images/images-1671601519.png
Sejarah
Indonesiana

Raden Sakti, Santri Sunan Giri Memilih Tidak Pulang ke Pajajaran

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

561 views

24 Comments

Save

Penulis : Pulung Ciptoaji

 

abad.id-Semakin lama pengarus Sunan Giri semakin luas juga kekuasaan spiritualnya. Pantas jika akhirnya pesantren Sunan Giri semakin berkembang dan mengundang banyak santri yang menetap. mereka para santri ini datang dari penjuru nusantara, mulai warga Sulawesi, Sumaatra dan Sunda. Para santri datang dari kalangan anak saudagar, anak raja hingga rakyat biasa yang ingin menimba ilmu agama di pesantren Sunan Giri. Maka pantas kalau Pesanren Giri berubah menjadi Kerajaan Giri yang penuh pendatang dan punya aturan sendiri.

 

Dalam buku Babat tanah Jawa menyebutkan, Giri kedaton atau kerajaan giri memiliki pengaruh yang hampir sama dengan Majapahit. Puncak pengaruh Sunan Giri saat diangkat menjadi Mufti atau sesepuh Waling Sanga, setelah Sunan Ampel wafat pada tahun 1478.

 

Dalam buku Kisah Walisongo tulisan Baidlowi Syamsuri mencatat, Sunan Giri memimpin Giri Kedaton mulai tahun 1478 sampai 1506 dengan gelar Prabu Satmata. Sunan Giri mempunyai pengaruh besar terhadap kerajaan-kerajaan Islam di nusantara. Bahkan jika kerajaan-kerajaan Islam Nusantara hendak menobatkan seorang raja, selalu memerlukan pertimbangan dari Sunan Giri.

 

 

Makam Raden Sakti di komplek gunung pentung memang masih misterius asal usulnya

 

Salah satu bangsawan  yang memilih menetap di Giri kedaton yaitu Raden Sakti. Tidak jelas awal cerita Raden Sakti ini. Hanya warga Kecamatan Bungah Gresik meyakini, Raden Sakti masih keturunan Prabu Siliwangi di kerajaan pajajaran. Sejak muda, Raden Sakti sangat suka berkelana melakukan perjalanan ke daerah-daerah, hingga sampailah di Giri Kedaton. Pangeran Raden Sakti yang sedang mencari jati diri ini akhirnya menjadi santri Sunan Giri dan menetap di wilayah Bungah.  

 

Dipilihnya tempat penyebaran agama Islam di kawasan Bungah, sebab di tempat itu terdapat sebuah gunung yang banyak begal. Sunan Giri menguji keberanian Raden Sakti untuk memberantas begal tersebut. Dengan modal pentungan, Raden Sakti berangkat ke gunung dan berhasil menaklukan para perampok. Sejak saat itu, kawasan tersebut dikenal dengan nama Gunung Pentung masuk Kecamatan Bungah. Ditempat ini, Raden Sakti merasa menemukan tempat yang tepat untuk menetap sekaligus mendirikan padepokan sebagai tempat untuk menenangkan diri dan syiar agama Islam.

 

“Berdasarkan cerita orang-orang tua dulu ketika Mbah Pentung datang dan menetap di gunung, masyarakat sekitar masih menganut agama hindu dan budha, dan Raden Sakti datang ke bungah disamping menenangkan diri juga mengembangkan syiar ajaran agama Islam,” kata Misbah warga setempat.

 

Beberapa dokumen dan tinggalan sejarah menyebutkan bahwa nama Raden Sakti ditemukan pada tahun 90 an. Berdasarkan tulisan di buku yang ada di pengurus makam panjalu.  Sebelum tahun 90-an masyarakat Bungah sekitar hanya mengenal makam keramat dengan sebutan makam Mbah Pentung karena letaknya berada di Gunung Pentung.

 

Hingga suatu saat, utusan kerajaan Pajajaran memenuhi Raden Sakti dan memintanya menjadi raja. Namun Raden Sakti menolak utusan tersebut, sebab sudah berjanji ke Sunan Giri akan menyebarkan Islam di wilayah Kecamatan Bungah. Dengan berat hati, utusan tersebut pulang ke Ciamis sambil melaporkan kondisi Raden Sakti.

 

Tidak hanya menyebarkan agama Islam saja, Raden Sakti juga mengajarkan perilaku sosial baik, tataa krama dan mempertahankan kebudayaaan. Salah satu peninggalan yang masih dipertahankan yaitu tradisi slametan untuk merayakan haul Mbah Raden Sakti. Waktu haul saat bertepatan dengan Hari Raya Ketupat yaitu pelaksanaan istighosah, hadhor, tahlil, dan ceramah yang dilaksanakan disekitar area makam. Serta tradisi  melayani musyafir yang hendak berjiarah di makam Mbah Petung. “Karena Raden Sakti berasal dari suku sunda, banyak pejiarah datang dari sana,” jelas Misbah

 

Di kompleks makam tersebut juga terdapat makam sesepuh dan para pengikut Raden Sakti. Misalnya di dalam cungkup utama terdapat makam Raden Sakti  keturunan Pajajaran Prabu Siliwangi, dan para cantriknya Mbah Gampang, Mbah Mireng, Mbah Maryam dan Mbah Singo Rono

 

Selain cungkup utama, di sebelah timur ada cungkup tempat makam Mbah Cukul yang menjadi sesepuh desa Pandowo Limo yang ada di Kabupaten Lamongan. Di Sebelah barat cungkup utama terdapat cungkup makam Mbah Asiman yang merupakan makam juru kunci pertama.

 

Sejalan dengan perkembangan zaman, kompleks makam yang dulunya kurang terawat dan terkesan angker kini telah berubah. Hampir setiap hari ada pengunjung sehingga perlu penataan dan terawat dengan baik. Renovasi terus dilakukan, terutama membangun pendopo untuk tempat berteduh pengunjung. “Terkadang beberapa orang yang sedang laku atau lelaku bermalam di komplek makam hingga berhari-hari bahkan ada yang berbulan Bulan,” jelas Misbah. (pul)

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022