Selama di Jakarta petinju Muhammad Ali menyempatkan diri keliling naik becak. Foto dok net
abad.id-Petinju legendaris Muhammad Ali pernah naik ring di di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 20 Oktober 1973, melawan petinju Belanda, Rudi Lubbers. Pertarungan non gelar ini terselenggara berkat peran promotor Raden Sumantri.
Sebenarnya bagi Muhammad Ali, nama Indonesia sudah tidak asing lagi. Setelah kedatangan pertama tahun 1973, sang petinju kelas berat tersebut juga datang lagi pada tahun 1996 dalam misi kenegaraan. Indonesia bagi Ali sangat dikenang dan terkesan.
Baca Juga : Rusdi Bahalwan, Tidak Sekedar Pelatih Tapi Filsuf Sepakbola
Sementara itu bagi promotor Raden Sumantri, waktu kosong jeda tanding sang legenda sangat berarti. Melalui loby-loby ke Amerika, Raden Sumantri berhasil mendatangkan Ali dengan dua tujuan sekaligus. Pertama mengundang untuk bertarung non gelar melawan petinju Belanda Rudi Lubbers, dan kedua munculnya Ali di Jakarta bisa mendatangka duit yang tidak sedikit.
Baca Juga : Ellyas Pical, Petinju Indonesia Pertama yang Mendunia
Meskipun bertajuk laga non gelar, pertandingan Muhammad Ali lawan Lubbers tetap menarik perhatian publik Tanah Air. Antusiasme publik tidak berkurang meski harga tiket cukup mahal, yaitu sekira Rp 1.000 hingga Rp 27.500. Dalam waktu 3 hari tiket yang dipasarkan dengan bekerjasama dengan media massa tersebut, berhasil menjual 35 ribu lembar. Ini membuktikan daya tarik Muhammad Ali sangat luar biasa pada saat itu.
Muhammad Ali Keliling Jakarta Naik Becak
Promotor Raden Sumantri memang cerdik. Untuk membangun frame pemberitaan tentang petinju legendaris itu, dilakukan dengan berbagai kegiatan yang sederhana dan merakyat. Sejak kedatangannya di Bandara, Sang petinju sudah dielu-elukan selayaknya pahlawan. Kesannya rakyat Indonesia sangat merindukan sosok pendekar muslim yang merakyat dan penuh solidaritas.
Baca Juga : Cerita Bandit Batavia Tinggal di Dunia Badut
Kala bertandang ke Indonesia pada 1973, legenda tinju dunia ini mengelilingi Jakarta dengan naik becak. Muhammad Ali pun memiliki kesan positif terhadap masyarakat Tanah Air. Sebab, masyarakat Indonesia dinilai sangat ramah karena kerap melempar senyum. Keuntungan lain atas datangnya Muhammad Ali ini, muncul kepercayaan interasional tentang kondisi sosial politik di Indonesia sangat aman. Rasanya Raden Sumantri sedang menjual promosi tentang Indonesia melalui sosok Muhammad Ali.
Secara kebetulan situasi Jakarta masih hangat dengan PON ke VIII. Komplek olahraga Senayan baru saja digunakan untuk kegiatan dan baru diperbaiki menghabiskan dana Rp 1,2 miliar. Sehingga sangat pantas jika digunakan untuk tempat pertarungan kelas internasional, petinju legendaris Muhammad Ali melawan Lubber.
Petinju asal belanda Ruddy Lubbers memberi perlawanan sengit saat melawan Muhammad Ali. Pertarungan berakhir di ronde 12 dengan kemenangan angka Muhammad Ali. Foto youtube
Sementara itu jalannya pertarungan sangat sengit dan saling jual beli pukulan. Petinju kelas berat asal Belanda tersebut benar-benar melakukan perlawanan keras melawan Muhammad Ali. Meskipun Ali sempat mengungkapkan perang urat saraf dan mengatakan dirinya akan mengalahkan Lubbers dalam lima ronde. Namun ternyata sang lawan justru bisa bertahan hingga ronde ke-12. Benar-benar membuat warga Jakarta terhibur atas pertarungan tersebut.
Baca Juga : Geef Mij Maar Nasi Goreng, Ungkapan Rindu Indonesia dari Wieteke Van Dort
Saat jumpa pers, seperti biasa Ali melemparkan ungkapan bernada sesumbar sebelum menjalani pertandingan. Begitu pula ketika akan menghadapi Lubbers di Jakarta.
Memang, Ali berhasil mendominasi pertarungan dan mempermalukan petinju Belanda di hadapan masyarakat Indonesia. Bahkan dalam laga itu hidung Lubbers dibuat patah. Meski babak belur, Rudi Lubbers mampu mematahkan ungkapan sesumbar Ali, yang mengatakan akan menang pada ronde ke-5.
Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia berharap agar Muhammad Ali berhasil menumbangkan petinju kelas berat Belanda tersebut. Karena Ali direpresentasikan sebagai pahlawan bagi bangsa-bangsa Dunia Ketiga, karena ia merupakan seorang muslim. Sedangkan Rudie Lubbers sendiri dikaitkan dengan kolonialisme Belanda.
Baca Juga : Sejarah Kolonialisme Belanda Berawal Dari Tebu
Harapan masyarakat Indonesia akhirnya tercapai setelah Ali berhasil memenangkan pertarungan tersebut. Petinju asal Amerika Serikat itu menang angka atas Lubbers. Namun meskipun kalah dari Ali, nama Lubbers sempat menjadi perbicangan dunia. Sebab berhasil melewati pertarungan keras dan mematahkan sesumbar petinju juara dunia kelas berat Muhammad Ali. (pul)