images/images-1688106445.jpg
Sejarah

Misteri Harta Karun Revolusi

Pulung Ciptoaji

Jun 30, 2023

432 views

24 Comments

Save

 

 

abad.id- Pembahasan harta karun misterius dari presiden pertama Indonesia, Soekarno tidak pernah berhenti sampai kini. Terlepas dari kebenaran ada dan tidak ada, harta karun yang diyakini sebagian orang tersebut masih tersimpan di tempat yang aman. Hanya saja tidak mudah untuk mengambil kembali harta karun, meskipun dengan campur tangan politik.

 

Konon Soekarno mewariskan kekayaan Kerajaan Mataram. Ada pula yang menyebut Presiden Ke-1 itu menyimpan dana revolusi senilai Rp 55 triliun. Ada yang paling sering dipercaya adalah kepemilikan Soekarno atas batangan emas. Katanya, Soekarno memiliki 57 ton emas yang disimpan di Bank Swiss. Seluruh emas tersebut konon dipinjam Presiden AS John F. Kennedy pada 1963 untuk pembangunan Paman Sam.

 

Baca Juga : Agus Salim Menjadi Menusia Merdeka

 

Cerita-cerita itu terus diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga terlanjur mengakar. Bahkan, tidak sedikit orang yang berburu harta tersebut. Mereka percaya jika seluruh harta itu dikumpulkan, maka dapat melunasi utang negara. Tak heran, berbagai cara pun dilakukan untuk mencari lokasi harta. Ada pula yang memanfaatkan jasa dukun.

 

Meski begitu, seluruh upaya pemburuan harta itu sampai sekarang tidak membuahkan hasil. Artinya, ada dua kemungkinan, harta tersebut memang benar tidak ada atau tersimpan di lokasi tertentu. Menggali harta karun pernah dilakukan di Batu tulis tahun 2002. Menteri Agama Said Agil Husin Al Munawar mendapat informasi dari seseorang tak dikenal kalau ada bongkahan emas peninggalan harta Prabu Siliwangi di kompleks Prasasti Batu Tulis, Bogor. Said Agil sumringah. Pikirnya, jika kabar itu benar, maka negara akan tertimpa durian runtuh. Dia mengklaim kalau emas itu dijual, maka utang negara akan lunas. Saat itu, utang negara mencapai 36,4 Miliar dollar AS. Kabar ini pun heboh. 

 

Baca Juga : Mengenal Istana Batutulis Tempat Ganjar Diumumkan Jadi Capres

 

Lalu, apakah benar Soekarno sangat miskin sehingga rumor harta karun itu memang tidak ada. Disebutkan di sebuah sumber, gaji presiden hanya US$ 220. Dia tidak memiliki rumah dan tanah. Maka Soekarno dan keluarga hidup dari istana ke istana yang dimiliki negara.

 

Putra pertama Soekarno, Guntur Soekarnoputra membenarkan tentang kondisi kekurangan sang ayahnya. "Sebagai presiden, Bung Karno adalah presiden yang paling miskin di dunia. Ia tidak punya tanah, tidak punya rumah, apalagi logam-logam mulia seperti yang digembar-gemborkan orang selama ini," kata Guntur.

 

Baca Juga : Sejak Dulu Sudah Ada Tipu-Tipu Sayembara Berhadiah

 

Harta Karun Jepang Untuk Revolusi

 

Harta karun untuk kebutuhan pembiayaan revolusi memang banyak sumber yang tidak jelas. Sumbangan dari warga dan kelompok solidaritas berupa harta, barang berharga, uang dan barang kebutuhan revolusi tidak pernah tercatat jumlahnya. Sebab saat itu tidak ada sebuah lembaga yang mengatur sumbangan untuk perjuangan. Sehingga akuntanbilitas dan sistim pelaporan tidak pernah ada. Para penyumbang saling percaya saat akad pemberian, dan penerima yakin berperilaku jujur digunakan untuk perjuangan.

 

Kisah harta karun untuk revolusi ini pernah dilakuan Tomegoro Yoshizumi, memimpin aksi "pencurian" di kantor Laksamana Muda Tadashi Maeda. Dalam buku Jejak Intel Jepang tulisan Wenri Wanhar menyebutkan, saat itu Tan Malaka mengorganisir aksi rapat raksasa Lapangan Ikada tanggal 19 September 1945. Ratusan ribu orang dari seluruh penjuru mata angin berduyun-duyun menuju Lapangan Ikada (sekarang Monumen Nasional). Suasana riuh rendah. Dalam panggung sejarah Indonesia, demonstrasi itu dikenal sebagai Peristiwa Rapat Raksasa Lapangan Ikada.

 

Baca Juga : Hadiah Desember, 28 Tahun Lalu PlayStation Diluncurkan di Jepang

 

Rapat raksasa itu membuat bala tentara Jepang di Jakarta dan sekitarnya panik. Mereka bergerak membayang-bayangi. Ketika perhatian Kempeitai fokus pada aksi massa tersebut, Yoshizumi mengorganisir aksi "pencurian" di kantor Laksamana Maeda. Uang hasil "curian"itu diserahkan kepada Tan Malaka untuk dana perjuangan.

 

Chou Shinmo, anggota Kaigun Bukanfu dalam sebuah kesaksian menceritakan terlibat dalam aksi pencurian itu. "Beberapa hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, saya diperintahkan Yoshizumi menyelundupkan barang-barang dari gudang gudang kantor Kaigun Bukanfu," ungkapnya. Barang-barang selundupan itu dialirkannya melalui sungai di sebelah kantor Kaigun Bukanfu sampai di Kota.

 

Baca Juga : Mengintip Rahasia Industri Jamu Nyonya Menir

 

Sungai yang dimaksud Chou Shinmo adalah sungai yang mengalir di bawah rel kereta antara Masjid Istiqlal dan Jalan Veteran I Juanda Jakarta Pusat, persis di sebelah markas Kaigun Bukanfu (kini Markas Besar Angkatan Darat di Jalan Medan Merdeka Utara Jakarta). Dari markas Kaigun Bukanfu ke sungai itu hanya menyeberang jalan.

 

Setiba di Kota, barang-barang selundupan itu dijual di pasar gelap. Chou Shinmo sendiri yang menjualnya dan menyerahkan uangnya kepada Yoshizumi.

 

Baca Juga : Pemuda Masa Kini Ternyata Masih Doyan Jamu

 

"Sebagian uang itu kemudian diserahkan Yoshizumi kepada Tan Malaka. Sebagian lagi digunakan Tomegoro Yoshizumi untuk membangun kelompok. Kelompok perjuangan gerilya yang disebut laskar," kata Chou Shinmo.

 

Dalam perkembangannya. laskar-laskar gerilya yang berhasil dibangun Yoshizumi, berkat campur tangan Entol Chaerudin disatukan dengan kelompok bentukan Tan Malaka (Persatuan Perjuangan).

 

propaganda jepang

Selebaran propaganda Jepang 

 

Belum puas aksi "pencurian" di kantor Laksamana Maeda, Yoshizumi berangkat ke Jawa Timur. Dia berada di Surabaya pada September 1945. Sesampainya di Surabaya, Yoshizumi ditangkap pemuda yang sedang melakukan pelucutan tentara Jepang. Yoshizumi tidak bersenjata dan berseragam tentara, tapi dari parasnya siapa pun bisa menebak bahwa dia orang Jepang.

 

Baca Juga : Ketika Studio Nirwana Jadi Penuh PSK

 

Namun ternyata Dewi Fortuna masih berpihak. Yoshizumi dilepaskan oleh Prabowo, salah satu pimpinan pemuda Surabaya yang mengenalinya. Sewaktu membebaskan Yoshizumi dari tangan pemuda, Prabowo menemukan sepucuk surat kepada tim penelitian Operasi Lintas Laut Banyuwangi-Bali. Kepada Prabowo, Yoshizumi mengatakan sudah menjadi Indonesia dan bernama Arif. Dia juga mengatakan, kedatangannya ke Surabaya atas perintah Maeda untuk menemui Shibata, sebab terbetik kabar Shibata sudah tidak aman.

 

Di samping itu, Prabowo sangat berminat tentang harta karun senjata di Pulau Bali. "Sekutu segera datang. Belanda ikut membonceng. Mereka hendak menguasai kembali negeri ini. Maka, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kita membutuhkan banyak senjata. Dan senjata ada banyak di Pulau Bali. Tahu kenapa? Karena Bali dipersiapkan Jepang sebagai titik penyerbuan ke Australia," demikian Yoshizumi membuka rahasia.

 

Baca Juga : Syarwan Hamid si Penggagas Istilah Organisasi Tanpa Bentuk

 

Prabowo percaya. Sebab,Yoshizumi adalah petinggi Kaigun yang menguasai Bali dan Indonesia sebelah timur, Sumatera dan Malaysia termasuk Singapura dikuasai Angkatan ke-25,dan Pulau Jawa dikuasai Angkatan ke-16.

 

Menindaklanjuti cerita itu, Prabowo dan Yoshizumi berangkat ke Jakarta. Prabowo menemui Chairul Saleh, Adam Malik, dan Ahmad Subardjo. Prabowo menceritakan tentang keberadaan senjata di Bali. Lalu, Prabowo dan Yoshizumi menemui Laksamana Maeda. Dalam pertemuan itu, diperoleh kesimpulan Angkatan Laut Jepang tidak akan menghalang-halangi gerakan pemuda untuk mengambil senjata di Bali meski Angkatan Perang Jepang terikat dengan status quo yang diwajibkan Sekutu. Setelah ada kesepakatan, Prabowo kembali ke Surabaya dan membentuk tim kecil, terdiri dari Munadji, Markadi, dan dirinya sendiri untuk menjemput senjata dari Bali. (Pul)

Artikel lainnya

Pelestraian Cagar Budaya Tematik di Surabaya

Author Abad

Oct 19, 2022

Subtrack, Belajar Sejarah Dengan Mudah

Pulung Ciptoaji

Jan 23, 2023

H. P. Berlage dan Von Hemert. Siapa Von Hemert?

Author Abad

Dec 20, 2022

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Banjir di Gorontalo Cukup Diserahkan ke BOW

Author Abad

Oct 30, 2022

Benteng Budaya dan Derasnya Gelombang Modernisasi

Author Abad

Oct 03, 2022