images/images-1682675778.jpg
Sejarah
Indonesiana

Mungkinkah Supriyadi Kembar

Pulung Ciptoaji

Apr 28, 2023

488 views

24 Comments

Save

abad.id- Supriyadi dibawa dan diadili di Jakarta atas nama sebagai pemimpin pemberontakan PETA di Blitar tanggal 14 Februari 1945. Pemberontakan itu dapat ditumpas Jepang, beberapa orang yang simpatisan menjalani hukuman berat. Namun belakangan Supriyadi dinyatakan hilang sebelum tiba di Jakarta.

 

Tahun 1975 Supriyadi diusulkan sebagai pahlawan nasional. Untuk itu harus dipastikan dulu keberadaannya. Seperti dikutip dalam buku Membongkar Manipulasi Sejarah tulisan Asvi Warman Adam, berdasarkan informasi dari Nakajima bekas pelatih di PETA, pada akhir Februari 1946 atau pasca kemerdekaan, di rumahnya di Salatiga ia didatangi Supriyadi dengan dua orang temannya. Sempat ngobrol banyak tentang petualangan yang dianggap misteri. Kemudian rombongan Supriyadi melanjutkan pelarian ke pertambangan Bayah, Banten. Konon di daerah ini Supriyadi meninggal karena sakit dan dikuburkan Haji Mukandar.

 

Berdasarkan keterangan itu, bulan April-Mei 1975, Sekretaris Jenderal Departemen Sosial, Rusiah Sardjono mengunjungi daerah Bayah seperti yang dikabarkan Nakajima. Kedatangannya sambil membawa beberapa foto anggota PETA Blitar. Dengan tepat Haji Mukandar menunjukkan foto Supriyadi yang pernah dimakamkannya.

 

Lalu tim melakukan penggalian di Bayah dan ditemukan sebuah rangka. Kerangka itu dibawa adik tiri Supriyadi, Utomo Darmadi ke Yogya. Setelah dilakukan penelitian forensik oleh Prof.T. Jakob beserta timnya dari UGM, diyakini itu bukan kerangka Supriyadi. Meskipun hasilnya nihil, tanggal 9 Agustus 1975 pemerintah Indonesia tetap mengangkat Supriyadi sebagai Pahlawan Nasional.

 

Tokoh misterius ini selalu mengundang banyak versi cerita. Beberapa orang mengaku dirinya Supriyadi dengan penuh percaya diri. Pernah suati ketika Utomo Darmadi ditelepon Wakil Presiden Try Sutrisno, karena ada orangtua di Yogyakarta yang mengaku sebagai Supriyadi. Utomo berangkat ke Yogya dan menemuinya. Ketika ditanya dalam bahasa Belanda dan Jepang, ternyata tidak mengerti. Utomo Darmadi punya cara untuk mengenal saudaranya itu, yaotu dengankemampuan bahasa asing. Sebab Supriyadi pernah bersekolah di MULO dan MOSVIA dan ikut latihan kemiliteran Jepang. Dengan penuh kecewa, Utomo menyimpulkan orang itu bukan Supriyadi.

 

Supriyadi dianggap legenda yang masih berada di antara kematian dan kehidupan. Ada sebagian masyarakat menghubung-hubungkan tokoh sakti ini dengan kekuatan mistis dan kehadiran Ratu Adil. Tokoh Ratu Adil akan datang membebaskan bangsa dari kesulitan.

 

Dengan latar belakang seperti itu, terbitlah sebuah buku Mencari Supriyadi, Kisah Seorang Pembantu Utama Bung Karno, 2008 tulisan Baskara T. Wardaya berdasarkan wawancara dengan Andaryoko Wisnuprabu yang mengaku Supriyadi. Tokoh yang sama misterinya dengan Supriyadi ini tinggal di Semarang. Dalam penuturan, Andaryoko selalu hadir di mana-mana.

 

Setelah pemberontakan PETA di Blitar Februari 1945, Andaryoko memilh bersembunyi di hutan. Kemudian berpindah-pindah tempat dengan menumpang kendaraan menuju Jakarta untuk menemui Sukarno. Sukarno kaget dengan kehadiran Andaryoko yang mengaku Suriyadi. Karena sesama orang Blitar, Sukarno meminta membantu membawa tas ketika berlangsung sidang-sidang BPUPKI.

 

Kisah lain petualangan Andaryoko saat ikut ke Rengasdenglok dan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi anak muda bercelana pendek yang memegang bendara Merah Putih yang dikibarkan pertama kali setelah merdeka.

 

Kisah lain ketika moncong meriam ditujukan ke Istana tanggal 17 Oktober 1952, kebetulan Andaryoko berada di Istana Merdeka. Tatkala terjadi penyerahan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) tahun 1966, ia juga ada di Istana Bogor.

 

Dalam buku tersebut Andaryoko seperti tokoh yang sanggup menembus waktu. Ia tokoh mistis.pada tahun 1945 pasca ditunjuk menjadi Menteri Pertahanan, Andaryoko menyampaikan keinginan mundur dari kancah politik kepada Presiden Sukarno. Alasannya sudah memprediksi dua puluh tahun kemudian akan terjadi prahara nasional. Ketika itu para pengikut Bung Karno akan dibunuh atau disingkirkan. Namun, Bung Karno memintanya untuk menjadi pembantu utama bersama dengan Winoto Danu Asmoro.

 

Nama terakhir Winoto Danu Asmoro ini menjadi pembicaraan di surat kabar saat rencana penjualan rumah keluarga Sukarno di Blitar. Winoto bertindak sebagai juru bicara keluarga. Winoto adalah seorang tokoh Partindo.

 

Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan besar Andaryoko Wisnuprabu tentang keakuratan data. Ada keterangan Andaryoko yang sangat tidak akurat.  Misalnya Andaryoko mengatakan bahwa persiapan penyusunan naskah proklamasi dilakukan di rumah Sukarno. Tetapi semua sumber yang ada menyebutkan bahwa itu dilakukan di rumah Maeda yang kini terletak di Jalan Imam Bonjol Jakarta. Kemudian Andaryoko mengakui bahwa ia ikut menaikkan bendera Merah Putih tanggal 17 Agustus. Selama ini diketahui bahwa pengibar bendera itu adalah Abdul Latief Hendraningrat seorang tentara PETA. Latief dibantu seorang pemuda bercelana pendek yang kemudian diketahuinya bernama Suhud. Lalu siapakah Suhud dan apa kaitannya dengan nama Andaryoko

 

Pertanyaan yang kemungkinan salah, Andaryoko mengaku berada di Istana Bogor ketika terjadi penyerahan Surat Perintah 11 Maret 1966. Ia bisa masuk ke Istana Bogor karena sudah kenal dengan Hartini bahkan berjasa memperkenalkan Hartini kepada Sukarno tahun 1952. Karena hadir di Istana Bogor (di ruang lain bersama Tukimin, pembantu rumah tangga Bung Karno) maka Andaryoko mengatakan bahwa Supersemar itu tidak ada. Memang tiga orang Jenderal ke Istana membawa map tetapi Sukarno tidak mau membubuhkan tanda tangannya sehingga mereka pulang ke Jakarta dengan tangan hampa. Andaryoko yakin Supersemar tidak pernah ada. (pul)

 

 

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022