipenuhi romansa dan cinta, sebagaimana kita mengenang semua masa lalu sebagai keindahan yang abadi. Sejahtera dan kemakmuran yang mengiringi. Bukan dibuntingin lalu diPHP terpuruk di kesuraman, ditinggal buntingin rahim yang lain...ehhh !
Hadeehh ini sakjane mau ngomongin apa...Yo wes pokmen gitulah!(mda)
Penulis : Malika Dwi Ana
Foto : jepretan pribadi