images/images-1690288217.jpg
Data
Indonesiana

Laga Penuh Gengsi, Timnas Indonesia Pernah Ikut Piala Dunia di Prancis

Pulung Ciptoaji

Jul 25, 2023

681 views

24 Comments

Save

Anggota Timnas Hindia Belanda merupakan gabungan dari pemain pribumi, keturunan Tiongkok, dan warga Belanda. Dalam penampilan perdana itu tim Hindia Belanda langsung tersungkur 0-6 di babak pertama ketika menghadapi Hungaria di Stadion Velodrome Municipale, Reims. Hungaria melenggang ke final sebelum takluk di tangan Italia.

 

timnas indonesia

 

Sebelum tampil di Piala Dunia 1938, timnas Hindia 

 

abad.id-Sejarah sepakbola Indonesia terkait erat dengan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Semua bermula dari bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

 

Baca Juga : Jangan Pernah Menyesal Tolak Main Lawan Israel

 

Dalam buku Jejak Langkah KONI Tahun 1938-2015 diceritakan, bangsawan ikut mengenalkan ragam olahraga termasuk sepakbola kepada masyarakat. Salah satunya kepedulian Raja Mangkunegara VII yang telah mengenalkan olahraga dengan membangun lapangan olahraga dan menggelar lomba-lomba dengan melibatkan warganya pada era 1930.  KGPAA Mangkunegara VII berpendidikan Barat, pernah mengenyam pendidikan sastra di Universitas Leiden sangat  memperhatikan kehidupan masyarakat dalam kepemimpinannya, Surakarta begitu hidup.

 

Pada 1935, ia juga membangun kolam renang, lapangan tenis, selain memerintahkan membangun sebuah lapangan yang cukup luas di setiap onderdistrik yang berada dibawah kekuasaan Mangkunegaran. Hal itu dilakukan untuk mengakomodasi keinginan rakyat yang menggemari sepak bola. Sepak bola menjadi prioritas, terbukti dengan digelarnya turnamen di tingkat onderdistrik memperebutkan Piala Bupati dan tingkat kewedanan memperebutkan Piala Wedana. Kerajaan tidak pernah kesulitan menggelar turnamen, karena pada Juli 1935 terdapat 34 lapangan di seluruh Mangkunegaran dan Wonogiri.

 

Baca Juga : Rusdi Bahalwan, Tidak Sekedar Pelatih Tapi Filsuf Sepakbola

 

Terbentuknya organisasi kebangsaan Budi Utomo pada 20 Mei 1908, menjadi motor pergerakan nasional yang kemudian dilanjutkan dengan perjuangan pemuda-pemuda Indonesia dengan mengikrarkan semangat persatuan dan kesatuan melalui Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Kedua momentum bersejarah bagi Indonesia di kemudian hari itu juga menjadi api bagi pembentukan organisasi olahraga pertama yaitu Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) pada 29 April 1930 yang diprakarsai Ir Soeratin Soesrosoegondo dan berkedudukan di Yogyakarta.

 

timnas indonesia piala dunia

Keberangkatan ke Prancis awalnya diwarnai persengketaan antara NIVU dengan PSSI. Dua organisasi yang menurut Gentlement's Agreement pada 1937 yang disepakati oleh kedua pihak, merupakan organisasi induk sepak bola Indonesia.

 

Sepak bola merupakan cabang yang terpesat mulai 1931, menggelar kejuaraan yang diikuti sejumlah klub dari beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo dan luar Jawa. Sementara itu Belanda juga mengakui organisast sepak bola selain  PSSI, yaitu dan Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU).  Dua organisasi ini berjalan seiring dengan semakin gencarnya perhatian pemerintah Hindia Belanda, dengan menggelar kompetisi. Maka munculah banyak prestasi tim sepak bola yang diisi anak-anak muda asal Solo, Yogyakarta, Cirebon, saat itu membanggakan.

 

Baca Juga : Ellyas Pical, Petinju Indonesia Pertama yang Mendunia

 

Puncaknya adalah ketika pada 5 Juni 1938 untuk pertama kalinya PSSI mengirimkan tim ke Piala Dunia di Reims, Prancis dengan memakai nama Hindia Belanda yang merupakan tim nasional asal Asia pertama saat itu yang berlaga di Piala Dunia. maka terjadi peristiwa pemaksaan dari pihak NIVU kepada PSSI agar memasukkan pemain-pemain Belanda ke dalam tim nasional.  

 

timas hindia belanda

 

Timnas Hindia Belanda.

 

Berangkat dari kondisi tadi, ditambah adanya kekhawatiran akan terjadi penindasan harga diri sebagai sebuah bangsa yang berujung pada dimatikannya rasa kebangsaan para pemain nasional dari berbagai cabang olahraga yang mulai terbentuk di era tersebut, maka terbentuklah Ikatan Sport Indonesia (ISI) di Jakarta. PSSI dan Pelti menjadi motor terbentuknya ISI dengan ketua pertamanya Sutardjo Kartohadikusumo. Kehadiran ISI ini menjadi cikal bakal tumbuhnya sebuah organisasi induk olahraga nasional pertama dan berbasis kebangsaan dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) hingga saat ini.

 

Baca Juga : Cerita Petinju Muhammad Ali Naik Ring di Jakarta

 

Kedudukan ISI sangat membantu memperjuangkan PSSI berangkat ke Prancis yang disengketakan NIVU. Dua organisasi yang menurut Gentlement's Agreement pada 1937 yang disepakati oleh kedua pihak, merupakan organisasi induk sepak bola Indonesia. Kedua pihak awalnya sepakat bahwa untuk mengirim tim yang akan berlaga di Piala Dunia 1938 harus melewati proses seleksi di mana kedua tim akan dipertemukan dalam sebuah pertandingan.

 

Kubu NIVU gentar dengan kesepakatan ini, karena saat itu PSSI memiliki tim yang tangguh. Salah satu bukti ketangguhan PSSI adalah saat mereka berhasil menahan imbang Nan Hwa 2-2 dari Tiongkok, tim yang sukses menaklukkan tim NIVU dengan skor telak 4-0.

 

kapten timnas hindia belanda

 

Kapten Timnas Hindia Belanda Achmad Nawir (kiri) bersalaman dengan Kapten Timnas Hungaria Gyorgy Sarosi sebelum pertandingan dimulai. 

 

NIVU berusaha melanggar kesepakatan dengan hanya mengirimkan tim bentukan mereka yang tentunya dipenuhi orang Belanda. Keberanian mereka dalam melanggar kesepakatan yang tercantumdalam Gentlemen's Agreementdidukung oleh klaim Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) yang hanya mengakui NIVU sebagai organisasi sepak bola resmi di Hindia Belanda.

 

Baca Juga : PORKAS Resep Obat Gila Judi

 

PSSI, di bawah kepemimpinan Soeratin sangat tersinggung dengan keputusan sepihak tersebut, dan memilih untuk membatalkan perjanjian Gentlemen's Agreement pada sebuah kongres di Solo pada 1938. Hingga akhirnya NIVU akhirnya mengeluarkan jalan tengah dengan menyertakan beberapa pemain Indonesia pribumi ke dalam timnya.

 

timnas  hindia belanda

Achmad Nawir, seorang dokter pribumi asli memimpin Frans Alfred Meeng dan rekan-rekannya berlaga di Piala Dunia Prancis 1938. Saat itu Piala Dunia masih menggunakan sistem gugur dan hanya menyertakan16 negara sebagai kontestan.

  

Hingga akhrinya, tanggal 5 Juni 1938 tercatat sebagai hari penting dalam sejarah keolahragaan Indonesia. Pada hari itu 11 anak muda yang umumnya pelajar berdiri tegap ditengah lapangan rumput Stadion Velodrome Municapale, Reims, Prancis. Mereka hadir mewakili Hindia Belanda, nama Indonesia saat itu, dalam ajang Piala Dunia 1938.

 

Baca Juga : Titiek Hamzah Pernah Pingsan Karena Ingin Bermusik

 

Kesebelas pemuda tadi merupakan wakil Asia pertama di perhelatan sepak bola sejagat. Hanya ada delapan pemuda pribumi asli yang menjadi identitas Indonesia, Frans Alfred Meeng, Anwar Sutan, Isaac Patiwael, Jack Samuels, Hong Djien Tan, Suvarte Soedarmadji, MJ Hans Tahitu dan sang kapten Achmad Nawir.

 

Achmad Nawir, seorang dokter pribumi asli memimpin Frans Alfred Meeng dan rekan-rekannya berlaga di Piala Dunia Prancis 1938. Saat itu Piala Dunia masih menggunakan sistem gugur dan hanya menyertakan 16 negara sebagai kontestan. Hindia Belanda yang kala itu dihuni pemain keturunan Belanda, etnis Maluku, Jawa, danTionghoa, dikomandoi pelatih asal Belanda, Johannes Christoffel van Mastenbroek. Mereka menjadi wakil Asia pertama di Piala Dunia tanpa rencana. Hindia Belanda diundang dengan status pengganti Jepang yang tak bisa mengikuti babak kualifikasi karena masalah transportasi.

 

timnas hindia belanda melawan unisofiet

 

Sepenggal Kenangan Piala Dunia, Prancis 1938 saat Timnas Hindia Belanda melawan Unisoviet

 

Usai mendapat jatah untuk tampil di babak kualifikasi, jalan ke putaran final terbuka begitu saja bagi Hindia Belanda. Amerika yang semestinya jadi lawan Hans Tahitu dan kawan-kawan malah mengundurkan diri. Hasilnya, satu tempat di putaran final diamankan Hindia Belanda secara cuma-cuma.Takdir pun mempertemukan Hindia Municipale, Reims. Menurut berbagai  sumber sepak bola termasyhur itu, termasuk para wartawan komentar lucu soal pasukan Hindia Belanda.

 

Baca Juga : Menolak Punah Musik Keroncong

 

Hindia Belanda disebut sebagai kurcaci lantaran tubuh-tubuh mereka yang kalah besar dibandingkan Hungaria. Meski begitu, banyak yang menyebut bahwa Anwar Sutan cs memiliki giringan bola yang indah dan menyulitkan, tapi hal tersebut tidak diimbangi dengan pertahanan mereka yang bobrok.

 

Seperti bisa ditebak, baru 13 menit laga berjalan gawang Hindia Belanda yang dikawal Mo Heng Tan sudah harus kebobolan. Tendangan keras Vilmos Kohut tak kuasa dibendung Tan. Dua menit kemudian, Geza Toldi kembali menghajar pertahanan Hindia Belanda untuk membawa Hungaria unggul 2-0. Paruh pertama pun ditutup dengan skor 4-0 untuk Hungaria, dimana dua gol sisa dicetak oleh kapten Sarosi menit ke-28 dan Gyula Zsengeller pada menit 35.

 

Babak kedua Hindia Belanda disebut tampil lebih baik, bahkan wartawan Belanda bernama CJ Goorhoff yang kala itu berada disana mencatat, bahwa kapten Nawir yang berkacamata dan berprofesi sebagai dokter, punya giringan bola yang sangat-sangat baik.

 

Baca Juga : Keren, Ini Video Klip Musik Pertama Yang Mendunia

 

Nawir disebut gelandang tengah yang brilian dan berani berduel. Pemain kelahiran 1 Januari 1911 asal klub HBS Surabaya ini juga tercatat dalam sejarah sepak bola modern sebagai satu satunya pesepak bola berkacamata yang berlaga dalam ajang Piala Dunia.

 

Tertinggal empat gol Hindia Belanda tak kendur Hungaria masih lebih baik dari mereka. Dua gol membawa Hungaria unggul lima di menit ke-76, kemudian gol penutup dari Sarosi pada menit ke-89. Kalah dari Hungaria dengan skor 6-0 pun tercatat dalam sejarah wakil Asia pertama di Piala Dunia itu.

 

Kendati kalah telak, Hindia Belanda mendapatkan simpati tersendiri, mereka dianggap sopan dan memberikan penghormatan yang layak kepada penonton di Stadion Velodrome.

 

Baca Juga : Ternyata Lagu Kebyar-Kebyar Gombloh Terinspirasi Saat Buang Air Besar

 

Sayangnya, kala itu bukan lagu “Indonesia Raya" yang berkumandang di Prancis. Hindia Belanda menyanyikan lagu kebangsaan “Wilhelmus", yang tak lain merupakan lagu kebangsaan timnas Belanda. Hungaria sendiri akhirnya menjadi runner-up di Piala Dunia tersebut, dan Italia mencatatkan sejarah dengan meraih dua gelar beruntun, 1934 dan 1938. (pul)

Artikel lainnya

Reaktualisasi Nilai Kejuangan dari Gedong Nasional Indonesia (GNI)

Author Abad

Oct 29, 2022

Epigrafer Abimardha: "Jika Hujunggaluh ada di Surabaya, itu perlu dipertanyakan"

Malika D. Ana

Feb 11, 2023

Surabaya Dalam Jejak Kubilai Khan, Cheng Ho dan Marga Han

Malika D. Ana

Jan 14, 2023

Peringatan Hari Pahlawan Tonggak Inspirasi Pembangunan Masa Depan

Malika D. Ana

Nov 12, 2022

Kapan Indonesia Siap Berdemokrasi?

Author Abad

Nov 01, 2022

Dekrit Untuk Kembali ke UUD 45 Asli

Malika D. Ana

Jul 06, 2023