images/images-1676740933.jpeg
Sejarah

Kedung Baruk Surabaya

Malika D. Ana

Feb 19, 2023

764 views

24 Comments

Save

Kedung Baruk Surabaya

 

 

Abad.id - Kedung Baruk adalah salah satu  kelurahan di kota Surabaya. Menilik namanya jelas sebuah nama tua. Ternyata di peta  1892, ada desa bernama Baruk. dan di selatannya bernama Kedung

 

.

Peta tahun 1892

 

Boleh jadi, nama Kedung Baruk adalah penyatuan kedua desa ini, yaitu desa Kedung Asem dan desa Baruk, menjadi Kedung Baruk. Hal ini sangat lumrah dan banyak dijumpai, salah satunya berkait administrasi desa.

 

Nahhh mencari makna kata Baruk, terasa sangat asing, aneh dan tak biasa. Ada pendapat bahwa nama Baruk  merujuk ke kata Waruk. Istilah Baruk atau Waruk itu merujuk kepada lahan-lahan yang ada di tepian sungai. Biasanya sungainya tidak terlalu besar seperti bengawan.

 

Dalam kamus Jawa Kuno Zoetmulder ada di entri "waruk" (bunyi w dan b sering bersubtitusi).

Dan memang, kawasan desa ini ada di tepian Kali Jagir.

 

Dalam salah satu sumber yang dipakai Zoetmulder, istilah "waruk" bersanding dengan "gaga" (ingat padi Gogo) atau lahan pertanian kering.

 

Toponimi yang menggunakan istilah waruk atau baruk selalu dilintasi sungai kecil. Nama ini konon ada di Lamongan dan Bangkalan. Mungkin di daerah lain juga ada.

 

Kali atau sungai Jagir, konon dibuat oleh belanda  kisaran tahun 1852 dengan tujuan salah satunya agar air sungai Kalimas, yang berasal dari Sungai Brantas tidak melimpah ketika di dataran Soerabaia, sehingga tak  terjadi banjir.

 

Peta Ekspedisi Cina di sepanjang Kali Brantas

 

Selanjutnya, pada tahun 1912, dibangunlah pintu air Jagir Wonokromo, yang sekarang sering disebut dengan Rolak Jagir. 

 

Pembangunan pintu air yang disaat masa lalunya disebut dam itu sudah dilakukan Belanda pada beberapa kawasan sekitar tahun 1889-an, seperti; Dam Gubeng, Ngagel, Wonokromo, dan Gunung Sari. Pintu air Gunung Sari itu kini sering disebut dengan Rolak Gunungsari.

 

Benarkah dibuat dan dibangun oleh Belanda ? Ataukah sudah ada kali kecil, atau rawa rawa, yang kemudian diluruskan dan diperlebar oleh Belanda?

 

Jika melihat nama Baruk, yang berkonotasi kuno, boleh jadi kali Jagir itu sudah ada sebelum kedatangan Belanda, meski mungkin tidaklah besar.

 

Karena menilik skesta peta dari Von Faber, dikisaran abad 9 kawasan itu dulunya masih berupa pulau pulau kecil, hal ini makin menguatkan bahwa dahulu memang kawasan muara. Nah... berkait dengan muara sungai, lalu ada fenomena buaya,  buaya muara yang beberapa masih ditemukan di sekitar bantaran kali. Lalu terciptalah folklore, cerita rakyat Legenda Buaya Putih.

 

Peta abad 9 masehi

 

Cerita tutur tersebut berkembang di sekitaran Kali Jagir/Kali Londo yang mengarah ke timur, kemudian dikenal namanya saat itu sebagai Rolag  Lanang. Sedangkan pecahan Kali Bratas yang ke utara atau Kalimas,  dikenal dengan istilah Rolak  Wadon. Cerita tutur yang berkembang di Kali Londo adalah mereka meyakini bahwa di sepanjang Kali Londo itu dihuni Buaya Putih.

 

Di sepanjang aliran Kali Londo, ternyata di kawasan Medokan Semampir ada punden yang terkait dengan keyakinandan cerita masyarakat tentang buaya. Apalagi sejak zaman lampau, kawasan itu adalah rawa-rawa. Disana terdapat punden yang dikeramatkan warga terkait dengan Buaya Putih. Punden itu berada di sebelah selatan Perumahan Medokan Semampir.

 

Cerita tutur menyebut sebagai Punden Nyai Angon Boyo. Sebuah makam seorang perempuan, di posisi tengah , diapit oleh dua buaya. (mbahDok)

Artikel lainnya

Sehat Bersama Pemerintah Baru 52,2 Juta Warga Indonesia Dapat Cek Kesehatan Gratis

Mahardika Adidaya

Oct 24, 2024

Salah Langkah Kebijakan Pangkas Nilai Tambah Ekonomi Hilirisasi Nikel

Author Abad

Jul 15, 2024

Menggali Dana Hibah Untuk Pensiun Dini PLTU

Author Abad

Jul 16, 2024

TNI Berumur 77 Tahun, Menjadi Dewasa Karena Tindakan

Author Abad

Oct 06, 2022

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

Pertukaran Budaya Indonesia Jepang Dalam Subtrack

Pulung Ciptoaji

Mar 02, 2023