Masa kecil mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama pernah yinggal di Bulak Sumur Blok D7 Yogjakarta. Bibi pengasuhnya menggendong bayi Maya Sutoro adik tiri Obama. Obama sering berkunjung ke Yogjakarta dan suka mengajar Bahasa Inggris kepada kerabat. Obama sangat terkesan dengan keluarga dan warga Yogjakarta yang ramah. Foto fb
abad.id- Di tengah kebesaran nama dan penampilan yang tegar, Obama adalah orang biasa yang merasakan pilu, kesedihan. Pencarian jati diri, kehilangan figur ayah, rasa terpinggirkan pernah menghantuinya. Hal ini kadang membuat dia berontak pada keadaan dengan berbuat hal buruk seperti mengonsumsi kokain. Namun, jalan hidupnya relatif terjaga, karena sentuhan tangan kakek nenek dan tentu peran ibunya.
Salah satu mentor politiknya Emil Jones, politisi kulit hitam Chicago mengatakan bahwa Obama adalah seorang dengan kegelisahan yang kronis. Namun, berkat peran besar nenek dari pihak ibu, juga pantauan ketat dan nasihat ibu kandung, Obama terhindar dari jalur yang merusak masa depannya.
Berbeda dengan teman-temannya yang lengkap keberadaan ibu dan ayah. Obama menjalani hidup dengan bertanya-tanya, seperti apa gerangan ayahnya. Obama Senior, ayahnya, melihat Obama untuk kali terakhir pada tahun 1971, ketika kembali ke Hawaii dalam sebuah kunjungan selama sebulan. Dia berbicara dengan Obama Junior di Punahou High School. Saat itu Obama tinggal dengan kakeknya karena ibunya memilih tinggal di Indonesia.
Dalam Buku Barack Obama Kisah Lengkap Perjalanan Hidup Dan Karier Politik Tulisan Simon Saragih dijelaskan, Obama bersama ibunya tanpa pernah mendapatkan dukungan dari ayahnya yang tinggal di Kenya dan punya anak pernah tergantung pada food stamps. Kenyataan ini membuat ibu Obama sempat dicerca. Masalahnya ia bisa sekolah dan ibunya adalah seorang mahasiswa di University of Hawaii.
Neneknya bekerja di sebuah bank dan kakeknya seorang pedagang mebel. Kenyataan ini membuat Chicago Tribune menuntut Obama meningkatkan kualitas moral dan meminta maaf pada publik AS, karena ibunya mengandalkan hidup dari dana jaring pengaman sosial atau Food Stamps.
Setiap tahun menjelang bulan syawal Barack Obama ikut keluarga besar Lolo Sutoro mudik ke Yogjakarta. Foto istimewa
Menurut harian itu, tak layak keluarga tersebut meraih dana jaring pengaman sosial mengingat keluarga mereka bukan tergolong sangat miskin. Namun, sama seperti era bangsa Indonesia saat ini, pada dekade 1960-an dan 1970-an, di AS terkenal tindakan warga yang memanipulasi pendapatan untuk mendapatkan dana jaring pengaman sosial.
Kenangan Obama Tinggal di Indonesia
Setelah lulus sarjana muda empat tahun kemudian (1967), janda Obama, Ann Dunham menikah dengan pria Indonesia, Lolo Soetoro yang juga mahasiswa di University of Hawaii. Lolo melamarnya pada tahun 1967. Setelah perkawinan itu, Ann dan Obama berangkat dan tinggal di Indonesia. Keadaan kehidupan yang kontras terjadi. Ann tertarik lebih menjadi berkarakter Indonesia ketimbang suaminya yang malah lebih berkarakter Barat, demikian ditulis di majalah Time.
Ann menjadi pengajar bahasa Inggris bagi eksekutif perusahaan Indonesia di Kedubes AS di Jakarta dan juga pengajar bahasa Inggris di Ford Foundation. Obama belajar di SD Katolik Fransiscus Asisi, Tebet, selama dua tahun dan pindah ke SD Negeri O1 di Menteng, Jakarta. Kepindahan Ann dengan membawa Obama ke Indonesia, juga turut membuat nama Indonesia disebut-sebut, sebagai salah satu negara yang pernah ditinggali Obama. "Anda dari Indonesia, Anda pasti bangga dengan terpilihnya Obama,” kata Roy Cooper di Boston pada saat hari pemilu 4 November pada wartawan Indonesia.
Rekan-rekan Obama sekelas ketika berada di Indonesia selama empat tahun masih memiliki kenangan soal Obama. Bahkan rekan-rekannya mengirimkan album yang diserahkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk diserahkan pada Obama dalam kunjungan Presiden ke Washington DC pada 14 November 2006.
Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama menegaskan kedekatannya secara emosi dengan Indonesia saat kunjungan dalam rangka berlibur 1 Juni 2017. Foto AFP
Sebagaimana pernah diberitakan kantor berita Reuters pada 23 Maret 2008, rekan-rekan sekelas Obama melakukan reuni untuk menyatakan dukungan penuh Obama. Widiyanto Hendro (48) yang duduk di samping Obama di kelas mengenang Obama kadang berjuang agar pernyataannya dalam bahasa Indonesia bisa dimengerti rekan-rekannya. Jika tidak bisa, dia menggunakan tangan untuk menegaskan apa yang hendak dia ucapkan.
Jika sedang dikerjain teman-temannya, Obama mengucapkan kata "curang". Hendro tidak melihat kelebihan Obama sebagai siswa, namun mengaku Obama memiliki talenta khusus. "Dia bisa menggambar bagus Spiderman, Batman dengan tangan kidal," kata Hendro.
Kawan lain bernama Citra Dewi (47) mengenang Obama yang sering mempermainkan rambut siswi sekelasnya. Obama tertawa saat media melukiskan Soetoro sebagai seorang Muslim radikal dan menyekolahkan Obama ke sekolah Muslim. "Kesukaannya yang paling besar adalah Johnny Walker Black, dan musiknya favoritnya adalah lagu-lagu Andy Williams. Saya masih ingat lagu Moon River kesukaannya. Dia bisa melantunkannya dan dia pintar berman tenis. Inilah dunianya. Saya kira ketidakcocokan mereka (Ann dan Lolo) berlangsung sangat cepat."
Obama juga mengenang pada awalnya ibunya merasa kesepian, tetapi tidak pernah mau bergabung dengan para istri warga asing yang ada di Indonesia. Ann suka membuat Soetoro jengkel karena sering menolak menghadiri acara makan malam yang diadakan perusahaan Union Oil, tempat Soetoro bekerja John McGlynn. Seorang sahabat dan teman lama Ann di Jakarta, mengenang Ann lebih menyukai nuansa lokal dan merasa bahagia ada di sekitar itu.
Namun di usia 10 tahun tahun 1971, Obama dikirim kembali ke Hawaii, tinggal dengan kakeknya dan bersekolah di Punahou dengan alasan demi kualitas pendidikan. Setahun kemudian Ann menyusul Obama ke Hawaii, membawa putrinya Maya Soetoro dan meninggalkan suami. Ann kembali mempelajari program master antropologi soal Indonesia di University of Hawaii, Honolulu. Kali ini kuliah Ann lancar.
Setelah tiga tahun tinggal bersama anak-anaknya di sebuah apartemen kecil di Honolulu, dengan bantuan beasiswa, Ann kembali ke Indonesia untuk riset doktor antropologi. Saat itu Obama sudah berusia 14 dan memilih tinggal di Hawaii karena capek dengan hal-hal dan lingkungan baru. Obama Junior pun menghargai kebebasan yang diberi kakeknya.
Lolo Soetoro, yang bekerja di Union Oil, perusahaan minyak AS di Jakarta, sering mengunjunginya di Hawaii, namun tak pernah lagi hidup bersama. Ann meminta cerai pada tahun 1980. Saat masih hidup Ann masih tetap melakukan kontak rutin dengan dua mantan suaminya, namun bukan minta dukungan untuk pengembangan anak. Maya Soetoro mengatakan ibunya tak terbenam pada masalah perceraian dan siap mengembangkan sendiri dua anaknya.
Obama sendiri mengenang ayah tirinya mengajarinya bertinju setelah dia dipukul rekan sekolah yang lebih tua dan memberi Obama makan eksotis dari daging ular dan belalang bakar. Kenangan lain Obama saat berada di Indonesia, adalah ketika terkejut tinggal di rumah dengan keberadaan binatang-binatang seperti monyet, burung-burung gereja, ayam berkeliaran di Indonesia. Serta ibunya pernah memberi uang kepada pengemis yang jumlahnya banyak.
"Ibu saya kemudian memberi uang secara selektif pada pengemis yang terlihat lebih menderita,” kata Obama, yang menyukai kemurahan hati ibunya yang kemudian dia tiru.
Ketika mencalonkan diri sebagai capres, Obama didera tuduhan yang langsung menyebar pesat, yakni dia belajar di sebuah sekolah militan di Indonesia. Padahal, Obama belajar di SD Katolik Fransiscus Asisi dan kemudian pindah SD Negeri 01 Menteng, Jakarta Pusat.
Tak ada yang lebih heran soal tuduhan itu ketimbang Julia Suryakusuma (53), rekan dekat ibunya hingga meninggal pada 1995 akibat kanker rahim. Julia seorang penulis, membela Obama dari sudut pandangnya tentang ibu Obama.
Sudah pasti Obama sangat jauh dari tuduhan telah dibesarkan sebagai radikalis. Surya kusuma melukiskan Ann Dunham sebagai seorang humanis dan liberal, yang ingin lancar berbahasa Indonesia dan menghargai budaya lokal. "Dia tertarik pada agama, namun tak memilih satu pun. Dia seorang pemikir bebas. Dia pionir dan ketika tiba di Indonesia dia kagum dan suka.”
Di meja tempat kopi di rumahnya yang modern dan indah di Jakarta, penuh dengan aksesori Indonesia yang menyenangkan rekan-rekannya. Di sana terletak foto keluarga di masa-masa bahagia. Ann berkulit pucat selalu berusaha tampil dengan senyuman. ”Ann Dunham sangat putih walau ada darah Indian Cherokee di tubuhnya. Saya kira dia mencintai orang dari mana saja,” kata Surya Kusuma.
Obama juga mengatakan salah satu kakek buyutnya adalah seorang berdarah Cherokee penuh. Ibunya Obama memiliki darah campuran Inggris, Irlandia, Jerman, dan Cherokee serta sepupu jauh dengan Wakil Presiden Dick Cheney, Presiden AS George W Bush, dan Harry Truman.
Ann dikabarkan peduli dengan násib wanita miskin. Ann terbiasa dengan dunia dengan budaya yang berbeda dan menghargai komunitasnya, seperti apa adanya. ”Saya kira saya mewarisi sifat itu,” kata Obama Junior.
Di Indonesia, Ann terbiasa dengan makanan, pakaian dan budaya Indonesia. Ia bahkan pernah bekerja sama dengan BRI dalam pengembangan program kredit mikro. Ann diberitakan betah tinggal di Indonesia, dan loyal pada pekerjaannya.
Pada tahun 1992, Ann menyelesaikan disertasi doktor setelah 20 tahun. Ann kembali ke Hawaii dan kemudian meninggal pada 7 November 1995 pada usia 52 tahun karena kanker rahim.
Maya Soetoro mengatakan, satu hal yang pasti ditinggalkan ibunya, yakni pemikiran yang terbuka pada apa saja termasuk kesediaan menghadapi tantangan.
Surya Kusuma mengenang Ann Dunham memanggil anaknya Barry. ”Kami berdua sama-sama sebagai ibu. Lami kadang bercerita soal sulitnya bagi seorang ibu berpisah dan mengirimkan anak jauh-jauh. Akan tetapi, ia benar-benar perhatian pada pendidikan Barry.”
Julia pertama kali bertemu Obama ketika mengunjungi ibunya di Jakarta. ”Dia begitu bangga pada Obama. Saya ingat dia sangat bahagia ketika Obama menjadi Presiden Harvard Law Review kulit hitam pertama,”kata Julia.
”Anda tahu, memiliki ibu kulit putih dan ayah kulit hitam dan datang ke Indonesia, saya melihat dia memiliki empati yang sama dengan ibunya. Dia pasti sangat bangga jika tahu Obama menjadi calon presiden AS kemudian bahkan menjadi kebersamaannya dengan Dunham," kata Julia yang masih bisa merasakan kehangatan keluarga Obama. (pul)