images/images-1679718289.jpg
Sejarah
Riset

Inilah Penyebab Kegagalan Serangan Sultan Agung ke Batavia

Pulung Ciptoaji

Mar 25, 2023

1287 views

24 Comments

Save

Ilustrasi peperangan antara prajurit Mataram melawan tentara VOC di benteng Holand Batavia. Foto dok net

 

abad.id- Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma merupakan sultan Mataram ketiga yang memerintah dari tahun 1613 hingga 1645. Sultan Agung dikenal sebagai panglima perang dan ahli membangun negeri dan menjadi kekuatan militer yang hebat. Perangainya tegas dan tanpa ampun, membuatnya menghukum mati siapa saja yang tidak becus dalam bekerja. Tak terkecuali panglima perangnya.

 

Saat memimpin Mataram hingga mencapai kemasyhuran, Sultan Agung bernafsu untuk menguasai Batavia. Dalam buku Sejarah Mataram tulisan Soedjipto Abimanyu mengatakan, Ada alasan Mataram perlu melancarkan serangan terhadap VOC. Pertama VOC telah melakukan penekanan pada rakyat dan melakukan monopoli hasil bumi, sehingga menyebabkan rakyat menderita. Kemudian, hal tersebut berimbas pada stabilitas Kerajaan Mataram yang terganggu akibat perbuatan VOC.

 

Sejak kedatangan VOC di Batavia, Sultan Agung sudah menampakkan ketidaksukaannya. Sejak kabar VOC berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten kemudian namanya diubah menjadi Batavia. Wilayah ini yang belum mampu ditaklukan Kerajaan Mataram. Apalagi, terbukti VOC berbuat semena-mena terhadap warga pribumi.

 

Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma raja Mataram ketiga yang memerintah dari tahun 1613 hingga 1645. Foto dok net

 

Pada tahun 1621, Mataram mulai menjaki hubungan dengan VOC. Kedua pihak saling mengirim duta besar. Namun VOC ternyata menolak membantu saat Mataram menyerang Surabaya. Akibatnya, hubungan diplomatik kedua pihak pun putus. Setelah Surabaya jatuh ke tangan Mataram, sasaran berikutnya Kesultanan Banten di ujung barat Pulau Jawa. Namun, posisi Batavia yang menjadi "benteng" Kesultanan Banten perlu ditaklukan terlebih dahulu.

 

Sultan Agung pun menyiapkan pasukan guna menyerang kedudukan Belanda di Batavia. Berbagai persiapan pun dilakukan dalam rangka penyerangan tersebut, mulai dari persiapan perbekalan hingga melatih keterampilan perang para prajurit Mataram.

 

Serangan terhadap VOC sebanyak dua kali. Tahap awal diberangkatkanlah satu armada perang Mataram ke Batavia di bawah pimpinan Tumenggung Bau Reksa. Dalam penyerangan itu, Tumenggung Bau Reksa membawahi sebanyak 59 kapal dan 20.000 pasukan. Menyusul satu bulan kemudian, pasukan tambahan bulan Oktober 1628, yang dipimpin Pangeran Mandurareja (cucu Ki Juru Martani) dengan membawa 10.000 prajurit.

 

Pada tanggal 22 Agustus 1628, Tumenggung Bahureksa berangkat dari Kendal mendaratkan 59 perahu berisi 900 prajurit ke teluk Jakarta. Di dalam kapal itu, armada Bahureksa membawa 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa dan 12.000 karung beras. Semua itu tentu saja tidak diakui sebagai perbekalan untuk menyerang benteng Batavia.

 

Armada Bahureksa beralasan kedatangannya hanya untuk berdagang. Turut dalam rombongan itu Adipati Ukur yang kala itu Bupati Wedana Priangan. Perang besar pun terjadi di benteng Holandia. Namun, serangan ini gagal lantaran pasukan Mataram terserang wabah penyakit dan kekurangan bekal (air dan makanan). Kegagalan tersebut juga disebabkan oleh terpecahnya konsentrasi pasukan. Sebab, pada saat bersamaan, pasukan yang menuju ke Batavia itu juga berperang melawan kerajaan-kerajaan di sepanjang pesisir utara Jawa dalam rangka penaklukan dan pembumihangusan.

 

Karena gagal, dua bulan berikutnya pada Desember 1627, Sultan Agung mengirim algojo untuk menghukum mati dua panglimanya Tumenggung Bau Reksa dan Pangeran Mandurareja. Namun sebuah sumber menyebutkan bahwa Panglima Bau Reksa terbunuh dalam penyerangan di markasnya.

 

Sementara itu Adipati Ukur yang saat itu menjadi bagian dari pasukan Tumenggung Bau Reksa, tak berani menghadap ke Sultan Agung. Ia takut bila dipenggal kepalanya. Selanjutnya Adipati Ukur memilih bersembunyi di kawasan Gunung Lumbung.

 

Tindakan Adipati Ukur ini dilaporkan kepada Sultan Agung. Sontak penguasa Mataram itu marah, ia mengutus pasukan untuk mencari Adipati Ukur dan menangkapnya. Pasukan Mataram pun berangkat menuju Gunung Lumbung sebagaimana laporan intelijen Mataram, mengenai tempat persembunyian Adipati Ukur. Perang pun terjadi saat pasukan Mataram bertemu dengan pasukan Adipati Ukur di Gunung Lumbung.

 

Namun pada akhirnya Adipati Ukur dapat ditangkap dan dibawa ke hadapan Sultan Agung pada 1632 Masehi. Dikarenakan sudah murka, Sultan Agung menjatuhkan hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya di alun - alun. Sepeninggal Adipati Ukur, Sultan Agung menyerahkan jabatan bupati wedana Priangan kepada Pangeran Adipati Rangga Gede. Selain itu, Sultan Agung juga melakukan reorganisasi pemerintahan di Priangan untuk memberikan stabilitas situasi dan kondisi di daerah itu.

 

Setelah kegagalan serangan pertama, Sultan Agung mengirimkan armada kedua tahun 1629. Kali ini, pasukan Mataram dipimpin oleh Adipati Puger. Dari sisi persenjataan, penyerangan kedua lebih lengkap dan persiapan yang lebih matang. Untuk mengantisipasi kekurangan makanan, maka dibangun lumbung-lumbung makanan di sekitar Batavia. Penyerangan kedua ini dipimpin panglima perang Adipati Ukur dan Adipati Juminah. Pasukan pertama yang dipimpin oleh Adipati Ukur diberangkatkan pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat bulan Juni. Jumlah semua pasukan Mataram untuk penyerangan kedua 14.000 orang.

 

Namun lagi-lagi penyerangan kedua berhasil digagalkan oleh VOC. Penyebab kegagalan dibakarnya tempat penyimpanan makanan pasukan Mataram oleh prajurit VOC, dan banyak anggota pasukan terjangkit wabah kolera. Sehingga pasukan Mataram banyak yang mati. Bahkan, penyakit ini juga menewaskan Gubernur Jenderal VOC di Batavia, Jan Pieterzoon Coen.

 

Dalam Sejarah Mataram tulisan Soedjipto Abimanyu, disebutkan  beberapa penyebab umum kegagalan kedua penyerangan tersebut. Pertama, jarak antara Mataram dan Batavia terlalu jauh. Hal ini kemudian mengakibatkan melemahnya ketahanan para prajurit Mataram. Sebab untuk menuju Batavia para prajuri ini harus perjalanan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.

 

Kedua, sistem persenjataan yang kurang canggih. VOC sudah memiliki senjata yang serba modern dan senapan, sementara prajurit Mataram masih menggunakan senjata tradisional. Alasan lain pengkhianatan Portugis. Dalam penyerangan itu, sebenarnya Mataram telah membuat kesepakatan dengan Portugis. Dalam kesepakatan itu, Portugis berjanji akan membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut, sedangkan Mataram lewat darat. Namun, ternyata Portugis mengingkari janjinya sehingga.

 

Adal alasan lain, rupanya Sultan Agung tidak mengajak kerja sama Banten yang sebenarnya musuh VOC.  Kesalahan lain penyerangan yang tidak serempak. Terjadi miskomunikasi antara armada laut dengan darat dalam penyerangan tersebut. Ternyata, angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda. Keenam, ada penghianatan. Saat  pernyataan perang terhadap Batavia, ada pihak pribumi yang berkhianat kepada Mataram dengan membeberkan usaha serangan. Akibatnya, rencana penyerangan yang disiapkan dengan matang berhasil diketahui oleh Belanda. (pul)

 

Artikel lainnya

Kembali ke Jati Diri Adalah Kembali ke Kebun, Sawah dan Segenap Pertanian Rakyat

Malika D. Ana

Apr 03, 2023

hari selasa pagi

Reta author

Feb 21, 2023

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

Menjelajah Tempat Industri Gerabah Era Majapahit

Pulung Ciptoaji

Dec 21, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023