images/images-1683108800.jpg
Tokoh

Demontrasi Buruh Pimpinan Semaun Merugikan Belanda

Pulung Ciptoaji

May 03, 2023

422 views

24 Comments

Save

Semaun dan Darsono waktu masih muda. Foto dok net

 

abad.id- Nama Semaun dalam sejarah berdirinya Bangsa Indonesia selalu dihubungkan dengan sebuah ideologi kiri. Padahal peran Semaun dalam merintis menuju kemerdekaan sangat penting. Khususnya kepada buruh yang telah berhasil sadar berorganisasi dan menolak penindasan kaum kapitalis.

 

 

Bagi HOS Cokroaminoto di Surabaya, patut berbangga memiliki 3 murid cermelang. Mereka Sukarno berhaluan nasionalis, Semaun berhaluan kiri dan Kartosuwiryo yang hingga akhir hayatnya yakin dengan sikap negara Darul Islam. 

 

 

Semaun, tokoh revolusioner kelahiran Mojokerto pada 1899 ini, berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Sejak kecil, Semaun dikenal sangat cerdas. Di usia ke 13 tahun dan hanya berbekal ijazah sekolah dasar itu, Semaun diterima berkerja di Staats Spoor Maatschapi (Perusahaan Kereta Api Negara) sebagai juru tulis. Walaupun disibukkan dengan pekerjaan, keinginan belajarnya tak pernah padam. Setiap sore hari ia menyempatkan diri untuk belajar bahasa Belanda di Hollandsch Inlandsce School (HIS).

 

 

Dengan kedudukan dirinya sebagai pegawai kereta api, sebenarnya sudah cukup mapan dan terjamin kehidupannya. Tapi, karena semakin banyak penderitaan rakyat yang ia lihat kala itu, Semaun tergerak untuk melakukan gerakan pembebasan. Semaun masuk ke organisasi Sarekat Islam (SI) dibawah kepemimpinan Cokroaminoto pada usia 15 tahun. Di SI, Semaun menduduki posisi Sekertaris Sarekat Islam cabang Surabaya. Masuknya Semaun dalam gerakan SI mempertemukan dirinya dengan Henk Sneevliet di Surabaya tahun 1915.

 

 

Setelah cukup dekat dengan Sneevliet, Semaun memutuskan pindah ke Semarang. Tempat di mana Sneevliet mendirikan ISDV. Pecahnya Revolusi Sosialis/Komunis pada bulan Oktober 1917 di Rusia, bagaimanapun berpengaruh pada aktivitas politik kaum pergerakan Hindia Belanda. Kemenangan Revolusi Oktober di Rusia itu telah membangkitkan kesadaran komunisme. Revolusi Oktober memberi inspirasi bahwa imperialisme Belanda pasti dapat digulingkan, dan rakyat bumiputera akan dapat mendirikan negara yang bebas dan merdeka.

 

 

Di Semarang, Semaoen mendapatkan tugas menjadi pimpinan SI lokal. Karena sikap dan prinsip komunisme mereka yang semakin radikal, hubungan dengan anggota SI lainnya mulai renggang. Pada Kongres Nasional Sarekat Islam ke-2 di Jakarta yang diselenggarakan dari tanggal 20 hingga 27 Oktober 1917,  membahas hubungan antara agama, kekuasaan dan kapitalisme. Tema yang menimbulkan perdebatan keras dan kerenggangan (perpecahan) di dalam SI. Pasca Kongres, SI Semarang mulai mengadakan aksi-aksi untuk memperjuangkan cita-citanya.

 

 

 

Akhir tahun 2017, SI Semarang mengadakan rapat anggota dan menyerang ketidakberesan di tanah-tanah partikulir. Juga kaum buruh diorganisasi supaya lebih militan dan mengadakan pemogokan terhadap perusahaan-perusahaan yang sewenang-wenang. Korban pertama pemogokan ini adalah sebuah perusahaan mebel yang memecat 15 orang buruhnya. Atas nama SI, Semaoen dan

Kadarisman memprolamasikan pemogokan dan menuntut 3 hal.  Pertama, pengurangan jam kerja dari 8,5 jam menjadi 8 jam. Kedua, selama mogok, gaji dibayar penuh dan ketiga, setiap yang dipecat, diberi uang pesangon 3 bulan gaji. Dalam proklamasi pemogokan itu, mahalnya biaya hidup, juga digugat. Pemogokan ini ternyata merupakan senjata yang ampuh. Dalam waktu 5 hari saja, majikan menerima tuntutan SI Semarang dan pemogokan pun dihentikan.

 

 

Peristiwa tersebut semakin mempopulerkan nama Semaun di kalangan rakyat. Pada tahun 1919, saat menginjak usia 20 tahun, Semaun terpilih sebagai anggota pimpinan pusat SI merangkap Ketua cabang SI Semarang. Semaun juga aktif menulis di media massa. Bahkan, akibat tulisannya, Semaun sempat dipenjara di Yogyakarta dari Juli sampai November 1919. Di dalam penjara, ia menyibukkan diri dengan menulis novel berjudul Hikayat Kadirun dan buku berjudul Penuntun Kaum Buruh.

 

 

Lewat Penuntun Kaum Buruh, Semaun menuangkan gagasan agar buruh bergerak dengan menceritakan kondisi Hindia Belanda kala belum ada ketimpangan, "Ketika di Indonesia belum ada sepur atau trem (kereta api), maka keadaan negeri ini sunyi, sepi, tentram, dan damai. Begitu juga penduduknya (rakyatnya) yang hidup, berpikir, berbudi, serta bekerja dengan sabar dan damai. Hampir semua rakyat Indonesia mempunyai sebidang tanah yang memberikan penghasilan dan penghidupan baginya." tulis Semaun dalam bukunya.

 

 

 

Keluar dari penjara, Semaun kembali ke Semarang. Sikapnya kepada pemerintah Hindia Belanda makin radikal. Semaun benar-benar menerapkan ajaran Sneevliet. Ia berkembang jadi propagandis sosialisme yang keras. Sisi itu juga membawa perubahan pada SI yang semula lunak pada Hindia Belanda. Corak kiri, lama kelamaan makin kentara dalam SI. Kuatnya pengaruh Semaun membuat pimpinan SI lainnya kepayahan mengimbangi sikap kiri organisasi.

 

 

Bahkan, orang-orang kaya raya seperti Niti Semito, raja rokok kretek dari Kudus atau Haji Busro dari Semarang ikut mendukung SI ala Semaun. Banyak aksi-aksi mogok buruh yang didukung pengusaha lokal tersebut. H.O.S Tjokroaminoto merespons pergerakan Semaun dengan menulis buku berjudul Islam dan Sosialisme. Buku itu menjelaskan bahwa sosialisme ada dalam ajaran Islam.

 

 

Dengan cara propaganda dan managemen aksi yang baik sehingga mendatangkan simpati, hingga tahun 1920, Semaun berhasil membangun 93 cabang di Pulau Jawa (Cirebon, Semarang, Yogya, Surabaya, Madiun), beberapa di pantai Barat Sumatera dan pada perkebunan Deli. Anggota VSTP pada Mei 1923 telah mencapai 13.000 orang, atau hampir seperempat buruh industri perkeretaapian Hindia Belanda. Dari jumlah itu, 60 persen anggota pasti membayar iuran, sisanya membayar iuran organisasi pula namun tidak terlalu patuh.

 

 

Namun kekhawatiran pun muncul. Pimpinan SI pusat yang menginginkan azas Islam dalam SI mulai melihat Semaun sebagai bahaya. SI ala Semaun dianggap melenceng karena terlalu kiri. Kekhawatiran itu semakin meruncing saat Semaun mendirikan Perserikatan Komunis Hindia (PKH).

 

 

Sementara itu tahun 1920, pimpinan SI, H.O.S Tjokroaminoto dihadapkan ke masalah hukum dengan tuduhan korupsi, walaupun kemudian tak terbukti. Sedangkan Semaun sedang mengikuti rapat di Moskow yang dihadiri Stalin. Di kesempatan yang kosong ini, para pemimpin Central Sarekat Islam Agus Salim dan Soerjopranoto mencoba mendepak kaum kiri yang dinilai tidak sesuai dengan nilai keislaman. SI cabang Semarang di bawah pimpinan Semaun menjadi sasaran penertiban ini.  Selain membersihkan anasir Komunis di tubuh SI, rapat itu juga menghasilkan keputusan pemindahan SI pusat dari Surabaya ke Yogyakarta.

 

 

 

Pada 24 Mei 1922, Semaun telah tiba dari Moskow merasa tidak kaget dirinya sudah bukan anggota SI.  Semaun semakin serius mengawal pergerakan di kalangan buruh. Puncak dari rangkaian aksi mogok tersebut terjadi pada Februari 1923. Aksi tersebut muncul akibat pemerintah Hindia Belanda melakukan penurunan gaji buruh. Aksi mogok para buruh kereta api yang tergabung dalam VSTP pun terjadi. Aksi mogok itu meledak di beberapa kota. Tak hanya buruh kereta api. Polisi kolonial dari kalangan pribumi juga ikut melakukan aksi mogok.

 

 

Dikutip dari surat kabar Kaoem Moeda edisi 2 Februari 1923 yang mengabarkan banyaknya polisi-polisi pribumi berpangkat rendah melakukan aksi mogok demi menuntut tunjangan mereka. Tindakan mogok massal diberbagai kota ini membuat pemerintah Hindia Belanda geram.

 

 

Imbasnya, pada 8 Mei 1923, Semaun ditangkap di rumahnya di Semarang. Mirisnya, penangkapan Semaun bertepatan dengan kelahiran putra keduanya, Axioma. Semaun punya dua anak, anak pertama diberi nama Logika Sudibyo.

 

 

Meskipun media menulis Semaun tertangkap, aksi mogok masih dilakukan paa buruh di pulau Jawa. Penangkapan Semaun diikuti pula dengan keputusan pemerintah Hindia Belanda membuangnya ke Timor. Tapi, keputusan berubah lebih berat. Semaun harus dibuang keluar dari wilayah Hindia Belanda.

 

 

 

Semaun pun diasingkan ke Amsterdam pada September 1923. Namun, pengasingan ini malah menjadi semacam kekuatan bagi kaum kiri di Tanah Air, karena Semaun diangkat menjadi perwakilan partai komunis di Eropa.

 

 

Beberapa tahun kemudian, Semaun pindah ke Moskow. Oleh pemerintah Uni Soviet, Semaun dipercaya menjadi Ketua Badan Pembangunan Nasional wilayah Turkmenistan. Pada masa-masa awal kemerdekaan, dari Moskow, ia ikut mendukung pergerakan kemerdekaan Indonesia.

 

 

Semaun juga memulai siaran radio berbahasa Indonesia di sana. Ia bahkan mengajar bahasa Indonesia untuk sekolah-sekolah di Soviet. Semaun juga menikah dengan seorang wanita Soviet bernama Valentina Iwanowa. Mereka dianugerahi dua orang anak. Yang pertama, laki-laki bernama Rono Semaun. Sementara, yang kedua ada;ah wanita bernama Elena Semaun.

 

 

Setelah Indonesia merdeka, hasrat Semaun untuk pulang ke Tanah Air semakin menggebu. Namun, rencana kepulangannya sempat terhenti karena pemerintah Soviet takut Semaun membuka berbagai informasi penting yang membahayakan keamanan intelijen Soviet.

 

 

Semaun baru bisa pulang setelah mendaoat bantuan Sukarno. Ceritanya  sahabat satu perguruan Coroaminoto ini sedang berkunjung kali pertama ke Moskow pada Agustus-September 1956. Sukarno lalu meneruskan permintaannya kepada Marsekal Barsilov, pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet. Akhirnya, Semaun bisa pulang ke Indonesia pada 1957.


Sepulangnya ke Tanah Air, Semaun sempat mengajar mata kuliah ekonomi di Universitas Padjadjaran sejak 1961. Semaun juga mendapat gelar doktor honoris causa dari kampus tersebut. Di Unpad, Semaun mengajar hingga akhir hayatnya pada 7 April 1971 dan dimakamkan di Pasuruan.  (pul)

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023