images/images-1680150707.jpg
Tokoh

Mengukur Kekuatan Pangeran Mangkubumi Melawan VOC

Pulung Ciptoaji

Mar 30, 2023

1440 views

24 Comments

Save

Pangeran Mangkubumi 1. Foto pinterest.com

 

abad.id- Keraton Kasultanan Jogjakarta pernah memiliki pasukan bersenjata yang cukup disegani dibawah Pangeran Mangkubumi. Pasukan ini terdiri dari pasukan infanteri dan kavaleri yang sudah dilengkapi dengan senapan api dan meriam. Juga berbagai senjata tradisional seperti pedang, tombak dan panah. Adanya pasukan ini tidak terlepas dari keberadaan para prajurit dan laskar-laskar rakyat yang menjadi pendukung setia Pangeran Mangkubumi melawan melawan Pakubuwono II yang didukung VOC.

 

Sebenarnya Pangeran Mangkubumi tidak ikut terlibat dalam keberpihakan politik pewaris tahta kerajaan ayahnya, yakni Pakubuwono II. Perselisihan di dalam keluarga dimulai dari sebuah peristiwa yang bernama Geger Pecinan. Yaitu pemberontakan orang-orang Tiongkok di Batavia yang melarikan diri ke arah timur. Para pemberotak  ini selalu diburu dan terancam dibunuh secara keji oleh pasukan VOC. Hingga akhirnya mereka minta perlindungan Pakubuwono II. Awalnya, Pakubuwono II bersama dengan keponakannya, Raden Mas Said, menjadi pendukung pemberontak itu. Namun, keduanya akhirnya berpisah dukungan, dan Pakubuwono II justru berbalik mendukung VOC untuk melawan pemberontak. Sejak saat itu, Raden Mas Said berseberangan secara politik dengan Pakubuwono II.

 

Pada suatu ketika, Raden Mas Said berhasil merebut wilayah Sukowati dari wilayah kekuasaan Kartasura, dan juga berhasil menghancurkan istana Kartasura. Karena serangan itu, Pakubuwono II harus membangun istana baru di Surakarta. Ketika ia sudah pindah di Surakarta, ia membuat sayembara. Barang siapa berhasil merebut tanah Sukowati yang telah diduduki oleh para pemberontak pimpinan Raden Mas Said, akan diberi hadiah berupa tanah seluas 3.000 cacah.

 

Akhirnya, Pangeran Mangkubumi saudara kandungnya berhasil merebut Sukowati dari tangan Raden Mas Said, sekaligus mengusirnya pada tahun 1746. Dengan demikian, mestinya Mangkubumi yang berhak atas tanah seluas 3.000 cacah yang dijanjikan itu.

 

Akan tetapi, rupanya Pakubuwono II melanggar janji. Ia tidak memberikan tanah seluas 3.000 cacah itu kepada adiknya, Mangkubumi sebagai hadiah sayembara. Adapun yang menjadi penyebab Pakubuwono II melanggar janji karena hasutan dari Patih Pringgalaya. Isinya menyuruhnya untuk membatalkan perjanjian sayembara. Pangeran Mangkubumi mendengar berita itu langsung marah dan akan menuntut haknya.

 

Puncak dari kemarahan dan sakit hati Mangkubumi terjadi ketika Surakarta kedatangan Gubernur Jenderal VOC bernama Baron van Imhoff. Sang gubernur VOC tersebut mendesak Pakubuwono II untuk menyewakan daerah pesisir kepada VOC dengan harga 20.000 real. Hal ini harus diterima oleh Surakarta sebagai bentuk melunasi Hutang keraton kepada VOC. Namun, Mangkubumi menentang desakan gubernur VOC tersebut. Karena itu, terjadiah pertengkaran antara Baron van Imhoff dengan Mangkubumi. Dalam pertengkaran itu, Baron menghina Mangkubumi di depan umum.

 

Sejak saat itu, Pangeran Mangkubumi pergi dari Istana dan bergabung dengan keponakannya, Raden Mas Said sebagai pemberontak. Mangkubumi kemudian menikahkan putrinya yang bernama Rara Inten atau Gusti Ratu Bendoro dengan Raden Mas Said, sebagai tanda ikatan dari bergabung ke dalam kelompok pemberontak. Sejak dari sinilah, Pakubuwono II dan Pangeran Mangkubumi berseteru dan saling berebut kekuasaan.

 

Sejak saat itu Pangeran Mangkubumi bersama dengan Raden Mas Said melakukan pemberontakan melawan Pakubuwono II yang didukung VOC. Sebenanya pemberontakan ini lebih kepada Perang Saudara, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Suksesi Jawa III. Dalam perang tersebut, kekuatan Pangeran Mangkubumi diperkirakan mencapai 13.000 tentara. Perang tersebut berlangsung dengan alot. Di banyak medan pasukan Mangkubumi sering memenangkan pertempuran.

 

Salah satunya pertempuran di Jenar, wilayah Bagelen. Komandan pasukan Belanda bernama Mayor Klerck berhadapan langsung dengan abdi dalem Mantrijero bernama Wiradigda. Tombak Wiradigda berhasil menusuk bahu Sang Komandan, hingga pedang marsose yang dibawanya terjatuh. Mayor Klerck kemudian mengambil pistol dan mengarahkan ke Wiradigda. Namun pada saat yang tepat, prajurit bernama Prawirarana berhasil menusukkan tombak ke leher sang musuh hingga tewas seketika. Peristiwa ini terjadi pada bulan Desember 1751 dan memicu trauma yang mendalam di pihak kompeni Belanda. Tombak itu diabadikan sebagai salah satu pusaka Keraton Kasultanan Jogjakarta, dengan nama Kanjeng Kiai Klerek.

 

Karena sudah semakin terdesak, pihak VOC membuat langkah perdamaian dengan memberikan sebagian wilayah Surakarta kepada Mangkubumi. Pangeran Mangkubumi lalu mendirikan Kesultanan Yogyakarta. Hingga akhirnya Pangeran Mangkubumi menjadi raja pertama di Kesultanan Yogyakarta bergelar Sultan Hamengkubuwono I. (pul)

 

 

 

Artikel lainnya

Reruntuhan St Paul's College Makau Sangat Memukau

Pulung Ciptoaji

Dec 27, 2022

Surabaya Sambut Kapal Pesiar MS Viking Mars

Author Abad

Dec 20, 2022

Jugun Ianfu Dipaksa Melayani Seks 10 Orang Sehari

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Dari Kolaborasi ke Nominasi

Author Abad

Oct 26, 2022